Mohon tunggu...
Lowina Mindasari
Lowina Mindasari Mohon Tunggu... -

mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Eksistensi Jurnalisme Online

20 April 2012   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

EKSISTENSI JURNALISME ONLINE

Jurnalisme adalah kegiatan jurnalistik (menyiapkan, mencari fakta dan data, melaporkan dan mempublikasikan lewat media massa) dan online merupakan sifat venue yang dijadikan publikasi informasi yang bisa dinikmati kapan saja atau terkoneksi. Salah satunya lewat website atau situs berita.Jurnalisme online adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan suatu peristiwa menggunakan world wide web (www) sebagai media.

Perkembangan media online, khususnya di Indonesia saat ini sudah cukup pesat yaitu facebook, twitter, yahoo messanger, dan sebagainya. Melihat perkembangan media online tersebut sehingga jurnalis ditantang untuk lebih menguasai teknologi, karena tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan para jurnalis akan berubah menjadi jurnalis media online. Jurnalis harus cepat tanggap terhadap perubahan teknologi, hal ini berbicara mengenai efisiensi seorang jurnalis dalam pekerjaan dan hasilnya.

Jurnalisme online dalam perkembanganya mengikuti perkembangan teknologi sehingga tidak dibatasi ruang dan waktu. Asalkan ada PC/laptop/notebook dan line telepon sebagai syarat utama, orang bisa mengakses berita dari seluruh jagat. Bahkan saat ini dipermudah lagi bisa diakses melalui sebuah ponsel.

Jurnalisme online dengan jurnalisme konvensional tidak berbeda jauh. Yang membedakan hanya media yang digunakan dan medium penyebarluasannya. Produk yang dihasilkan sama yakni berita/news. Munculnya internet bukan menghilangkan media yang ada sebelumnya. Namun sebagai media baru yang menggabungkan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk media konvensional. Isu-isu mutakhir jurnalisme online yang akan dibahas disini adalah mengenai kredibilitas dan objektivitas dari jurnalisme online.

Keuntungan dan Kekurangan dari Jurnalisme online meliputi:

Keuntungan

1.   Audience Control: JO memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.

2.  Nonlienarity: JO memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami.

3.  Storage and retrieval:JO memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience.

4.  Unlimited Space:JO memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.

5.  Immediacy:JO memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience.

6.  Multimedia Capability: JO memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience.

7.  Interactivity:JO memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita

Kekurangan


  1. JO merupakan “mainan” masyarakat supra rasional. Masyarakaat yang tidak tergolong supra rasional tidak akan betah dengan mengakses JO.
  2. Kalau mereka tidak mengakses JO maka mereka akan dilanda oleh kecemasan informasi (information anxiety)
  3. Tidak memiliki kredibilitas >

Orang yang tidak memiliki ketrampilan yang memadai pun bisa bercerita lewat jurnalisme online. Orang yang tidak mengenal selik-beluk jurnalisme bisa menyampaikan idenya pada orang-orang di berbagai belahan bumi melalui internet.

Tingkat kebenaran jurnalisme online masih diragukan. Berita televisi dan berita surat kabar yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki keterampilan jurnalistik memadai dianggap masih mengandung kesalahan.

(Bahan Kuliah Jurnalisme Online, Yohanes Widodo, Semester genap 2012)

Apabila kita bandingkan, kredibilitas jurnalisme tradisional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredibilitas jurnalisme online. Hal ini terjadi karena bagi kalangan jurnalisme tradisional, kredibilitas pemberitaan merupakan kredibilitas media. Apabila masyarakat sudah tidak percaya mengenai satu media, maka masyarakat tidak akan mengkonsumsi media itu. Akibatnya, media ditinggalkan khalayaknya dan terancam kekurangan pembaca.

Jurnalisme tradisional, kredibilitas dan objektivitasnya didukung dan dijamin oleh penyaring informasi (gate keeper). Data yang ada diolah dan disaring terlebih dahulu sebelum dijadikan menjadi sebuah berita. Dalam jurnalisme tradisional ada editor yang tugasnya melakukan kontrol terhadap isi berita dan melakukan pemeriksaan terhadap fakta.

Berbeda dengan jurnalisme online, untuk mengejar kecepatan dan aktualitas, pemberitaan pada jurnalisme online sering kali berdasarkan isu yang kadang tidak jelas sumbernya, tidak berdasarkan fakta. Terkadang berita yang dihasilkan merugikan beberapa pihak karena tidak jelas kebenarannya dan kurang cover both sides. Tetapi jurnalisme online yang berbasis pada jurnalisme konvensional, memiliki media cetak ataupun memiliki ilmu jurnalistik, masalah kredibilitas relatif tidak menjadi masalah karena sumber berita dapat dipertanggungjawabkan. Masalah ada pada jurnalisme warga yang dikelola oleh mereka yang tidak memiliki ilmu jurnalistik dan tidak memiliki standar yang jelas. Kredibilitas belum menjadi kunci utama dan sedikit terabaikan bagi berlangsungnya jurnalisme warga.

Rendahnya kredibilitas dalam jurnalisme onlinebisa terjadi karena tuntutan kecepatan menghadirkan berita, kecepatan yang dimiliki internet bisa menyebabkan jurnalis kehilangan etika jurnalistik. Yang kedua mungkin kurangnya penguasaan akan ilmu jurnalistik yang mengakibatkan ketidaktahuan mengenai etika-etika dalam jurnalisme, Contohnya di dalam jurnalisme online, informasi dari satu orang pun bisa menjadi berita. Lain halnya dengan jurnalisme konvensional yang harus melakukan cek dan ricek dan mengusahakan agar berita seimbang untuk menghindari keberpihakan media. Jika ada pihak yang dirugikan, jurnalisme konvensional lebih mudah untuk dituntut melalui pengadilan (Priyambodo, 2008).Selain itu mungkin juga dipengaruhi oleh persaingan ketat antara media. untuk menghasilkan berita secara cepat, akurat dan lengkap membuat antar-media massa dan jurnalisnya saling bersaing. Akurasi atau ketepatan berita menjadi kurang diperhatikan, dan jurnalis menggeserfungsi etisnya sebagai pencari dan pengecek fakta dan kebenaran. Karena tuntutan kecepatan, jurnalis cenderung tidak berhati-hati. Yang ketiga yaitu, tidak adanya hukum yang jelas dalam jurnalisme online. Bahkan, di dalam UU Pers, peraturan bagi jurnalisme online pun belum ada. Hal ini mengakibatkan pada kebebasan yang tidak terkontrol dalam jurnalisme online.Keempat, berkembangnya internet turut menghadirkan audience yang ‘tidak sabar’, yang senantiasa haus terhadap berita teraktual. Mereka ingin mendapatkan informasi secara cepat, real time. Bagi mereka, berita adalah segala sesuatu yang ada di real time, terjadi saat ini.Akibatnya, jurnalis sering kali tidak menghadirkan berita yang lengkap.

Untuk itu, perlu untuk mengembangkan pendidikan atau pelatihan mengenai ilmu jurnalistik bagi jurnalis warga. Setiap praktisi dalam jurnalisme online sudah seharusnya memperhatikan sembilan elemen jurnalisme.

Sembilan elemenjurnalisme (Kovach dan Rosenstiel, 2004) yang perlu untuk diperhatikan juga oleh jurnalisme online, meliputi:

(1) Jurnalisme harus memiliki kewajiban pertama pada kebenaran.

(2) Jurnalisme harus memiliki loyalitas pertama pada warga masyarakat.

(3) Jurnalisme harus memiliki kedisiplinan dalam melakukan verifikasi.

(4) Jurnalisme harus menjaga independensi dari sumber berita.

(5) Jurnalisme harus memfungsikan dirinya sebagai pemantau independen atas suatu kekuasaan tertentu.

(6) Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik dan komentar publik.

(7) Jurnalisme harus mengupayakan hal yang penting menjadi menarik dan relevan.

(8) Jurnalisme harus menjaga agar setiap berita komprehensif dan proporsional.

(9) Jurnalisme harus membolehkan praktisinya untuk menggunakan nuraninya.

Harapannya media yang berperan sebagai alat kontrol sosial dan pendidikan dapat terwujud. Masyarakat harus bisa mengkritisi dan mengontrol kekuasaan pemerintah. Sebagai jurnalistik baik dalam jurnalisme konvensional maupun konvensionla sudah seharusnya memberikan informasi terpercaya, teraktual dan tidak lepas dari etika jurnalisti. Dengan demikian keberadaan jurnalisme bisa lebih diakui.

SUMBER

1.Yohanes Widodo. 2012. Materi Kuliah : “Jurnalisme Online”.

2.Yohanes Widodo. 2011. Artikel : “Menyoal Etika Jurnalisme Kontemporer:

Belajar dari OhmyNews”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun