Hihi, saya ketawa. "Kan biar Ummi jadi Ummi yang lebih baik."
Beberapa saat kemudian, Cha keluar dan memberikan buku agenda itu. Saya baca jawabannya dan hiyaa, lagi-lagi jawaban singkat yang didapat. "Baik. Sayang." Saya pun menghampiri Cha ke kamar.Â
"Cha, masa begini aja." Dia ketawa-ketawa.
"Kan kalo kayak guru, Cha pengen guru yang baik, yang begini, yang begitu ya kan? Nah, sama kayak Ummi. Cha pengen Ummi kayak apa?"
"Tapi aku nggak mau Ummi sedih. Aku takut Ummi marah, Ummi nangis."
Iiy, asyik niy! Dia makin jujur.
"Ummi nggak marah, Ummi nggak nangis. Suer!"
"Iiiiy, Ummi bilang suer. Bilang wallahi, Mi. Hihi."
"Haha iyaa. Wallahi. Insyaallah kalo Cha makin jujur, Ummi makin suka. Ummi pun nggak akan marah, nggak akan nangis. Cha mau Ummi lebih baik, kan?"
"Oke.."
Saya pun keluar kamar agar dia bisa leluasa menulis jawaban.