Duluuu..
Ketika pergi berdua dengan Cha ke Singapura, begitu selesai check-in dan urusan imigrasi, saya ngibrit ke kamar mandi karena mules. Hihi.. Di ruang tunggu pun cemas. ^^
ketika mau mengunjungi kakak yang saat itu tinggal di Kuala Lumpur, sehari sebelum keberangkatan, saya nggak bisa tidur. Gelisah karena mau naik pesawat. Paginya pun sempat mules dua kali. :D
ketika suami mengajak jalan-jalan ke Bali mendadak karena sekalian ada urusan kantor, hari-hari sebelum keberangkatan dipenuhi dengan pikiran khawatir. Packing, tapi setengah hati. Rasanya mending nggak usah ikut, deh. Semalaman sebelum hari-H saya nggak bisa tidur. Sejak berangkat dari rumah sampai di pesawat terpaksa saja makan supaya perut nggak kosong. Itu pun sedikit-sedikit banget makannya. Nggak selera. Mual.
--saya geli sendiri mengetik cerita di atas. Aneh bin ajaib rasanya, tapi nyata. haha--Â
Sampai April 2017, suami dari jauh hari sudah bilang kalau akan dapat jatah cuti dan mau ajak liburan ke dua kota. Kalau orang lain mah biasanya senang ya, saya malah ogah-ogahan. Hihi.. Tapi itu duluuu.
Saya ingin punya respon baru, tekad saya saat itu.
Saya ingin naik pesawat dengan tenang dan nyaman. Bisa tidur menjelang hari-H, bisa enak makan dan minum.
Lalu saya kontak Mbak Mita via whatsapp untuk meminta bantuan. Mbak Mita adalah salah satu anggota tim Mbak Okina Fitriani (pegiat Enlightening Parenting dan Transforming Behaviour Skill).
Kemudian Mbak Mita tanya, "Apa tepatnya yang bikin Gita takut?"
Saya cerita kalau waktu kecil, saya asyik-asyik saja naik pesawat. Tapi sejak berita kecelakaan pesawat cukup sering terdengar kala itu (sekitar tahun 2006), saya jadi takut kalau naik pesawat. Saya sampaikan juga cerita-cerita di paragraf awal.