Mohon tunggu...
Dhea Cecillia
Dhea Cecillia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

be good, do good and good will come to you.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Budaya Masyarakat Indonesia: Baca Smartphone

21 Mei 2021   23:55 Diperbarui: 22 Mei 2021   00:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pepatah menyebutkan, membaca merupakan jendela untuk melihat ke dunia ke yang lebih luas. Karena dengan membaca, kita bagaikan “berkeliling dunia”. Berkeliling dunia yang dimaksud ini ialah jiwa, pikiran dan imajinasi kita seakan-akan berjalan keliling dunia.

Namun, di masa saat ini  Indonesia dapat dikatakan sebagai darurat membaca. Padahal kita pasti sering melihat quotes atau sering mendapatkan pertanyaan dari guru bahkan dosen kita mengenai ‘Sudahkah membaca buku saat ini?’.

UNESCO mengatakan, Indonesia merupakan urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca yang sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari seribu orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca.

Di zaman generasi Z ini, buku memang bisa kita baca dengan fisiknya atau juga bisa dengan digital di smartphone. Kita bisa membaca buku kapanpun dan dimanapun. Namun, menurut Duta Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 terkait dengan minat baca. Dikala ada banyak dan mudahnya akses membaca buku sekarang ini. Hal ini tentu menjadi sangat memprihatinkan.

Buku digital atau Ebook memang sudah ada saat ini, tentu saja karena zaman sudah semakin modern. Namun, minat baca masyarakat Indonesia yang sangat lah menurun. Masyarakat Indonesia justru tidak memanfaatkan kemudahan momentum kecanggihan teknologi disaat kita dapat membaca buku digital hanya dengan menggunakan smartphone. Sasaran utama yang ‘dibaca’ hanyalah social media seperti Instagram, Twitter, Tiktok, dan Facebook. ‘Membacasocial media berjam-jam tidaklah masalah, karena menurut generasi saat ini sangatlah menyenangkan. Beda lagi disaat mereka dituntut untuk membaca buku fisik selama hanya 20 menit saja, pasti sudah langsung merasakan kebosanan yang mandarah daging. Padahal, kalau kita sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku-buku. Baik itu buku novel ataupun buku pelajaran. Karena sesungguhnya semuanya akan kembali lagi kepada diri sendiri, apakah kita memiliki niat untuk membaca atau tidak. Karena jika sudah tidak memiliki niat, pasti juga sudah tidak berminat.

Jadi, mulai sekarang mari para orang tua sejak dini mulai menanamkan benih-benih membaca buku dengan mengajarkan anak-anaknya untuk berkenalan dan menyukai buku.

Semakin tinggi minat baca, semakin tinggi pula kualitas orang tersebut.

Mari, kita tingkatkan minat baca agar bisa lebih meningkatkan kualitas diri lewat pengetahuan. Dengan memiliki pengetahuan, kita bisa terhindar dari kerugian yang datang akibat ketidaktahuan.

D.C

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun