Mohon tunggu...
Ely yuliana
Ely yuliana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tulisan saya banyak salah ketik 🙂

Kunjungi blog bacaan anak di https://www.dhiayasmeen.blogspot.nl

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menyikapi Budaya Narsis Tak Sehat di Medsos

22 Mei 2015   14:42 Diperbarui: 22 September 2015   11:49 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Ilustrasi/kompas.com"][/caption]

Dunia ini tercipta dengan segala nilai dan kelebihannya, yang tanpa kita sadari terlalu banyak nikmat dan anugerah yang berlimpah di dalamnya. Tanpa kita sadari, begitu banyaknya yang maha kuasa memberikan fungsi alam yang bisa kita petik mamfaat dan kegunaanya, hingga kita bisa menikmakmatinya dengan murah meriah bahkan gratis tanpa harus mengeluarkan apapun meski tenaga sekalipun.

Coba kita nikmati anugerh alam ini melalu udara, air, suara dan sebagainya, betapa hati ini akan merasa tentram dan damai ketika suara kicau burung atau deburan ombak di lautan yang memanjakan pendegaran kita, membuat kita memejamkan mata karena terkantuk-kantuk dibuatnya. Begitua juga ketika kita sedang mengalami hari yang terus diguyur hujan, saat itu bukan hanya pendengaran kita saja yang akan dimanjakan oleh suara hujan yang terdengar terus menerus sangat menyejukan hati, juga mata kita akan dimanjakan oleh proses alam di mana daun-daun dan tumbuhan di sekitar kita terlihat segar dan bersuka ria, mereka terlihat sangat bahagia menyambut air turun atas proses alam yang benar hingga tak menimbulkan bahaya banjir.

Katika kita ingin menikmati semua anugerah alam yang tak terhingga keindahannya itu, kita bisa merasakannya sekalipun tak berada di dalam situasi alam yang yang mempesona, suasana yang selalu memberikan rasa nyaman dan damai itu. Ketika kita pernah mengalami berada di dalam suasana alam yang membuat perasaan kita damai seperti ketika kita berada di pesisir pantai, di antara suara air terjuan dan rimbunnya hutan di sekitarnya, pernah merasakan nyamannya perasaan berada di dalam hutan lindung yang di ramaikan oleh riuh rendahnya suara marga satwa dan mungkin ketika kita berada di antara hamparana hijaunya pesawahan dengan harum bunga padi sambil menghidup udara yang bertiup sepoi-sepoi terasa menyegarkan.

Kini, banyak sekali kenikmatan dan mamfaat dari alami yang tak lagi bisa bisa rasakan nyata. Ternyata tanpa kita sadarai mamfaatnya sangat berati bagi tubuh, jiwa dan kesehatan kita. Ketika kita sadar bahwa semua itu kini telah tak mudah lagi untuk kita dapatkan. Di mana suara alam beserta mamfaatnya sudah sulit untuk kita nikmati lagi karena sudah semakin langka dan susah untuk ditemukan. Kini terasa begitu sulitnya kita mendengar suara kicau burung karena telah banyak di buru dan dibinasaka manusia. Mata ini juga sudah tak mudah lagi bisa menemukan hijaunya hamparan sawah dan rimbunnya hutan karena semua itu telah berganti fungsi menjadi lahan industri atau perumahan. Namun, meski semua obat jiwa yang gratis dan mudah itu sudah tak lagi kita dapatkan, meski obat bahagia termurah bahkan gratis yang dulu sangat mudah kita nikmati karena telah bergantinya tatatanan bumi dan prilaku manusia, tapi bila kita pernah mengalami berada di dalam suasana alam indah itu bisa tinggal memejamkan mata lalu kita bayangkan berada dalam indahnya indah gungung-gungung yang menjulang beserta hutan angker didalamnya, dilengkapi dengan merdunya suara burung-burung yang kini hampir musnah. Kita juga bisa bayangkan betapa nyamannya hembusan desir angin pegunungan diantara hamparan sawah yang  menghijau dan mamfaat alam lainnya.

Setelah kita tahu, tentu kini sadar betul bahwa alam yang lestari ternyata bisa memberikan sejuta mamfaat itu telah hampir punah karena tak mudah lagi kita jangkau dan nikmati, mungkin sebaiknya kita mulai berusaha melestarikan alam dan membudayakan narsis dengan keindahan alam dan usaha juga upaya pelestariannya. Mungkin yang biasanya kita memajang poto-poto narsis di medsos dengan tas mahal yang terbuat dari kulit binatang yang tersakiti, memamerkan berlian yang di statusnya di tulis,  my beloved husban Thank so.. much for blue diamand" sambil memajang cincin berlian berwarna biru yang langka untuk hadiah pernikahan atau ulang tahunnya.

Atau juga yang terbiasa pamer barang-barang mahal lainnya yang tak kalah mahal dan mewahnya. Tapi tahukah  kita, bahwa efek dari pamer itu sangat beragam sekali dan umumnya menimbulkan aura negatif pada manusia yang tak jarang memiliki sifat iri dan tak bahagia ketika kita tak mampu memiliki semua yang teman kita atau orang lain miliki. Tentu saat itu akan banyak tanggapan yang memuji dan seolah terkagun-kagum dengan barang-barang mewah yang mereka pamerkan. tapi, tentunya tak sedikit yang membatin " Sial, kenapa Gue nga memeiliki barang seperti itu?" sakitnya tuh di sini...

Komentar boleh manis dan sumringah, tapi hati dongkol karena tak bisa memiliki yang teman atau selebrity pamerkan di jejaringan sosial tak mudah untuk dipungkiri.

Ketika Suami atau pasangan kita datang, kita langsung memasang tampang masam dan ngedumel karena pasangan kita tak bisa memberikan barang-barang seperti yang si teman pamerkan di medsos. Bagi para ibu-ibu yang memiliki anak jadi malas ngurus anak karena kesal, bahkan ada kucing didepan mata ditendang hingga terkaing-kaing karena kita kesal akan nasib kita yang terasa begini-begini aja, sementara kita dipaksa harus melihat teman kita yang terus pamer barang-barang mahal dan mewah di jejaringan sosial.

Mungkin ini pengalaman pribadi?, bisa iya. Bisa jadi suami sering dimusuhi karena tak bisa sedermawan pasangan teman-teman yang beruntung di medsoso. Sementara mungkin bagi suami yang tak memiliki kesempatan membahagiakan istri dengan cara itu hanya bisa mengelus dada dan pasrah menjadi tumpahan kekesalan istri karena efek dari pamer di jejaringan sosial yang berakibat negatif tadi.

Tapi bagi suami yang memiliki peluang seperti sedang menjadi pejabat, memiliki kesempatan emas untuk mengeruk uang meski cara itu tidak benar, tak sedikit para suami yang memiliki jabatan lalu menyalahi jabatannya dengan cara menjual perizinan hutan lindung menjadi mall demi kemewaahan dan ajang  pamer isteri dan dirinya. Suami yang menjual perizinana hutan yang semakin menipis ini dibabat dan di sulap menjadi kebun kelapa sawit, mereka tak peduli lagi jika hutan kita yang kaya akan obat alami dan mamfaat itu habis bahkan marga satwa yang tak berdosapun turut menghilang bersamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun