Mohon tunggu...
Ely yuliana
Ely yuliana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tulisan saya banyak salah ketik 🙂

Kunjungi blog bacaan anak di https://www.dhiayasmeen.blogspot.nl

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fatamorgana Bahagia (Selingkuh Oh selingkuh)

30 Oktober 2014   21:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:08 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku jauh-jauh pergi dari negeriku, untuk menghindari laki-laki tak setia, laki-laki yang suka membohongi pasangandan kebiasaan selingkuh, para lelaki yang biasa dilakukan teman-temanku dulu, doyan sekali selingkuh yang aku benci.

Saat aku masih gadis dulu, aku begitu antipati akan perselingkuhan. Apalagi aku harus berselingkuh dengan laki-laki yang telah beristri. Wuih, jauh, ke laut saja! gumam Marlin di dalam hatinya.

Marlin masih tak percaya dengan apa yang sedang dialaminya akhir-akhir ini. Peristiwa yang berawal dari pertemanan yang baru saja terjadi, pertemuan dengan mantan kekasihnya beberapa tahun yang laludi jejaring sosial Facebook.

Tetapi, bagaimana ini bisa terjadi dalam kehidupan nyataku saat ini ya? Seorang pria yang pernah kucintai dulu, yang sering kusakiti hatinya, yang kuanggap pria desa yang telah lama kulupakan, lalu pria itu pergi meninggalkanku dengan rasa kecewanya. Pria itu sudah lama menikah dengan wanita lain karena sakit hati, kini kerap hadir di setiap mimpiku?.  Batin Marin lagi, ia masih tak yakin dan tak mengerti akan kenyataan hidup yang sedang dialaminya.

Sejak ia menemukan kembali keberadaan mantan pacarnya yang bernama Aswin di jejaring sosial Facebook. Pacar ketika ia masih berusia belasan tahun, dan di saat ia hampir menamatkan sekolah menengah atas.

Usia Pria itu terpaut lima tahun lebih tua dari usia dirinya. Beberapa tahun tahun ke belakang sempat mengisi hati Marlin, lalu memintanya untuk menjalin tali kasih ke jenjang yang lebih serius lagi, ke arah pernikahan.

Namun sayangnya, saat itu Marin  masih hijaudan tak serius menanggapi niat pria yang bernama Aswin itu. Pria yang saat itu terus mengajaknya untuk menjalin hubungan ke arah yang lebih serius lagi.

Walau Marlin, akuiia begitu mencintai pria itu. Bukan hanya pria itu tampan dan baik, juga ia begitu pandai memanjakan Marlin, anak bungsu yang tak sempat mendapatkan curahan kasih sayang dari ayah sejak usia masih anak-anak.

Marlin selalu merasa nyaman, ketika mempunyai kekasih dengan perbedaan usia terpaut cukup jauh dengannya. Bahkan hingga saat ini, hingga akhirnya Marlin pun memilih menikah dengan Dennis, usia Dennis juga cukup jauh lebih tua.

Aswin mantan pacarnya itu, selalu memanggil dirinya dengan sebutan neng Kenangan indah itu, bagaimana Aswin memanggil dirinya ketika ia remaja dulu, kerap kembali hadir membuka lembaran kenangan lama, mengajaknya untuk mengingat kembali semua kenangan indah masa lalu tentang cinta dirinya dan Aswin.

Ah, gila apa!?! Untuk apa aku mengingat dan mengenang masa lalu yang tak akan pernah bisa kembali, pikir Marlin. Ia berusaha menepis dan membuyarkan lamunannya.

Marlin segera menyadarkan diri dari bayang-bayang masa lalu yang dianggapnya tak penting lagi.

Marlin tak sengaja dipertemukan kembali melalui jejaring sosial facebook, disaat Aswin telah menjadi seorang pejabat daerah, dan terlihat sangat makmur dan bahagia bersama keluarganya, dan Marlin lihat difoto keluarganya di facebook.

Aswin kini sudah terlihat sangat sukses, karena mantan kekasihnya itu memang pria pekerja keras, juga begitu baik kepada setiap orang yang dikenalnya. Tak aneh rasanya jika Aswin kini telah menjadi seorang pejabat, dengan jabatan wali kota di kota kelahiran Marlin kota Bogor, kota kenangannya.

Marlin seakan diingatkan kembali akan kepolosan sifatnya dulu, ketika itu Aswin memaksanya memberikan uang untuk hadiah hari raya lebaran kepadanya. Saat itu Marlin merasa malu luar biasa, dan terus menolak uang itu dengan mengatakan,"Enggak usaha A'a, berikan saja untuk adek-adek A’a."

Marlin juga masih ingat betul dengan jawaban Aswin, "Adek-adek sudah dibagi semua, neng tidak usah khawatir. Ini khusus untuk neng, jawab Aswin, sambil tetap memaksa memberikan uang itu.

Aksi paksa-paksaan itu berujung pada menyerahnya Aswin, dan akhirnya ia menyimpan uang itu di bawah taplak meja batik miliki ibunya, taplak meja yang Marlin masih ingat berwarna biru dan bergambar wayang.

Kalau mengingat kejadian itu Marlin kini sering merasa kesal dan geli sendiri. Bagaimana bisa ia begitu naif menolak uang pemberian dari pacarnya sendiri, hanya karena rasa malu yang berlebihan.

Sementara gadis-gadis lain seusianya, saat itu sudah begitu pandai memanfaatkan momen seperti itu. Mereka akan pintar sekali melakukan aksi mengosongkan dompet para pacar model Aswin, yang pada waktu itu bukan hanya tidak pelit tapi juga ia sudah bekerja di salah satu instansi pemerintahan.

Duh, aku ini memang katro! Dodol! Udik! Tak tahu bagaimana caranya untuk menyenangkan hati pria.Kutuk Marlin di dalam hatinya, sambil ia misuh-misuh dan garuk-garuk kepala bukan karena gatal.

Namun, mungkin itu pula yang membuat perasaan si mantan mantan kekasih Aswin nun jauh sana, tak bisa melupakan kelakuan Marlin yang polos dan naif itu. Menurut Aswin, Marlin bukan hanya polos dan naif, namun juga menggemaskan dan membuatnya penasaran. Karena menurut Aswin, Marlin model gadis yang susah ditemui, gadis yang tak mudah ditaklukkan oleh materi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun