Mohon tunggu...
Ely yuliana
Ely yuliana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tulisan saya banyak salah ketik 🙂

Kunjungi blog bacaan anak di https://www.dhiayasmeen.blogspot.nl

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alam Perlu Dicintai

16 Januari 2014   16:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hutan Belantara itu kini telah pergi

Marga satwa itu kini telah di ambang punah

Penguat tanah yang merekatkan ke bumi itu telah di gergaji

Akar yang menahan lajunya air dan menyimpannya  kini telah tak ada lagi

Bangunan raksasa itu kini menjadi gantinya

Di tempat yang di namakan ibu kota

Tanah goyang tak ada kekuatan untuk bersatu

Ekosistem dan keseimbangan alam itu kini telah merajuk

Hujan lebat itu seharusnya di sambut dengan haru biru

Karena air sumber kehidupan yang mereka tunggu

Datang dan memberikan kesegaran di setiap isapan udara segar

Kini.... hujan menjadi sesuatu yang menakutkan

menjadi mahluk yang menimbulkan  rasa was-was

Menjadi momok akan hadirnya bencan

Bencana lonsong...

Bencana banjir...

Bencana kepanasan yang tidak wajar

bencana polusi yang tak tersaring oleh rimbunnya dedauanan

Seonggok tas Hermes hanyut terbawa luapan banjir

Dari sebuah rumah yang bertengger mobil mobil bergengsi

penguasa membabat hutan alam dan negri ini

Di gantikan oleh gengsi yang bernama Hermes, Lamborghini, dan Rolls Royce

Kini benda itu terapung-apung di atas air yang meluap dan kotor

Menebus dengan mahal bahkan di tambah kematian

Alam...

Ku rindu keadaanmu yang dulu

Di mana kesejuakan terasa menyiram jiwa

Kicau burung dan pesta marga satwa

Keindahannya itu tak akan bisa tergantikan dengan Duniawi yang lapar harta

Alam...

Mari kita bersama melukis indah

Ku Janji tak akan lagi melukai dan meporak poranda

Ku janji akan memperlakukanmu dengan penuh cinta

Walau dengan jumlah marga satwa yang tak lagi sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun