Mohon tunggu...
KKM 213 Desa Banturejo
KKM 213 Desa Banturejo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Profil ini untuk memenuhi tugas KKM Kelompok 213 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Desa Banturejo, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Tahu Perlu Kamu Ketahui, Ayo Makan Tahu

27 Desember 2022   22:06 Diperbarui: 27 Desember 2022   22:07 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok KKM 213 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang - Desa Banturejo, Dusun Sromo merupakan salahsatu dusun yang berada di Desa Banturejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Dusun Sromo menjadi salahsatu wilayah dengan potensi yang cukup menjanjikan dari potensi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Usaha yang sedang beroperasi di desa ini merupakan usaha produksi tahu yang dijalankan oleh ibu Manisih yang merupakan salahsatu warga di desa ini sekaligus istri dari ketua RW 03 Dusun Sromo.

Usaha yang dikembangkan oleh ibu Manisih ini dirintis sejak tahun 2019 dengan bantuan beberapa karyawan sekitar dua tiga orang. Dengan modal pribadi dan ilmu yang dipelajari secara otodidak oleh ibu Manisih usaha mulai berjalan dengan hasil yang cukup baik. Namun, sejak pandemi Covid-19 produksi tahu mengalami penurunan sehingga karyawan yang membantu ibu Manisih mengundurkan diri. Produksi yang awalnya didapatkan sebanyak 40 tahu mengalami penurun yang drastic hingga melebihi setengah produksi. Problematik yang dialami membuat ibu Manisih memutar otak. Untuk menutupi penurunan produksi tahu ini, ibu Manisih bekerja sampingan dengan membuka jasa menjahit pakaian, kain dan lainnya.

Dalam produksi tahu ini ibu Manisih telah mengeluarkan modal sebesar 15 juta termasuk alat dan bahan produksi pada awal pembuatan. Alat yang digunakan seperti kompor tanah liat, crobong, panci besar, kain saring, pipa uap dan lainnya. Untuk bahan yang digunakan sendiri seperti kedelai, air, cuka, minyak, bumbu dan lainnya. Untuk produksi setiap bulannya, ibu Manisih mengeluarkan biaya produksi sekitar Rp.20.000/bulan. Hasil jual perbulannya sebesar Rp.200.000/bulan.

Penjualan tahu milik ibu Manisih  dikirim ke pasar tradisional sekar. Jenis tahu yang dijual ada tahu yang sudah matang dan tahu yang masih mentah. Perbedaan dari kedua tahu ini terlihat jelas pada bentuk yang dijual. Pada tahu matang dalam bentuk yang sudah digoreng sedangkan tahu yang mentah ada dalam wadah yang berisi air. Selain pada bentuk yang dijual, proses produksi berbeda pada tahu matang ketika bahan setengah jadi telah mendidih diberi air sedangkan pada tahu matang tidak diberi air. Harga jual tahu bervariasi mulai dari Rp.2.000.- sampai Rp.4.000,-.

Potensi produksi tahu oleh ibu Manisih ini dapat menjadi salahsatu peluang dalam meningkatkan perekonomian warga desa setempat dengan mengembangkan beberapa olahan tahu dan peningkatan serta perluasan pemasaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi di era digital. Dengan perkembangan teknologi 5.0 manusia sebagai komponen utamanya, konsep ini akan menciptakan suatu perkembangan teknologi yang mampu meminimalisir kesenjangan pada manusia. Hal ini hampir sama dengan konsep yang diterapkan dengan memanfaatkan Marketing 5.0. Di mana Marketing 5.0 mengombinasikan teknologi dan humanity atau peran manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun