Mohon tunggu...
LoVembers
LoVembers Mohon Tunggu... Penulis - I'm a delusional artbitch who is trapped on poem, music, film, and photography.

*setiap kata yang kutulis adalah jiwa, jiwaku yang terlalu gila untuk menjadi hal lain selain sebuah tulisan*

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Semesta Luka

26 Agustus 2019   06:19 Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum dini buta menjelma pagi yang semu aku bermimpi mendengarkan nafasmu lelaki berjantung bulan, mahir melelapkan badai dengan belai tangan rupawan 

Sangka ini menghadirkan ratusan anak telaga di mataku tempat semesta memadu, menerka jumlah debar dalam lumbung rasa menakar ceruk luka yang kian mengangga karena kecewa 

Malam ini kelam sewarna bir yang hendak kutuang ,rindu melahirkan degup yang hinggar pada harapan menuding kata-katamu menjadi korban, selaksa umpama dari kepak yang membawaku terbang 

Ceritakan padaku, sepedih apa hujan pagi tadi menjatuhi ubun-ubunmu? 

apakah lebih nyeri dari ulu mangsa buruan yang terpanah? 

ataukah melebihi perih sayatan yang dilembabkan nanah? 

Serupa itu kau sembam dadaku hingga mengabu.

 Ygy 25.08.19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun