Sebelum dini buta menjelma pagi yang semu aku bermimpi mendengarkan nafasmu lelaki berjantung bulan, mahir melelapkan badai dengan belai tangan rupawanÂ
Sangka ini menghadirkan ratusan anak telaga di mataku tempat semesta memadu, menerka jumlah debar dalam lumbung rasa menakar ceruk luka yang kian mengangga karena kecewaÂ
Malam ini kelam sewarna bir yang hendak kutuang ,rindu melahirkan degup yang hinggar pada harapan menuding kata-katamu menjadi korban, selaksa umpama dari kepak yang membawaku terbangÂ
Ceritakan padaku, sepedih apa hujan pagi tadi menjatuhi ubun-ubunmu?Â
apakah lebih nyeri dari ulu mangsa buruan yang terpanah?Â
ataukah melebihi perih sayatan yang dilembabkan nanah?Â
Serupa itu kau sembam dadaku hingga mengabu.
 Ygy 25.08.19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H