Mohon tunggu...
Vivien Pangaribuan
Vivien Pangaribuan Mohon Tunggu... Guru -

Writing is my hobby, Teaching is my life, Travelling around the world is my dream.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kotak Bayi Untuk Bayi Terbuang (Renungan Malam Natal)

24 Desember 2015   11:05 Diperbarui: 24 Desember 2015   11:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang bayi yang lahir seharusnya menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang ibu dan juga ayah. Namun pada zaman ini banyak pasangan yang berpacaran melampaui batas yang seharusnya tidak dilakukan yaitu sex pra-nikah dan menyebabkan kehamilan. Ketika si wanita yang belum siap untuk memiliki anak mengetahui kehamilannya maka jalan yang ditempuh adalah aborsi atau membuang bayi tersebut ketika lahir agar ia bebas dari hukuman masyarakat yaitu hinaan, cemoohan, gunjingan, diusir oleh orang tua, dikucilkan keluarga, dan lain-lain.

Pergaulan bebas yang terjadi di kalangan generasi muda Korea yang mengakibatkan kehamilan diluar nikah membuat para remaja melakukan aborsi atau membuang bayi mereka demi menyelamatkan harga diri dan bebas dari hinaan masyarakat.

Melihat fenomena ini Pastor Lee Jong-rak tergerak hatinya untuk menerima setiap bayi yang dibuang atau bayi hasil dari pergaulan bebas. Beliau menempatkan sebuah kotak bayi di depan rumahnya. Di atas kotak bayi tersebut terdapat tulisan yang dikutip dari Mazmur 27 ayat 10, yang berbunyi, "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku".
Kotak bayi tersebut dimaksudkan untuk para ibu yang tidak menginginkan keberadaan bayi tersebut dalam hidupnya, mereka dapat meletakkan bayi tersebut di kotak bayi itu agar Pastor Lee Jong-rak merawatnya. Sesungguhnya ia mengharapkan agar kotak bayi tersebut tetap kosong dalam artian bahwa tidak ada seorang ibu yang akan tega membuang bayinya, namun kenyataan berkata lain. Sampai saat ini ia sudah menerima 652 bayi yang diletakkan di dalam kotak bayi tersebut. Bayi-bayi tersebut tidak mengetahui siapa ibu dan ayah mereka.

Sungguh sangat menyedikan, pergaulan bebas berakibat pada kehadiran manusia yang tidak diharapkan dan kematian mengancam hidupnya. Padahal bayi-bayi tersebut tidak mengharapkan untuk hadir di dunia ini, namun karena kesalahan ibu dan ayahnya, mereka harus hidup di tempat yang bukan seharusnya tempat mereka. Bayi-bayi tersebut seharusnya berada aman dalam pelukan ibu dan dekapan cinta kasih seorang ayah.

Dalam menyambut natal ini, marilah kiranya kita memiliki hati untuk bayi-bayi yang terbuang. Mungkin saat ini mereka sedang berada di panti asuhan, menangis dan meratapi nasib mereka yang tidak memiliki ibu dan ayah.

Kita mungkin adalah orang yang beruntung, lahir di keluarga yang lengkap dengan ayah dan ibu yang mengasihi kita, namun tidak semua orang seberuntung kita. Pastor Lee Jong-rak sudah mengambil bagiannya, memberikan contoh dan teladan yang baik untuk kita. Bagaimana dengan kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun