Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

(MBA) Megawati Bekingin Ahok

26 Februari 2016   12:59 Diperbarui: 26 Februari 2016   13:09 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ramalanintelijen.net"][/caption]

Menarik membaca berbagai artikel di Kompasiana yang berwarna-warni terutama mengenai opini di kanal politik, menjelang pemilihan gubernur di DKI Jakarta saat ini. Ada beberapa penulis yang memang seringkali mengulas masalah hukum dan politik, artikelnya pun tergolong baik dan bisa menambah wawasan. Namun sebaliknya juga ada kompasianer yang tidak begitu mengenal perpolitikan dan jarang sekali nulis thema ini, tapi karena kepingin artikelnya dibaca banyak orang, lalu dipaksakan menulis hal berbau politik. Hasilnya pun bisa ditebak bakal amburadul. Tetapi dengan pedenya malah berani menuding bodoh atau culun tokoh dan parpol yang menjadi topik bahasannya. Bermodalkan judul bombastis untuk menarik klik pembaca dan gak jauh-jauh isu SARA yang dijual.

Sebelum Ahok mengklaim bahwa dirinya mendapat dukungan dari Megawati untuk maju kembali bertarung di pilgub 2017 DKI Jakarta, saya sempat menulis artikel pdip-menyusul-nasdem-dukung-ahok. Rupanya tulisan tersebut menginspirasi Megawati atau memang sesuai dengan skenario yang akan dijalankan PDIP. Mengantar kembali Ahok menduduki jabatannya namun lewat jalur independent dan dukungan PDIP dibelakangnya. Tentu saja cawagub yang diusung adalah kader dari partai pimpinan Megawati tersebut.

Mengapa sebagai partai pemenang pemilu dan sebagai satu-satunya parpol yang sudah memenuhi syarat bisa mengusung cagub dan cawagubnya sendiri tapi PDIP memilih menggandeng Ahok? Inilah strategi cerdas yang sedang dijalankan oleh si Moncong Putih. Walaupun memiliki kader-kader potensial seperti bu Risma dan Ganjar Pranowo, tapi tidak akan diadu untuk melawan Ahok di Jakarta.

Kedekatan antara Megawati, Ahok dan Jokowi tidak bisa dipisahkan lagi, trio yang sama-sama memiliki rasa nasionalis dan juga menjunjung tinggi pluralitas. Mempunyai visi misi nawa cita yang diperjuangkan untuk mewujudkan cita-cita Soekarno dengan Trisaktinya tergambar pada sosok mereka.

Seperti sudah saya tuliskan di artikel sebelumnya, dengan mengusung Ahok ini, ada strategi besar yang sedang dijalankan oleh PDIP. Dari perhitungan melihat elektabilitas Ahok dan dukungan masyarakat sipil serta PDIP ditambah parpol lain, peluang Ahok sangat besar akan memenangkan kembali pilgub 2017. Walaupun secara resmi Ahok tidak menyatakan dirinya kader PDIP, tapi jiwa gubernur DKI ini sudah lekat di partai tersebut karena hubungan dekatnya dengan Megawati, jiwa yang sama dan dimiliki oleh Jokowi.

Megawati sudah bisa melihat dan mau mengakui realitas yang ada. Hal sama ketika dia menunjuk Jokowi untuk maju pilpres kemarin dan memilih dirinya tidak ikut kembali mencalonkan diri. Memaksakan ego untuk maju sendiri di pilpres dan hanya berakhir dengan kekalahan tidak ingin dialami lagi. Seperti di pilgub DKI tahun depan. Untuk mengusung kadernya diyakini belum bisa menandingi popularitas Ahok. Jalan terbaik yang dipilih adalah menjadi beking dan menyertakan kadernya sebagai cawagub mendampingi Ahok. Program besar untuk membesarkan partai seperti yang diskenariokan pun sedang dimulai.

Agenda yang menjadi tujuan PDIP adalah untuk "memerahkan" pulau Jawa sedang berlangsung. Ganjar Pranowo akan tetap dipertahankan di Jateng dan Tri Rismaharini diproyeksikan untuk maju pada pilgub Jatim. Pengecualian hanya di DI Yogyakarta yang sepertinya sulit dipegang PDIP selama undang-undang keistimewaan yang menetapkan Sultan secara otomatis menjabat Gubernur belum diubah. Untuk wilayah Jabar masih mengalami hambatan karena belum adanya figur yang belum bisa menyaingi kandidat dari parpol lain. Propinsi Banten akan dilanjutkan dengan mengusung kembali petahana Rano Karno.

Apabila nantinya Ahok terpilih menjabat gubernur DKI, dan selanjutnya tidak menutup kemungkinan akan dijadikan cawapres mendampingi Jokowi dalam pilpres 2019. Jika terpilih dan menang, kader PDIP yang menjadi wakil gubernur pun otomatis akan dijabat oleh kader PDIP. Skenario ini pun semakin lengkap jika berjalan mulus seperti yang diskenariokan karena DKI Jakarta, Jateng, Jatim dan Banten menjadi milik PDIP. Selain juga pucuk pimpinan RI 1 dalam genggaman kadernya.

Megawati sendiri sudah dipastikan tidak berambisi maju lagi di pilpres dan juga anaknya, Puan Maharani. Sebagai ketua DPR sepertinya yang digadang-gadang nantinya sebagai jabatan buat putrinya ini. Selain itu tentunya juga sebagai penerus pemangku ketua umum PDIP yang dianggap lebih penting untuk tetap dijadikan ajang penyaluran aspirasi politik keluarga trah Soekarno.

Bila sekarang bermunculan nama-nama penantang Ahok, ini hanya semacam strategi saja dari pihak lawan untuk memetakan posisi. Prediksi saya, musuh-musuh politik Ahok nantinya akan berkoalisi dan memilih satu calon pasangan yang dianggap bisa bersaing ketat dengan Ahok. Misalanya walikota Bandung, Ridwan Kamil. Saya juga masih meyakini bahwa KMP secara hubungan bathin antar ketua umum parpolnya belum bubar. Kelompok inilah nantinya yang akan kembali bersatu untuk menjegal Ahok seperti yang dilakukan saat pilpres kemarin pada Jokowi. Terbukti waktu itu walau tingkat popularitas dan elektabilitas Jokowi tinggi tapi sempat ngos-ngosan dan hanya bisa menang tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun