Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Para PSK Melakukan Aksi Demo

10 April 2015   13:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:18 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
„Schützt nicht uns, schützt unsere Fenster“, mit Botschaften wie dieser, demonstrierten Prostituierte im Rotlichtviertel

Catat ya...ini bukan tentang PKS yang partai politik itu, tapi PSK. Walau sama terdiri dari 3 huruf, tapi penempatannya berbeda dan juga maknanya. Kalau PKS sudah sering kita dengar melakukan aksi demo, apalagi yang menyangkut isu konflik di Palestina. Demo besar di kedutaan besar Amerika atau tempat lain sering dilakukan, tapi belum pernah terdengar melakukan penggalangan massa di kedutaan besar Saudi Arab, misalnya jika ada warga kita yang mendapat penganiayaan di negara tersebut, khususnya yang menimpa para TKW. Mendesak melakukan tindakan untuk menuntut keadilan dalam masalah hukum. Hari kamis kemarin di kota Amsterdam Belanda, tepatnya kawasan Redlight District yang terkenal sebagai tempat perdagangan prostitusi, sekitar 250 demonstran melakukan aksi menolak rencana pemerintah setempat untuk menutup jendela atau ruang kaca semacam etalase sebagai tempat menawarkan dagangannya. Demo ini juga diikuti oleh beberapa PSK. Diantara para peserta demo menggunakan topeng agar tidak dikenal. Mereka berteriak dan membawa spanduk bertuliskan "Don`t save us, save our windows". Selama melakukan aksi demo, beberapa "jendela" dikosongkan dan diisi tulisan kritikan pada walikota yang disebut  telah melakukan pencurian pada pekerjaan mereka. [caption id="" align="aligncenter" width="559" caption="http://www.bild.de/news/ausland/prostituierte/amsterdam-40486916.bild.html"][/caption] Dalam orasi yang dilakukannya, mereka mengatakan bahwa seks di Belanda adalah legal dan butuh dukungan. Para politisi diharap menyikapi hal ini dengan serius. Keberadaan mereka yang merasa dianggap penjahat lalu akan diusir, tanpa seorangpun menanyakan pendapat mereka. Rencana pemerintah kota Amsterdam untuk menutup "jendela" ini sebagai langkah meminimalisir perdagangan manusia dan kejahatan lain yang berhubungan dengan praktek berkedok prostitusi. Dari jumlah sekitar 500 jendela, 115 diantaranya telah mengalami penertiban. [caption id="" align="aligncenter" width="358" caption="http://www.bild.de/news/ausland/prostituierte/amsterdam-40486916.bild.html"]

An den Protesten in Amsterdam nahmen zahlreiche Prostituierte teil
An den Protesten in Amsterdam nahmen zahlreiche Prostituierte teil
[/caption] Beberapa tahun lalu, penulis dan istri sempat jalan-jalan di kota Amsterdam ini. Rasa penasaran dengan nama Redlight District yang begitu terkenal, menjadikan pingin melihat juga. Kawasan prostitusi yang sangat beda jika dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Di negara kita biasanya dibangun semacam lokalisasi khusus bagi para PSK, tapi di Amsterdam ini semacam kawasan umum biasa. Hanya saja di sepanjang pinggiran jalan terdapat rumah-rumah yang dijadikan tempat praktek menjual kenikmatan tubuh ini. Kalau di pusat perbelanjaan biasanya dilengkapi etalase untuk memajang produk perlengkapan pakain guna menarik pembeli, tetapi di tempat ini yang dipajang adalah para perempuan dengan pakain minim. Ada yang bergaya berdiri atau duduk sambil menjap-menjep menggoda orang yang berlalu lalang. Namun jangan sekali-kali Anda mengambil gambar mereka, jika tidak ingin kena semprot. Pemandangan yang bagi laki-laki dewasa mungkin dianggap biasa tapi untuk anak di bawah umur, rasanya memang tidak elok. Selain kawasan Redlight District sebagai tempat praktek prostitusi, cafe- cafe yang berjejal di tempat tersebut juga menawarkan ganja dengan legal. Tidak sedikit orang-orang berkulit hitam yang menjualnya secara ilegal di jalanan bahkan hingga heroin dengan cara menawarkan pada tiap orang yang ditemuinya. Pemandangan lucu jika ada patroli polisi yang naik kuda, mereka lalu pada lari bubar jalan. Ketika penulis menginap di suatu hotel, welcomes drink yag didapatkan pun bukan cola atau minuman lain, tapi bungkusan plastik berisi ganja yang sudah disiapkan di atas meja... sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun