[caption caption="e.kaskus.id"][/caption]Masih teringat saat-saat pilpres kemarin dimana bertebaran janji sewaktu kampanye dari calon presiden untuk menarik simpati masyarakat agar memilihnya. Tidak terkecuali janji-janji keluar dari pasangan Prabowo-Hatta, walaupun rejekinya belum terpilih. Namun apa yang pernah diucapkan akan selalu terpatri di benak rakyat Indonesia. Kata yang populer muncul saat itu penyebutan "Bocor" hingga di medsos pun bertebaran meme lucu sebagai penggambaran. Kebocoran uang negara sebesar 1000 T/tahun yang dikatakan akan ditutupnya seandainya terpilih sebagai presiden.
Kegaduhan kembali sedang bergolak di elite politik kita sekarang sejak munculnya kasus Freeport yang mengaitkan akan keberadaan salah satu kader dari partai Golkar dan kebetulan mitra koalisi KMP. Pencatutan nama presiden dan wakil presiden diduga telah dilakukan oleh ketua DPR, Setya Novanto, dalam pembicaraannya dengan pihak PTFI. Terungkap adanya pemberian janji dan permintaan saham terkait perpanjangan kontrak karya pabrik tambang berasal dari Amerika tersebut.
Sekedar sebagai pengingat saja. Walaupun Prabowo tidak terpilih sebagai presiden, sebagai seorang ksatria dan teguh menjunjung tinggi janji, inilah saatnya untuk menunjukkan pada masyarakat agar layak disebut negarawan. Berdiri di garda depan menyelamatkan uang negara demi kepentingan bangsa dari kebocoran. Tidak peduli pelakunya adalah teman atau kroni di perpolitikan, tekad yang pernah terucap akan sangat indah bila itu direalisasikan.
Dalam kasus Freeport ini, selain adanya indikasi penipuan pemberian janji dan pencatutan nama kepala negara, juga berpotensi akan merugikan keuangan negara. Uang negara yang seharusnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia tetapi hanya masuk ke kantong pribadi atau kelompok. Cara-cara seperti inilah yang membuat kebocoran seperti yang pernah diucapkan oleh Prabowo dan berkomitmen untuk menutupnya.
Namun fakta di lapangan sepertinya berbicara lain. Kekompakan koalisi KMP telah bulat mendukung dan sepertinya melindungi Setya Novanto. Suara-suara yang keluar dari mulut Fahri Hamzah dan Fadli Zon mewakili akan hal ini. Lebih fokus menyerang pribadi Soedirman Said sebagai pelapor dan berusaha mengaitkan dengan kasus lain untuk mengalihkan topik sesungguhnya menyangkut ketua DPR tersebut. Latar belakang dan masa lalu Soedirman Said pun banyak bermunculan diberbagai media sebagai bentuk pengalihan isu. Bahkkan presenter Mata Najwa yang turut andil memberitakan kasus ini dikabarkan sempat akan dilaporkan juga. Ada semacam pancingan "kakap merah" agar perhatian masyarakat berpaling dari kasus sebenarnya.
Tidak dipungkiri bila posisi strategis ketua DPR secara politis sangat menguntungkan KMP. Bukan hal aneh kedudukan inipun akan mati2an untuk dipertahankan. Tidak menutup kemungkinan bargaining politik akan digerilyakan demi menyelamatkan Setya Novanto. Hanya saja pembelaan yang dilakukan secara kebablasen, komitmen berjuang demi kemakmuran rakyat pun akan dipercaya hanya sebagai slogan saja.
Jika akhir-akhir ini sering terdengar sebagian rakyat yang terus-menerus selalu menagih janji Jokowi, tapi jangan lupakan juga janji Prabowo sewaktu kampanye harus diingatkan. Walaupun tidak terpilih sebagai presiden, janji seorang ksatria dan layak disebut negarawan sejati tentunya akan terus diperjuangkan. Apalagi kedudukannya sebagai yang dituakan oleh KMP dan menjadi panutan para pendukungnya. Saat tepat mendorong beliau maju di garda depan untuk menutup kebocoran uang negara seperti yang pernah menjadi komitmennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H