Minggu kemarin kebetulan anak bungsu ada acara turnamen sepakbola. Cuaca cerah bahkan condong panas sekitar 28 derajat. Sejak pagi pukul 10 kami pun sudah berangkat menuju ke tempat diselenggarakan pertandingan. Suasana meriah dan menarik melihat anak-anak dengan antusias bermain penuh semangat tinggi.Â
Selain teriakan penonton mensupport timnya, juga terjadi pertengkaran kecil dengan wasit tidak jarang terjadi. Apabila melihat cara memimpin pertandingan yang kurang fairplay. Sempat juga saya terlibat didalamnya hingga masuk ke lapangan untuk memprotes saat bertanding melawan tim tuan rumah dan melihat anak bungsu dijatuhkan dengan sangat kasar oleh pemain lawan tapi wasit tidak menganggap pelanggaran.Â
Si bungsu pun menahan tangis bukan karena sakit tapi lebih karena kemarahan. Akhirnya dia pun melampiaskan dengan ikut terbawa bermain kasar dan asal menabrak pemain lawan serta membalas melakukan pelanggaran-pelanggaran keras. Ketika hal ini dilakukan baru wasit menyempritnya. Bikin dongkol melihatnya.
Turnamen pun berakhir sekitar pukul 15.00 dengan ditutup pembagian medali. Tim anak saya lumayan berada diperingkat 3 dari 8 peserta. Pulang ke rumah perut pun terasa lapar dan pingin makan ayam goreng dari negara Paman Sam. Kebetulan lokasi restauran satu arah ke rumah dan dekat dengan tempat terjadinya peristiwa penembakan jumat kemarin. Rencana sekalian mau melihat suasana disana.
Setelah membeli ayam goreng untuk dibawa pulang kami pun melintasi jalan menuju tkp Olympia Einkaufzentrum (OEZ). Rupanya jalan masih ditutup dan terlihat banyak polisi penjaga serta orang-orang berjubel memadati lokasi. Kami pun tidak jadi mampir karena kesulitan mencari tempat parkir dan suara perut mulai kemereyukan. Selanjutnya kami putuskan pulang dan makan dulu lalu nanti kembali lagi dengan naik sepeda karena hanya berjarak sekitar 3 km saja.
Ribuan bunga serta penyalaan lilin diletakkan di depan restauran Mc.Donald dan Olympia Einkaufzentrum. Kebanyakan remaja teman sekolah dari para korban yang masih berusia 13-20 tahun hadir memberikan doa. Selain juga tentunya masyarakat luas yang ikut bersimpati pada tragedi penembakan ini.Â
Berhubung di hari minggu toko pada tutup dan tidak bisa membeli bunga serta melihat kepadatan pengunjung, kami pun akhirnya memutuskan tidak jadi datang kesana. Cukup melihat siaran langsung dari televisi dan tentunya ikut berduka dengan kejadian ini.
Di hari sama ketika masyarakat ibukota Bavaria, München, sedang melakukan upacara doa, bom bunuh diri pada hari minggu sekitar pukul 22.00 terjadi di Ansbach, kota kecil berpenduduk 40.000 orang di wilayah Negara Bagian Bayern. Pelaku adalah seorang pengungsi dari Suriah berusia 27 tahun. Dua tahun lalu dia datang ke Jerman tapi sejak setahun ditolak keberadaannya karena status yang tidak jelas dan alasan kurang kuat. Meskipun demikian tetap tinggal di Jerman dan sempat melakukan percobaan 2 kali bunuh diri sehingga dirawat di klinik kejiwaan.
Untuk kali ini diperkirakan tidak hanya bunuh diri biasa, tapi ditengarai ada hubungannya dengan teror. Pelaku membawa tas ransel dan mencoba masuk di festival musik tahunan yag digelar di lapangan dengan penonton sebanyak 2500. Beralasan karena tidak memiliki tiket, pelaku tidak diperbolehkan masuk dan akhirnya meledakkan diri di luar tempat digelarnya live music. Puluhan orang mengalami luka dan pelaku sendiri tewas seketika.