Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Eksotisme Pulau Perempuan

26 Mei 2016   07:30 Diperbarui: 26 Mei 2016   09:24 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tanah privat utk garasi perahu..dok.elde

Artikel perjalanan wisata ke Herren Insel di Chiemsee atau Pulau Laki-laki beberapa waktu lalu, rupanya menarik lumayan pembaca. Bahkan Admin pun tak segan-segan memberikan stempel HL. Permintaan juga datang dari sebagian pembaca agar saya melanjutkan cerita tentang pulau lain yang dikenal dengan sebutan Fraueninsel atau Pulau Perempuan. Sebagai kompasianer yang baik hati, jujur, tidak sombong dan gemar menabung, Elde pun tidak ingin mengecewakan pembaca dan di kesempatan ini meluluskan keinginan mereka untuk berbagi cerita kelanjutannya.

dermaga menuju ke pulau perempuan..dok.elde
dermaga menuju ke pulau perempuan..dok.elde
Berbeda dengan dengan Herren Insel yang bisa dikatakan tidak dihuni oleh masyarakat umum dengan rumah-rumah pribadi, tapi hanya istana serta museum, restauran dan pertokoan souvenir, di Fraueninsel atau Pulau Perempuan terdapat sejumlah rumah penduduk sekitar 54 buah dengan penghuninya kurang lebih 300 orang. Pulau yang tidak begitu besar dengan luas kira-kira 12 ha dan untuk berjalan kaki mengelilinginya hanya dibutuhkan waktu sekitar setengah jam saja. 

meninggalkan pulau laki-laki..dok.elde
meninggalkan pulau laki-laki..dok.elde
Aktivitas penduduknya kebanyakan selain menjadi nelayan, juga bergantung pada wisatawan yang datang. Membuka restaurant, menjual barang kerajinan keramik, menyewakan perahu boat dan tentunya berjualan ikan hasil tangkapan yang sudah dimasak sendiri lalu dijual di depan rumah berbentuk warung sederhana.

menuju pulau perempuan.dok.elde
menuju pulau perempuan.dok.elde
Selain keindahan pulaunya, di tempat ini ada sebuah bangunan biara yang berumur ratusan tahun. Objek yang menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan untuk mengunjunginya. Biara yang dibangun tahun 772 dan menempati sekitar sepertiga luas pulau ini sempat hancur akibat invasi kerajaan Hungaria pada abad 9 dan 10. Pada abad 13 dan 14 dibangun lagi dan selanjutnya pembaruan biara yang dikenal dengan sebutan Frauenwörth sukses dilakukan pada tahun 1728 dan 1732. Raja Bayern, König Lüdwig I kemudian pada tahun 1837 membuka sekolah biarawati di tempat tersebut.

ada 2makhluk halus berbaring didepan biara...dok.elde
ada 2makhluk halus berbaring didepan biara...dok.elde
Sayangnya ketika kami berkunjung ke biara tersebut waktu itu tidak dibuka untuk umum. Akhirnya hanya bisa melihat dari luar dengan mengelilingi tembok tinggi bangunan lawas tersebut.

Berjalan mengelilingi pulau ini memberikan kenikmatan tersendiri dengan pemandangan sekitarnya. Kita pun bisa blusukan ke rumah-rumah penduduk serta melihat aktifitas yang dilakukan. Banyak rumah digunakan untuk membuka toko-toko kecil atau warung yang menjajakan dagangan berupa barang kerajinan tangan maupun masakan ikan hasil tangkapannya.

tanah privat utk garasi perahu..dok.elde
tanah privat utk garasi perahu..dok.elde
Suasana terasa adem tanpa bisingnya suara kendaraan atau mesin mobil karena memang tidak ada ditempat ini. Untuk mengelilingi pulau saja dengan jalan kaki cuma setengah jam, buat apa juga perlu mobil. Jalanan juga kecil dan transportasi biasanya memakai kapal antar pulau. Tempat yang sangat cocok untuk berekreasi menghilangkan kepenatan ditengah kesibukan rutinitas kerja.

bukan garasi mobil tapi perahu...dok.elde
bukan garasi mobil tapi perahu...dok.elde
Hanya saja sebagian dari "pantai" atau pinggiran danau, sudah menjadi tanah privat yang tidak diperbolehkan umum untuk menginjaknya. Mereka yang memiliki rumah di pinggiran ini kebanyakan menggunakannya sebagai garasi buat perahunya. Namun masih banyak juga yang masih berupa wilayah public karena berada dipinggiran jalan kecil yang dibatasi dengan tanggul dan bisa digunakan untuk bermain air. Sayangnya saat ini airnya masih dingin karena belum benar-benar memasuki musim panas dan orang pun enggan pergi mandi.

anak-anak bermain air..dok.elde
anak-anak bermain air..dok.elde
Selain memanjakan mata dengan keindahan pemandangan yang ada, tentunya belum komplit kalau perut juga tidak ikut dimanjakan. Berbagai restauran pinggir danau menawarkan berbagai makanan tergantung selera. Bier garten, atau restauran terbuka di bawah pohon Kastanya, sebagai ciri khas masyarakat Bayern, adalah pilihan tepat saat cuaca cerah.

nyam..nyam..nyam..dok.elde
nyam..nyam..nyam..dok.elde
Menyantap ikan asap salmon serta kentang yang dihaluskan berbentuk pipih terus digoreng dan salad dengan saos lobak pedas, sebagai makanan yang tidak terlalu berat di perut dan cukup untuk pengganjal. Jika makan terlalu banyak di saat panas hanya akan bikin ngantuk dan malas berjalan-jalan lagi. 

menjelang sore...dok.elde
menjelang sore...dok.elde
Menjelang sore hari sekitar jam 17.00, kami pun lalu memutuskan untuk pulang. Perjalanan yang masih harus ditempuh kurang lebih 2 jam dengan naik kapal dan kereta api hingga sampai di rumah. Perjalanan yang sedikit melelahkan tapi merasa puas dengan apa yang kami peroleh dalam memanjakan mata menikmati keindahan danau terbesar di negara bagian Bayern, Jerman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun