[caption caption="augsburger-allgemeine.de"][/caption]Sejak terjadinya kasus perayaan Tahun Baru di Koln dan beberapa kota lainnya terkait peristiwa pelecehan seksual pada wanita serta perlakuan kriminal lainnya, warga Jerman khususnya perempuan mulai banyak membekali diri dengan senjata untuk membela diri dan mencegah kejadian yang tidak diharapkan. Pepper spray atau semprotan merica menjadi pilihan utama sebagai bekal untuk menjaga keamanan diri.
Dari catatan beberapa penjual senjata menyatakan bahwa permintaan akan semprotan merica ini sedang mengalami booming akhir-akhir ini dan meningkat begitu tajam. Sebagian 40% terjual melalui online. Jumlah permintaan diperkirakan meningkat hingga 600%. Pepper spray memang dijual bebas tapi hanya dikhususkan bagi pembeli yang sudah cukup umur atau dewasa.
Tindak pelecehan seksual sudah semakin brutal dan sering dilakukan di tempat-tempat umum. Di kereta api, tempat keramaian dan hiburan bahkan di kolam renang. Pelaku biasanya rombongan lebih dari 3 orang. Beberapa pelaku yang tertangkap kebanyakan adalah kaum pendatang atau pengungsi dari Afrika Utara, Afghanistan dan Suriah. Sebagian kota bahkan telah melarang masuk mereka ke diskotik dan kolam renang umum. Bukan hanya masalah tindak pelecehan seksual saja yang terjadi, namun juga kadang aksi kekerasan, penghinaan terhadap warga Jerman dilakukan tanpa alasan jelas.
Walaupun semprotan merica ini pada dasarnya hanya untuk digunakan bagi hewan, namun beralasan bahwa untuk menjaga diri dari tindakan serangan orang yang tidak diharapkan lalu diperbolehkan digunakan. Hanya saja dengan catatan bila kondisinya memungkinkan untuk pertahanan diri. Ini disebabkan akan efek bahaya yang ditimbulkan dan korban bisa mengalami cedera berat di mata hingga tidak menutup kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila penggunaannya disalahgunakan sanksi pidana akan menantinya.
Bicara tentang semprotan merica, beberapa bulan lalu istri saya juga telah membelinya. Hal ini dilakukan karena kasus yang sempat menimpa di tempat kerja. Waktu itu dia telah melaporkan pada polisi seorang Hausmeister atau penjaga yang bertugas memperbaiki kerusakan pada bangunan dan segala permasalahannya.
Di lingkungan sebuah universitas cukup ternama yang ada di München dimana dia bekerja, suatu saat ketika sedang berada di toilet memergoki Hausmeister tersebut mengintipnya. Bentuk toilet kantor yang hanya dibatasi oleh papan antara toilet satu dan lainnya yg tidak utuh menutup bagian atas dan bawah, menjadi celah si pengintip. Ketidak sengajaan ketika mendongak keatas terkejut sewaktu melihat kepala seseorang. Seketika berteriak dan si pengintip tersebut pun langsung kabur lewat jendela.
Berdasarkan obrolan dari rekan kerjanya, memang Hausmeister tersebut sering kali bolak-balik ke toilet perempuan. Kecurigaan padanya sudah dirasakan oleh yang lain. Selanjutnya polisi pun datang dan melakukan pemeriksaan. Pengambilan sidik jari yang ada di atap dan papan toilet memang cocok dengan sidik jari milik penjaga tersebut.
Walaupun berdalih dia sedang melakukan perbaikan di toilet, namun polisi tidak begitu saja mempercayainya karena tidak ditemukan laporan adanya kerusakan. Selain itu orang tersebut memang telah tercatat di kepolisian pernah dilaporkan juga terkait kasus yang sama di tempat lain. Akhirnya hukuman denda uang dan statusnya yang dalam pengawasan dijatuhkan.
Untuk menghindari kemungkinan dendam atau sakit hati si pelaku dan lalu melakukan tindakan penyerangan, istri saya pun membekali dirinya sejak saat itu dengan pepper spray sekedar berjaga-jaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H