[caption caption="foto. liputan6.com"][/caption]
Kembali Indonesia diguncang oleh teror bom yang dilakukan oleh sekelompok orang tidak bertanggungjawab. Pemilihan kota Jakarta sebagai sasaran tentunya memiliki tujuan agar mendapatkan perhatian nasional maupun internasional. Propaganda yang membawa pesan untuk disampaikan pada dunia bahwa perjuangan mereka belum berakhir dan akan terus melakukan aksi-aksinya. Demi mencapai keinginan kelompoknya dan segala cara akan terus dilakukan untuk menteror kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun reaksi masyarakat dunia dan khususnya Indonesia rupanya tidak seperti yang mereka harapkan. Bukannya simpati dan ketakutan tapi malah membangkitkan persatuan bersama untuk melawan aksi terorisme. Bermunculan tagar-tagar di media sosial yang melakukan perlawanan akan aksi terorisme ini. Masyarakat yang sudah cerdas menyadari bahwa sekali menuruti keinginan para teroris, selamanya akan dijadikan budak oleh mereka dan harus menuruti segala keinginannya.
Akan tetapi dibalik heroik perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat, ternyata ada juga segelintir orang yang masih termakan oleh tujuan pelaku aksi teror ini. Kegaduhan di kalangan elite pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat. Entah mereka secara sadar atau tidak telah masuk dalam agenda perangkap yang memang menjadi salah satu rencana kelompok radikalis ini. Menyalahkan aparat keamanan! Dengan berbagai dalih ada pihak-pihak yang menuding bahwa pihak keamanan telah kecolongan karena tidak bisa mengantisipasi dan mencegah kejadian ini.
Sebelum tudingan itu dilakukan, seharusnya bisa bercermin kejadian serupa yang korbannya jauh lebih banyak di berbagai negara lain. Misalkan saja teror Paris kemarin yang menewaskan ratusan jiwa. Bila dibandingkan dengan negara kita, aparat keamanan Perancis tidak kalah kualitasnya dengan yang kita miliki, bahkan mungkin boleh jadi setingkat lebih tinggi. Namun kenyataannya kejadian teror tidak juga bisa dihindari. Masyarakat pun tidak menyalahkan pihak keamanan yang nyata-nyata memang sudah bekerja keras hingga mencegah korban lebih banyak lagi dan berhasil melumpuhkan pelakunya. Apreasiasi baik diberikan pada pihak keamanan dan bukan saling menyalahkan tetapi menunjukkan sikap persatuan untuk melawan tindak terorisme yang jelas-jelas salah dimata mereka dan menghujat pelakunya.
Ancaman adanya teror kemungkinan besar memang sudah ada, tapi kesulitan ada pada ketidak pastian kapan dan dimana teror tersebut akan dilakukan. Para teroris juga tidak bodoh mengumbar ancaman dan menentukan hari dan tempatnya. Mereka juga tidak sembarangaan melakukan kontak dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya dan seandainya disadap alat komunikasinya, juga menggunakan bahasa sandi yang hanya dimengerti oleh mereka. Ini adalah salah satu kendala sulit untuk diatasi.
Seperti 2 kejadian di Jerman, bulan november kemarin dan saat malam tahun baru. Kepolisian dan inteligen Jerman mendapatkan info yang dianggap akurat akan adanya aksi teror pada pertandingan sepakbola persahabatan antara kesebelasan nasional Jerman melawan Belanda di Hannover. Info yang tidak hanya dari dalam negeri tapi hasil kerjasama dengan negara lain juga.
Menjelang pertandingan dilangsungkan dan penonton sudah memadati stadion, datang serombongan polisi yang menyuruh orang-orang meninggalkan tempat tersebut untuk dikosongkan. Pertandingan pun dibatalkan. Ditengarai akan ada 6 titik aksi pengeboman yang akan dilakukan di stadion. Setelah polisi melakukan evakuasi dan penyusuran tidak ditemukan barang yang diperkirakan membahayakan.
Selanjutnya pada malam tahun baru di München ada informasi akan adanya pengeboman di stasiun utama kereta api dan satu stasiun cabang lainnya. Jalur kereta dan stasiun pun dkosongkan dan ratusan polisi bergerak cepat mengamankan lokasi berikut melakukan penyisiran bahkan menggunakan anjing pelacak. Hasilnya nihil tidak ada bom yang diberitakan ditanam di lokasi tersebut.
Reaksi masyarakat pun tidak lalu menyalahkan polisi yang dianggap terlalu berlebihan dalam menyikapi aksi teror. Upaya pencegahan telah dilakukan tapi informasi yang diterima beda dengan kenyataan di lapangan. Ini menunjukkan bahwa aksi teror yang akan dilakukan memang sulit untuk dipastikan kapan dan dimana akan terjadi.
Kepolisian, BIN dan TNI yang sudah bekerja keras dan bisa mencegah secara cepat aksi teror di Jakarta hingga tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi, seharusnya tidak pantas disalahkan dan disebut telah kecolongan. Belum ada satu pun negara di dunia yang bisa mengantisipasi secara tepat dan menggagalkan aksi teror. Amerika yang dikenal kecanggihannya dalam hal keamanan pun beberapakali mengalami nasib sama akan aksi teror ini.