Mengetahui bahwa anak saya tidak makan daging babi, teman saya ini baru menyadari bahwa kami adalah muslim. Sebelumnya tidak tahu karena sudah kebiasaan disini menanyakan agama seseorang dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Setelah itu lalu dia pun menyinggung kejadian jumat lalu tentang teror di Paris. Dikatakannya peristiwa yang sangat biadab dan yang membuat saya cukup kaget ketika bilang ke anak saya untuk mempertimbangkan pindah agama.
Debat kecil pun terjadi dan saya katakan itu bukan ajaran agama kami, tidak menutup kemungkinan setiap agama ada pengikutnya yang bertindak radikal dan irasional. Kemudian saya berikan juga contoh peristiwa penembakan anak-anak dan peledakan bom di Norwegia yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik sekitar 4 tahun lalu. Pelaku bukan penganut agama islam. Akhirnya teman tersebut entah bisa mengerti atau karena tidak mau memperpanjang obrolan lalu pergi menghampiri kerumunan teman2 lainnya.
Dari pembicaraan dengan teman ini, ada yang bisa dibaca secara umum bahwa kejadian teror yang mengatasnamakan islam, kemudian orang pun berpandangan bahwa itulah ajaran agama yang dipraktekkan oleh pengikutnya. Cara berpikir seperti ini yang membentuk menjadikan islamophobia.
Bagi yang mendukung aksi teror Paris baik itu di dunia nyata atau dunia maya bahkan di Kompasiana, beruntunglah jika kalian hidup dan tinggal di negara berpenduduk mayoritas islam seperti di tanah air. Perlakuan masyarakat seperti yang dialami pemeluk islam lainnya sebagai minoritas di suatu negara, mungkin tidak pernah akan Anda alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H