Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak Teror Paris Bagi Muslim di Negara Minoritas

17 November 2015   15:01 Diperbarui: 17 November 2015   18:55 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="demo menentang pengungsi dan islamisasi..foto: stuttgarter-zeitung.de"][/caption]Entah apa yang ada di benak para pelaku teror yang menyasar masyarakat sipil sebagai korbannya, seperti yang baru saja terjadi di Paris. Jika untuk menakuti negara bersangkutan, hanyalah pekerjaan sia-sia. Pemerintah atau negara yang dijadikan sasaran bukannya takut tapi malah semakin membangkitkan semangat untuk lebih gencar memerangi terorisme. Orang waras pun pastinya juga akan mengecam tindakan pembunuhan masal pada masyarakat sipil yang dilakukan dengan sengaja. Dalam sebuah peperangan saja jika sampai menimbulkan korban rakyat sipil, kecaman bahkan tuntutan hukuman pada pelaku bisa dijatuhkan. Apalagi tindakan teror yang dengan sengaja dilakukan.

Lebih tidak masuk akal lagi cara-cara keji tersebut mengatasnamakan agama. Tidak ada satu agamapun mengajarkan kelakuan biadab semacam itu apalagi dilakukan bukan di daerah konflik peperangan. Apakah mereka tidak berpikir dengan membawa-bawa agama akan berdampak luas khususnya bagi masyarakat islam yang berdomisili disuatu negara dan kebetulan sebagai minoritas?

Selain nama islam akan tercemar dan diidentikkan dengan tindak kekerasan, akibat langsung perilaku para teroris ini juga mempengaruhi hubungan sosial di masyarakat, misalnya seperti yang terjadi di Jerman. Seperti diketahui saat ini ratusan ribu orang berbondong-bondong menyerbu Eropa khususnya Jerman sebagai pengungsi. Kebanyakan dari mereka beragama islam. Kepergian dari negaranya karena beralasan untuk keselamatan diri dan keluarga dari konflik peperangan.

Dengan adanya teror di Paris dan ditengarai salah satu dari pelaku adalah pengungsi yang menyamar menggunakan paspor Suriah, kecurigaan masyarakat lokal akan kedatangan para pengungsi inipun tidak terelakkan dan terbukti. Kekhawatiran yang sebelumnya menjadi perdebatan bahwa arus pengungsi besar kemungkinan disusupi teroris menjadi kenyataan. Masyarakat yang sejak kehadiran pengungsi ini sudah menolak seperti mendapatkan amunisi tambahan untuk menentang kedatangan mereka.

Demo-demo kembali bermunculan dan kecaman pada kanselir Angela Merkel yang membuka pintu bagi para pengungsi semakin menyudutkan pemerintahannya. Kesempatan yang dipergunakan oleh lawan politik untuk terus merorongnya. Kebijaksanaan politik Merkel yang membuka kran pengungsian selain memakan biaya besar diperkirakan lebih dari 14 M €, juga keberadaan para pengungsi ini akan membawa masalah di segala aspek kehidupan bernegara.

Bagi para pengungsi yang benar-benar pergi dari negaranya demi keselamatan hidup dan tidak terkait dengan segala bentuk terorisme pun menjadi dilema. Selain mendapat penolakan dari sebagian penduduk lokal, juga ada rasa kekhawatiran jika para teroris tersebut nantinya akan menyasar ke mereka untuk dijadikan korban.

Acungan jempol patut diberikan pada pemerintah Jerman yang dengan tegas telah menyatakan akan melindungi dan menjaga keselamatan penduduknya, tidak terkecuali bagi para pengungsi. Mereka para pengungsi tidak bsa dikaitkan dengan pelaku terorisme. Namun sebaliknya adalah korban dari aksi terorisme di negaranya (baca:ISIS) yang patut mendapat perlindungan.

Islamophobia yang sudah menjangkiti sebagian masyarakat Jerman, dengan adanya aksi teror Paris ini sepertinya akan menjadi bensin yang menambah semakin besarnya api kebencian. Masyarakat umum yang tidak begitu mengenal ajaran islam dan jika melihat ada pelaku teror yang mengatasnamakan agama ini, maka islam pun akan diidentikkan dengan ajaran kekerasan dan pembunuhan.

Usaha berbagai komunitas islam untuk menjelaskan keberadaan agama yang cinta damai di Jerman seperti melakukan aksi sosial dan dialog dengan membuka masjid pada hari tertentu guna memberikan kesempatan bagi non muslim untuk mengenal islam lebih jauh, akibat adanya aksi teror ini ibarat setitik nila merusak susu sebelangga. Dikarenakan ulah segelintir manusia yang mengatasnamakan islam, para pemeluk islam lain merasakan dampaknya.

Kejadian minggu kemarin sempat penulis alami. Waktu itu menemani anak yang sedang bertanding sepakbola. Kebetulan ada teman yang anaknya sekelas dengan anak saya dan juga bersama bermain di satu klub. Setelah pertandingan usai dan karena ini adalah pertandingan liga daerah untuk anak-anak yang terakhir, kamipun mengadakan pesta makan membuat grill, bakar-bakaran.

Anak saya berpikir bahwa hanya daging babi saja yang akan dipanggang dan karena tidak memakannya lalu mengajak pulang. Namun ketika saya tanyakan rupanya tersedia daging kalkun juga, maka saya putuskan untuk tetap tinggal sebentar ikut merayakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun