Mohon tunggu...
Santi Yunita
Santi Yunita Mohon Tunggu... wiraswasta -

menulis, dunia lama yang kini kutemukan lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elegi 2 Hati Part 2

19 Agustus 2013   00:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:09 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Nekat banget sich, kan aku udah bilang nanti juga pasti maen kesana!” omel  Ratna via bbm, tatkala ia tahu sekarang Hani sedang duduk manis di dalam bis dengan arah Tuban, kota tempat tinggal Ratna. “ Mumpung libur kuliah nich. Nanti tinggal bilang sama kondekturnya, turun daerah Bulu kan? Tunggu aku yaaaaaa “ Hani mengirimkan pula gambar tertawa lebar, yang disambut gelengan kepala Ratna dari ujung sana. “ Ya udah, nanti kalau sudah dekat Bulu bbm aku lagi, biar aku siap2 jemput kamu. Dan jangan ngomong sama orang asing, inget itu!” Hani nyengir dan membalas bbm dengan acungan jempol. Setelah memastikan dan konfirmasi dengan kondektur bis, Hani memasang headset di telinganya, mendengarkan alunan merdu suara Justin Timberlake dengan One Last Cry-nya.
Bruk..... Hani hampir berteriak kaget manakala sebuah tas ransel mendarat di pangkuannya, dan sedetik kemudian sepasang tangan kekar buru-buru mengangkat ransel itu. Hani belum sempat membuka mulutnya, “Maaf mbak, ndak sengaja, saya tersandung tadi.” Si empunya tas ransel menatap Hani dan menyunggingkan senyumnya dengan ramah. “Permisi mbak, boleh duduk toh?” Ah, saking kagetnya Hani sampai lupa bicara, ia hanya mengangguk dan menggeser sedikit duduknya, agar cowok  itu bisa menempati kursi di sebelahnya. Bukan ketiban durian runtuh, tapi ketiban ransel beratnya 5 kg, Hani mengupdate status bbmnya, yang langsung mendapat serbuan chat dari teman2nya. “Ransel?” tanya Ratna, “Iya nech, punya cowok sebelah” jawab Hani, sedikit manyun, merasa terganggu ketenangannya. “cakep?” tanya Ratna jahil, “ bentar biar ku cek....” Hani menoleh, mengamati  dengan seksama. Tinggi, berkulit hitam, pakaiannya kemeja rapi dan hmmm....baunya wangi. Hani malah lupa dengan bbmnya, justru mulai sibuk menamatkan pemandangan di sebelahnya. Wajahnya dari samping terlihat tegas dan tampan. Potongan rambutnya cepak dan rapi. “Kok ngeliatin saya terus mbak? Mbaknya lapar ya? Ini....” Seketika Hani merasakan pipinya merah padam karena malu. Cowok itu mengulurkan roti di tangannya, mengira Hani dari tadi melihat rotinya, bukan mengamati dirinya. Hani gelagapan, tidak menyangka sama sekali dengan reaksi yang timbul. “eh, enggak kok mas. Silahkan di makan saja, saya ndak lapar kok!” tolak Hani sambil berusaha tersenyum. “Ah, mbaknya pake malu-malu segala. Nich ambil saja, saya masih punya lagi kok. Tenang mbak, masih steril, belum saya buka!” tanpa di duga cowok dengan senyum manisnya itu meraih tangan Hani dan kemudian menaruh roti itu di telapak tangan Hani. “Monggo di makan mbak, jangan lupa, bismilah dulu kalau mau makan.” Hani menatap wajah tampan di sampingnya yang cengengesan, yang membuat Hani hanya bisa terpana, tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya hanya mengangguk dan mulai memakan rotinya. “Mbaknya mau kemana?” “ Tuban” jawab Hani singkat. “Lho, sama donk mbak. Saya juga mau ke Tuban, boleh tau Tuban mana?” “Jatirogo mas. Kalau masnya mau ke Tuban mana?” Hani akhirnya bertanya balik. “Eh? Saya ini orang Jatirogo lho mbak” “Hah? Masa sich?” Hani sedikit sumringah, merasa mendapatkan teman setujuan. “Iya mbak.... Nanti turun Bulu kan, bareng sama saya saja mbak!” “Ehm......” Hani tak bisa menjawab, ia masih belum yakin. “Lah, mesti ndak yakin toh.... Saya ini orang baik-baik kok mbak. Oh ya, kenalin, saya Bara!” Bara mengulurkan tangannya, “Hani!” Hani menyunggingkan senyum kikuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun