Mohon tunggu...
Santi Yunita
Santi Yunita Mohon Tunggu... wiraswasta -

menulis, dunia lama yang kini kutemukan lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elegi 2 Hati Part 3

21 September 2013   00:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:36 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hani berulang kali mematut tampilannya di depan cermin. Terasa debaran jantungnya yang berirama lebih cepat dari biasanya. Hani memarahi dirinya sendiri, ini bukan kencan, ini hanya ajakan jalan jalan biasa. Perlahan Hani menghembuskan nafas, berusaha menenangkan pikirannya sendiri, sambil sesekali melirik ke arah arloji di pergelangan tangannya. 15 menit lagi jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, Bara akan segera menjemputnya, Hani tersenyum senang. Mengingat bagaimana perkenalannya dengan Bara di bis kota, pun ketika  Ratna mendelik tak percaya saat dirinya datang bersama dengan Bara yang rumahnya persis bersebelahan dengan Ratna. Juga ketika tengah malam terpaksa mendengar suara sumbang Bara yang rupanya serius bermain gitar dengan alunan nada yang amburadul. Ataupun saat Bara dengan pedenya memanjat pohon mangga di depan rumah Ratna, dan berakhir  dengan beberapa luka sengatan lebah yang mendarat di wajah tampannya karena Bara tak sengaja menyenggol sarang lebah. Hani masih ingat dengan jelas saat Bara yang berusaha tidak meringis atau ,mengernyit sakit ketika Hani mengoleskan obat di beberapa luka yang membuat Bara terlihat lebih tembam karena bengkak sana sini.
Bara bersiul siul riang sambil melajukan pelan motor ninjanya. Hani, Hani dan Hani.....ah nama yang indah, setidaknya bagi Bara. Tak hanya namanya, wajah cantiknya, senyumnya, semua yang ada pada Hani selalu membuat Bara semakin merindukan keberadaan gadis itu. Bara sempat menggerutu pada Ratna, kenapa tak pernah mengenalkannya pada Hani, padahal Bara sudah bersahabat lama dengan Ratna. Ratna membela diri, mengatakan sayang bila Hani berkenalan dengan Bara yang levelnya biasa. Tapi Bara tak menggubris sindiran Ratna. Ia nekat bermain gitar milik abangnya, walaupun seumur umur Bara tak pernah belajar main gitar. Toh, karena itu ia bisa melihat Hani tertawa dari balik jendela kamar Ratna, yang bersebelahan dengan kamarnya. Bara juga sangat bersyukur  karena ulah lebah lebah nakal yang membuat wajahnya berhari hari bengkak tak jelas bentuknya. Karena Bara bisa merasakan sentuhan lembut tangan Hani saat mengobati lukanya.
Bara tersenyum sumringah saat Hani mengiyakan ketika dirinya menyatakan cinta. Bahkan Bara berjingkrak jingkrak seperti anak kecil, berputar mengelilingi Hani yang terus tertawa melihat tingkah Bara. Hanipun merasakan cinta yang sama, rasa yang sama, bahagia yang sama. Bara berjanji hatinya, jiwanya, semuanya untuk Hani seorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun