Kamu, ya kamu, satu yang aku sayangi.
Sebagai penawar atas ketidakadilan diri.
Pada berhimpun peristiwa yang ku alami.
Dulu hingga kini.
Waktu demi waktu kita lalui.
Penuh debu penuh duri.
Kadang kita tertawa.
Kadang menangis dalam jiwa.
Sekali dulu pernah aku berkeluh.
Mengapa?
Mengapa duniaku begitu keruh?
Aku mengadu dan mengaduh.
Aku khatam akan jenuh.
Lantas kamu hadir.
Bagai utusan damai hati.
Atas perihnya perjalanan duniawi.
Aku adalah duka, kamu tempatku bersuka.
Aku adalah air mata, kamu perlipur lara.
Tunggu aku.
Tunggu.
Satu atau beribu waktu.
Aku pasti datang.
Datang yang bukan sekedar angan. Datang yang bukan sekedar bayang-bayang...
Mas Herry FK, aku kangen kamu.
Aku padamu Mas...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H