Mohon tunggu...
Lovelly Azzahra
Lovelly Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA N 1 METRO

Berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Tanggap Wayang Tahunan Desa Depok Rejo 7a

10 Maret 2024   17:03 Diperbarui: 10 Maret 2024   17:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi tanggap wayang sudah menjadi hal biasa dilakukan di desa Depok Rejo 7a, lebih lengkapnya desa yang berada di kecamatan Trimurjo kabupaten Lampung Tengah. 

Tradisi ini dilakukan sebagai perayaan hari jadi atau ulang tahun dibentuknya desa Depok Rejo. Tradisi ini sudah berjalan selama berpuluh-puluh tahun yang lalu dan masih dilestarikan oleh penduduk sekitar hingga saat ini. 

Nenek moyang zaman dahulu percaya untuk menunjukkan rasa syukur mereka atas tuhan yang maha esa, mereka menggelar syukuran secara besar-besaran. Salah satunya untuk menunjukkan rasa syukur tersebut, mereka mempertunjukkan kesenian wayang. 

Kesenian wayang adalah salah satu kesenian tradisional berbentuk boneka pipih berasal dari kulit yang dipertunjukkan dengan iringan musik Jawa dan dimainkan oleh seorang dalang. Berdasarkan arti bahasa, kata wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yakni wod dan yang, artinya gerakan yang berulang-ulang dan tidak tetap. Dengan arti kata itu maka dapat dikatakan bahwa wayang berarti wujud bayangan yang samar-samar selalu bergerak-gerak dengan tempat yang tidak tetap.

Pertunjukan wayang ini tidak tentu diadakan menurut perhitungan kalender nasional, karena pada zaman dahulu nenek moyang belum mengenal yang namanya kalender nasional, mereka hanya mengenal kalender Jawa. Pertunjukan wayang ini rutin diadakan pada 10 Suro dihitung menurut kalender jawa atau 10 Muharam dihitung menurut tahun baru Islam. 

Hingga era modern sekarang tradisi ini tetap dijalankan, karena mereka masih teguh memegang kepercayaan nenek moyang mereka. Para penduduk desa percaya jika tidak di tanggapi wayang, desa akan tertimpa musibah atau hal-hal buruk akan menimpa desa ini.

Namun di era modern ini beberapa warga ada yang percaya, dan ada yang tidak dengan kepercayaan penduduk lama. Tetapi, walau begitu semua warga tetap antusias dan mendukung pertunjukan wayang untuk diadakan tiap tahunnya.

Pertunjukan wayang ini sangat ditunggu-tunggu oleh penduduk setiap tahunnya. Bukan hanya penduduk sekitar saja tetapi penduduk dari desa luar pun ikut berbondong-bondong menyaksikan pertunjukan wayang ini. Dari kalangan orang tua, remaja, hingga anak-anak usia balita turut antusias menyaksikan pertunjukan ini. 

Pertunjukan ini pun tidak memakan biaya. Para penonton dapat menonton pementasan wayang ini dengan gratis. Pertunjukan tersebut biasanya menampilkan cerita Mahabarata yang diadaptasi dari buku/ film menjadi pementasan seni wayang.

Hal ini tentu sudah menjadi pemandangan yang jarang kita jumpai di era modern. Apalagi pada zaman ini anak muda banyak yang sudah mengenal gawai. Mereka sudah banyak yang terhanyut dalam dunia digital dan melupakan budaya mereka sendiri.

Tentu hal ini terlihat menyedihkan di kalangan anak muda bukan? Banyak dari mereka sudah melupakan budaya mereka sendiri. Bahkan beberapa dari mereka banyak yang tidak peduli atau acuh terhadap budaya mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun