“Kejarlah kebagaiaanmu tetapi jangan engkau nodai fitrahmu sebagai manusia dan jangan mencederai kolektifitasmu sebagai makhluk social, karena Allah tidak menyukai kerusakan di muka bumi ini.”
Saya pernah melihat waria-waria yang sukses di sebuah talk show, waria ini tidak hanya mampu menunjukkan karyanya tetapi juga mampu memberikan dampak yang sangat positif bagi lingkungannya. Saya sendiri merasa termotivasi untuk bangkit melawan kelemahan saya dan focus terhadap apa yang saya miliki, saat mendengar cerita mereka di talk show tersebut.
Dalam diri saya muncul pertannyaan kecil, bukankah lebih baik mereka menjadi seperti itu, tanpa beban karena mereka hidup dalam pilihannya dan mereka bahagia. Bukankah hidup mencari kebahagiaan.
Pertanyaan itu menggangu saya beberapa hari. Kalau saya setuju, ini bertentangan dengan akhidah islam, tapi kalau tidak setuju ini bertentangan dengan nurani saya.
Saat saya berkeliling kota Surabaya, saya banyak menjumpai profesi yang mengejutkan diri saya, seperti ; tukang becak perempuan, tukang sampah perempuan, bahkan tukang bangunanpun ada yang perempuan. Hal ini bagi saya cukup menarik, karena di zaman millenium ini profesi tidak di lihat dari gendernya apa, yang penting mampu atau tidak. Mungkin karena desakan ekonomi jadi kartini-kartini ini tidak perduli lagi dengan status gender mereka, yang penting perut keluarga bisa terisi.
Masyarakat juga mulai mewajari atau menganggap biasa pekerjaan yang dulunya dikerjakan wanita sekarang dikerjakan pria dan sebaliknya. Saya melihat chef itu ternyata banyak yang laki-laki dan tampangnya keren-keren. Pada hal dulu laki-laki masak atau di dapur itu dianggap menyalahi kodrat. Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa profesi itu tidak terikat oleh gender. Selama dia mampu dan sesuai passionnya hal itu wajar-wajar saja.
Allah sendiri telah melimpahkan karunianya di langit dan di bumi, agar manusia bekerja untuk memperoleh rizki-Nya. Allah tidak membeda-bedakan engkau laki-laki atau wanita, yang terpenting ketulusan hatimu, bekerja dengan sekuat tenaga untuk mencukupi kebutuhan dirimu dan keluargamu. Jika engkau mendapatkan karunia-Nya dan menjadi kaya, maka jangan lupakan saudaramu sesama muslim yang sedang merintih kelaparan. Dan sekali lagi Allah tidak membeda-bedakan engkau laki-laki atau perempuan didalam memperoleh kejayaan dunia-akhirat.
Kalau profesi tidak terikat gender, lalu bagaimana dengan kelamin? Apakah juga sama seperti profesi?.
Allah telah menentukan status laki-laki dan perempuan sejak peniupan ruh di alam nafes. Allah juga telah menentukan fungsi-fungsi mereka. Fungsi yang paling hakiki dari laki-laki dan perempuaan adalah berumah tangga melahirkan keturunan, agar generasi tahuid bisa terus berkembang di muka bumi ini. Jika berubah gender maka akan menimbulkan kerusakan; kelainan seks, homo seksual, lesbi dan penyakit social lainnya. Hal itu akan merusak tatanan masyarakat yang seimbang dan harmoni, tidak ada keturunan yang akan dilahirkan sehingga manusia bisa punah.
Hal ini sudah jelas bahwa profesi bisa berpindah tetapi kelamin jangan.
Selesai…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI