Mohon tunggu...
Arya Panakawan
Arya Panakawan Mohon Tunggu... -

mengenal jawa timur lebih dekat, melalui alam, budaya dan sosial politiknya. Juga jagan lupa Follow twitternya di @aryapanakawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Tua Renta

5 September 2014   06:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bingung mau makan apa

Bingung mau beli apa

Bukannya banyak pilihan

Tapi tak ada sepeserpun uang di tangan

Dengan sisa dua batang rokok

Dan korek kayu yang lusuh, dari belas kasihan

Dia pergi berkeliling menjajakan barang

Berharap Tuhan berbelas kasih memberikan rizki, hari ini

Sepeda tua yang selalu setia menemani

Di sisia usianya yang tak lagi muda

Menjadi harta yang paling berharga

Ditengah-tengah kesepian dan kesendiriannya di dunia

Tubuhnya yang kurus dan rapuh

Dipaksa mengayuh sepeda tuanya

Untuk berkeliling sepanjang hari, menjajakan barangnya

Ditengah teriknya sinar matahari

Dia pun mulai mengeluh

“hahhhh…”

“hidup memang terasa sulit, jika apa yang kita lakukan tidak menghasilkan untuk penghidupan”

“hidup seperti di neraka, jika kesulitan terus mendera tiada habisnya”

“aku harus bagaimana lagi??, ya robbi,,”

[caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="berjuang untuk hidup Meski hidup tak selalu ramah padanya"][/caption]

Dia pun menyalakan rokok terakhirnya

Dan melupakan sejenak keluh-kesahnya

Dia kembali mengayuh sepeda tuanya

Sambil menjajakan barang, berharap ada yang membeli

Hidup memang kejam dan tak kenal kompromi

Memangsa siapa saja yang tidak bisa mengendalikannya

Kerja keras, kejujuran, kegigihan

Seakan tiada harganya

Jika dihadapkan pada kenyataan yang hanya berpihak pada segelintir orang

Oh, betapa sulitnya hidup ini

Betapa dunia tak lagi penuh dengan kompromi

Di saat harga-harga mulai melambung tinggi

Para penguasa mengurusi kepentingan golongannya sendiri

Korupsi semakin menjadi-jadi

Kesejahterahan bisa di monopoli

Kesenjangan social semakin tinggi

Oh, betapa sulitnya hidup ini

Dia pun tetap mengayuh sepeda tuanya

Menjajakan barang, berharap ada yang terjual

Kesedihan tak lagi dia rasakan

Karena dia telah akrab dan berdamai dengan penderitaan

Walaupun dia tua renta, dan tak punya

Tapi jiwanya luhur, sebab dia tak mau menjadi peminta-minta

Dia terus berjuang untuk hidup

Meski hidup tak selalu ramah padanya

Kisah Tua Renta, 01 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun