Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... -

Pemuda yang sedang mengejar cita-citanya |Fokus di Fiksi | Sedang tertarik cerita misteri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Episode 3] Aku Hanya Ingin Mengisi Kekosongan Hatimu (2)

13 Februari 2014   01:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13918576091539066323

[caption id="attachment_321378" align="aligncenter" width="300" caption="Credit Photo : buat sendiri"][/caption] Sudah hampir setengah jam Toni memacu montornya. Tidak jua montor tersebut sampai kerumah Julia. Toni diundang oleh Adiknya Julia sebenarnya. Namanya Rahma. Toni diminta Rahma untuk membantu menyusun perencanaan acara perpisahan Julia yang akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Alasan sebenarnya Toni datang adalah ingin banyak sharing, diskusi, ngobrol masalah tanam-menananm bunga. Toni sedang mengembangkan kebun bunga Lili sedangkan Julia sedang mengembangkan kebun bunga matahari. Hawa dingin semakin lama semakin terasa. Toni merasa dan sadar kalau jaketnya sebenarnya tidak mampu lagi menahan angin dingin. Dari kejauhan tampak seseorang melambai-lambaikan tangan. Lebih tepatnya heboh melambaikan tangan. Rahma yang menyadari kedatangan Toni yang sudah terlihat sejak di kaki gunung langsung berlari kedepan gerbang rumah sambil melambai-lambaikan tangan, atau mungkin pecicilan saking senangnya. 45 menit perjalanan yang dingin akhirnya sampai juga dirumah Rahma dan Julia. "Wah Pangeran Gerimis datang, Pangeran Gerimis datang", Rahma memang sangat heboh orangnya, antara Rahma dengan Julia selalu khawatir jika teman-temannya dari kota ingin mengunjungi kampung halaman mereka yang sangat jauh dan rutenya yang berkelo-kelo-berbahaya. Jadi jika mereka selamat dan sehat sampai rumah mereka, sungguh hati mereka sangat bersyukur dan tentunya sangat senang."Selamat datang Mas Gerimis", sapa Julia "Apaan sih Ma. Namaku kan Toni bukan Pangeran Gerimis" "Soalnya kalau mas Gerimis datang, tiba-tiba langit mendung dan jadi hujan" "Enggak juga kali" "Tuh langit udah jadi mendung tuh" "Mungkin kalau ketemu Kamu kali mendung mulu" "Udah-udah masuk-masuk dulu" kata Julia menyela *** "Tumben lho mas Gerimis, kalau mbak Juju masak. Pakai cinta lagi yang masak". "Sembarangan deh dek Rahma ini. Biasanya aja masak kek begini. Lagipula kamu juga ikut masak kan. Hayo dek Rahma juga pakai cinta kan yang masak", Muka Rahma langsung dilipat-lipat, cemberut karena tidak bisa mengerjai Kakaknya. "Gimana Julia, sehat kan? Kata Rahma kamu baru sakit?" "Iya lho mas gerimis, sakit cinta. Mungkin perlu hujan untuk menyembuhkan lukanya" "Hush, mbak Juju baik-baik saja kok" Kakak beradik itu sangat heboh. Toni memilih untuk diam saja. Toni selama ini hanya bertemu dan mengenal Julia dari Rahma. Rahma adalah salah satu ilustrator komik yang gambarnya unik di perusahaan Toni. Manager pribadi sekaligus juru bicara Rahma adalah kakaknya yang memang mendalami ekonomi kreatif. Toni tahu hubungan Julia dengan seorang Komikus. Sebuah rahasia umum waktu itu. Tapi entah kenapa tersiar kabar bahwa keduanya sudah tidak lagi bersama. Dan rencana pertunangannya dengan sang Komikus itupun gagal karena ternyata kedua belah pihak orantua tidak setuju dengan hubungan mereka. Putusnya Julia dengan Komikus dan putusnya Toni dengan Fitria tidaklah lama. Toni yang kebingungan waktu itupun akhirnya bertemu dengan Julia yang mengalami hal yang serupa. Toni dan Julia sadar bahwa hubungan karena pelarian bukanlah hubungan yang ditakdirkan langgeng. Setelah mereka sembuh dari luka-luka cinta., komitmen cintapun pudar seiring dengan sembuhnya luka. Sore itu Toni memetik gitar untuk Julia dan Rahma sambil ditemani Gerimis Feberuari dikebun bunga Matahari yang dingin. 11 Februari 2014 _____________________ Gerimis Februari adalah cerita mini bersambung. Terbit setiap Rabu dan Sabtu. Terimaksih kepada teman-teman yang sudah mampir ya =)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun