Sebuah kelompok terdiam setelah mendengarkan isi surat itu. Gema cerita dan keheningan kelompok, membuat kelompok-kelompok lain tertarik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Merekapun ikut terdiam.
"Manusia adalah makhluk yang unik. Kalau sudah begini semua tergantung dari sang kakek. Menyambut cinta yang baru tidaklah salah. Mungkin ada benarnya, bahwa kakaknyalah yang mengirimkan si adik. Tapi, setia dengan cinta yang lama tidaklah buruk. Anak-anak dan cucunya telah mengobati kesepiannya, bahkan melebihkannya dan akan terus seperti itu sampai sang kakek meninggal.
"Mari kita do'akan agar sang kakek bisa memilih dengan bijaksana".
Aku terbangun dari tidurku. Gulingku basah karena air mata. Seketika hatiku tenang. Mulai saat ini aku tahu bahwa diujung dunia sana ada sekelompok orang yang peduli dengan kehilangan, kesepian, dan kebingunganku. Mereka mendo'akan aku dan banyak orang lainnya. Dan sekarang adalah giliranku mendo'akan mereka, sebagai wujud rasa terimakasihku atas kepedulian mereka kepadaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H