Mohon tunggu...
D Lova Aloysia
D Lova Aloysia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nilai Filosofis dan Nilai Pendidikan dalam Novel "Senandung Rindu untuk Ayah dan Ibu" Karya Tri Budhi Sastrio

17 Juli 2022   23:08 Diperbarui: 17 Juli 2022   23:42 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karya sastra merupakan sebuah pengolahan kata yang akan menjadi kalimat yang jelas dan memiliki sebuah makna dan pernyataan mengenai makna yang terkandung di dalam penulisan sebuah karya sastra (Juwati, 2017: 73). Karya sastra sering dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya. Salah satu analisis yang sering dilakukan terhadap karya sastra yakni analisis nilai-nilai. Nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, khususnya mengenai kebaikan terhadap suatu hal. Nilai diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Thoha, 1996: 61). Nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. Nilai berkaitan dengan segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman sehingga menjadi sesuatu yang sangat dipentingkan manusia. Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah sampai pada taraf kebermaknaan nilai tersebut pada dirinya.

Nilai sangat penting bagi kehidupan karena memiliki hubungan yang erat antara subjek dengan objek dalam kehidupan (Isna, 2001: 101). Nilai sebagai daya pendorong dalam hidup memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Secara umum, nilai adalah konsep yang merujuk pada hal-hal yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas, buruk, salah, dan tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila mempunyai kegunaan, kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidup. Jika dilihat dari segi pengklasifikasiannya, nilai terbagi menjadi beberapa macam, antara lain nilai moral/etika, nilai sosial, nilai religius, nilai filosofis, nilai historis, nilai psikologis, nilai perjuangan, nilai pendidikan, nilai budaya, nilai estetika, nilai hukum, nilai ekonomi, dan nilai politik. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan analisis terhadap nilai filosofis dan nilai pendidikan.

Peneliti akan menganalisis nilai filosofis dan nilai pendidikan yang terkandung dalam sebuah karya sastra fiksi yakni novel. Peneliti memilih salah satu novel karya Tri Budhi Sastrio yang berjudul Senandung Rindu untuk Ayah dan Ibu. Novel ini menceritakan kisah tokoh bernama Raras yang usianya baru menjelang tiga belas tahun. Ia hidup sebatang kara karena ibu dan ayahnya telah meninggal dunia. Hampir tiga bulan ia hidup menggelandang di jalanan sebelum akhirnya bertemu dengan biarawati bernama Suster Fransisca kemudian ditampung dan dirawat di biara susteran Santa Maria. Gadis cilik itu juga disekolahkan di SMPK Santa Maria. Di sekolah, Raras termasuk murid yang berprestasi hingga hal yang tak diduga pun terjadi. Raras yang masih duduk di bangku SMP membuat sebuah keputusan besar dalam hidupnya di mana ia memutuskan ingin menjadi seorang biarawati. Peneliti memilih novel tersebut karena menurut peneliti novel ini sarat akan nilai-nilai kehidupan yang baik dan sangat penting untuk dikaji. Peneliti memahami bahwa nilai filosofis dan nilai pendidikan merupakan pemahaman berharga akan sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai acuan atau pegangan setiap insan untuk bekal hidup agar bisa menjadi manusia yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel karya Tri Budhi Sastrio yang berjudul Senandung Rindu untuk Ayah dan Ibu mengandung nilai filosofis dan nilai pendidikan. Berikut pembahasan mengenai nilai filosofis dan nilai pendidikan dalam novel tersebut.

A. Nilai Filosofis

Nilai filosofis merupakan nilai yang berkaitan dengan suatu tatanan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu serta digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidup seseorang atau sekelompok orang yang menjadi konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Nilai filosofis dalam novel Senandung Rindu untuk Ayah dan Ibu dapat dilihat pada kutipan berikut.

(1) “Aku mempunyai hak untuk ikut mengurus masalah merokokmu karena dua hal. Pertama, saat ini kita tidak mempunyai cukup uang untuk dibakar dan dijadikan asap. Kedua, dan ini mungkin yang lebih penting, tiga bulan yang lalu engkau berjanji tidak akan merokok lagi, tetapi janji itu secara terus-menerus dilanggar. Dengan dua alasan yang sangat mendasar seperti ini engkau masih tetap bersikeras mengatakan bahwa masalah merokokmu sama sekali bukan urusanku?” (hlm. 12)

Dari kutipan (1) tersebut menunjukkan bahwa uang dan kesehatan adalah dua hal yang sangat berharga dan penting untuk dijaga. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan bahwa apabila seseorang telah berjanji, maka haruslah ditepati. Sisi lain yang juga ditunjukkan dalam kutipan tersebut yakni bahwa seorang istri berhak untuk mengingatkan suaminya ketika sang suami melakukan suatu tindakan yang tidak baik dan sang suami harus menghargainya.

(2) Sayangnya dia dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, keluarga yang setiap harinya selalu disibukkan oleh usaha mati hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tetapi bak berlian, diasah atau tidak diasah, sebuah berlian tetap saja berlian. Begitu juga dengan wanita sederhana ini. Karena pada dasarnya dia memang cerdas dan berwawasan luas, maka mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi atau tidak, tetap saja wanita sederhana ini cerdas dan berwawasan. (hlm. 12)

Dari kutipan (2) tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan yang dimiliki seseorang sejak lahir akan terus melekat pada diri orang itu seterusnya sekalipun orang itu terkendala dalam memperoleh pendidikan formal.

(3) “…Ibumu memang bukan orang yang berada, tetapi karena kakek dan nenekmu berpandangan bijak dan berwawasan luas, mereka tidak pernah ingin apalagi memaksakan kehendak menjodohkan ibumu dengan orang kaya…” (hlm. 14)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun