Mohon tunggu...
Dita Nidya Kartika Lova
Dita Nidya Kartika Lova Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikah! Saat Istri Harus Siap Kehilangan Separuh Kuasa Diri?

23 Juni 2012   11:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:37 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan saya kesannya sok tua ya, haha, ini hanya berdasarkan curhatan kakak sepupu saya. Sebut saja namanya Mba Mesty. Mba Mesty ini belum genap satu tahun menikah.

Ga ada keluhan bagi dia dalam kehidupan rumah tangga nya, suaminya bertanggung jawab dan baik. Hanya saja suami Mba Mesty kurang suka mba Mesty bekerja dan beraktivitas di luar.Mba Mesty hanya mengingatkan saya untuk siap-siap. ''Jadi istri itu ga mudah dek, saat lu nanti jadi seorang istri, mau ga mau sebagian atau bahkan seluruh kuasa lu ke diri lu sendiri bakal berkurang'' Maksudnya?
''Ya maksud gw, lu ga bisa nentuin semuanya semau lu, ada pendapat seorang ' pemimpin ' yaitu suami lu yang mesti dihargai dan didengerin selama itu baik.''
Bener juga ya.

Memang dalam beberapa kasus ada suami yang sangat membebaskan istrinya melakukan segala hal semaunya. Mau berkarier, mau jalan-jalan setiap hari , mau shopping tiap hari, mau melanjutkan pendidikan, mau ngapain aja lah jungkir balik kayang ngebor ngecor..hehe.

Tapi ga sedikit juga suami yang 'mengekang' istri. Mengekang tak selalu berkonotasi buruk, bisa jadi maksudnya suami adalah baik, hanya saja kadang jika istri ga menerima kekangan tersebut, maka yang terjadi adalah pemberontakan istri dan konflik. Apalagi jika suami sudah merasa harga diri dan wibawanya di lawan.

Menurut Mba Mesty, ya yang mesti diinget ''saat lu sudah memutuskan untuk memilih seseorang menjadi pasangan hidup lu, artinya seorang istri siap dipimpin, siap menerima segala kekurangan dan kelebihannya, gw ga bawa-bawa soal agama dimana istri harus manut dengan suaminya, tapi secara sosial dan budaya, memang melumrahkan adanya hal seperti itu, istri lah yang harus manut selama larangan atau perintah suami benar, karena bagaimanapun dia pemimpin yang sudah lu pilih''.

Setiap rumah tangga, memiliki dinamika masalah yang berbeda-beda, masalah ga hanya sempit menyangkut istri-suami, tapi juga menantu-mertua, dan antar ipar. Wanita diciptakan sebagai makhluk yang lembut dan dituntut pengertian, bahkan di budaya terutama Jawa. Jadi untuk setiap wanita, mental dan pola pikir sebelum menikah harus sudah disiapkan, bahwa dalam berumahtangga, sebagian besar kasus bisa selesai jika pihak wanitanya yang mengalah. Entah ini salah atau benar, yang jelas dominannya begitu.

Mengalah tak selalu berarti lemah. Wanita itu punya segala potensi kekuatan yang jauh lebih besar dibalik segala kekalemannya. Sedangkan pria, dibalik segala kekuatannya rata-rata mudah down apabila menghadapi masalah rumah tangga. Istri yang bijaksana, pengertian, bisa menjadi sparring partner dalam segala hal tentunya akan membuat suami bisa
menjalani hidup dan pekerjaannya dengan tenang.

Tulisan Lova yang sotoy, lagi denger curhatan kakak :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun