Mohon tunggu...
Louvi Aprilius Tanoto
Louvi Aprilius Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - pelajar kolese kanisius

Seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengembalikan Ujian Nasional, Membuka Jalan untuk Generasi yang Lebih Baik

8 November 2024   13:51 Diperbarui: 8 November 2024   13:56 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.westjavatoday.com/kemendikdasmen-diminta-pertimbangkan-ulang-untuk-penetapan-kembali-ujian-nasional 

Setelah bertahun-tahun meninggalkan Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, wacana untuk mengembalikan sistem ini mulai kembali diperbincangkan. Dalam pertemuan-pertemuan khusus bidang pendidikan, para pakar dan pengamat pendidikan mempertanyakan efektivitas model evaluasi saat ini yang hanya mengandalkan asesmen dari sekolah. Seiring dengan munculnya berbagai tantangan pendidikan, seperti ketimpangan kualitas antara sekolah di kota dan desa, suara-suara yang menginginkan kembalinya Ujian Nasional menjadi semakin nyaring, serta sekolah-sekolah swasta yang memiliki standardisasi yang berbeda dengan sekolah-sekolah negeri juga ikut cemas dan juga menantikan informasi kedepannya.

Para orang tua, guru, dan siswa sendiri masih berada dalam keraguan. Bagi mereka yang terbiasa dengan sistem lama, Ujian Nasional dianggap sebagai tolok ukur standar yang membuat semua siswa dipacu untuk mencapai kompetensi yang sama. Namun, bagi sebagian lain, kembalinya Ujian Nasional berarti menghadirkan kembali bayangan ketakutan akan ujian besar yang menguji seluruh masa belajar selama bertahun-tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, sistem pendidikan di Indonesia mengandalkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai alternatif Ujian Nasional. AKM berfokus pada kemampuan literasi dan numerasi serta memberi kebebasan pada sekolah untuk menentukan kelulusan siswa. Sementara itu, Ujian Nasional dahulu memiliki pendekatan berbeda, yaitu menguji seluruh mata pelajaran dengan standar nasional untuk menilai kemampuan akademis siswa secara keseluruhan. Perbandingan antara kedua sistem ini jelas. Ujian Nasional membawa keseragaman dalam penilaian, meskipun sering dianggap terlalu menekan dan kurang memperhatikan perkembangan karakter siswa. Di sisi lain, AKM lebih fleksibel, namun masih diragukan apakah bisa memberi gambaran kemampuan siswa secara menyeluruh dan setara di seluruh Indonesia.

Bayangkan seorang siswa di sekolah pinggiran kota yang tidak memiliki fasilitas belajar memadai. Dahulu, dengan adanya Ujian Nasional, ia berusaha keras belajar untuk mencapai standar yang sama dengan siswa di kota besar, meskipun fasilitas dan kesempatan mereka berbeda. Namun, dengan sistem asesmen yang lebih fleksibel sekarang, standar kelulusan bisa berbeda-beda antara sekolah. Hal ini bisa memunculkan persepsi ketidaksetaraan, di mana siswa dari sekolah yang lebih maju memiliki peluang lebih besar untuk sukses dalam asesmen, sementara siswa dari daerah dengan keterbatasan fasilitas tidak mendapat tolok ukur yang sama.

Dalam realitasnya, pengembalian Ujian Nasional sebagai tolok ukur kelulusan dapat memberikan hasil yang lebih terstandarisasi dan mendorong kesetaraan. Misalnya, di masa lalu, seorang siswa dari daerah terpencil dapat membuktikan kemampuannya secara nasional melalui hasil Ujian Nasional. Ini menjadi semacam pembuktian bahwa pendidikan di daerah tersebut bisa menghasilkan lulusan dengan kualitas yang sama baiknya dengan siswa di kota besar. Ketika seorang siswa dari desa berhasil mendapatkan nilai tinggi pada Ujian Nasional, ia tidak hanya mengharumkan nama sekolahnya tetapi juga memberikan inspirasi bagi teman-teman di sekitarnya. Hal ini bisa menumbuhkan semangat untuk berjuang dan meraih hasil terbaik, meski dengan fasilitas yang minim.

Namun, kembalinya Ujian Nasional tentu bukan tanpa tantangan. Sistem ini memang membawa keseragaman dalam penilaian, tetapi juga menghadirkan kekhawatiran tersendiri. Dalam pandangan saya, ada baiknya Ujian Nasional dikembalikan namun dengan penyempurnaan. Bukan hanya berfokus pada penilaian akademis, tetapi juga memperhatikan aspek karakter dan kemampuan non-akademis yang semakin dibutuhkan di dunia kerja saat ini. Jika dilakukan dengan cara yang seimbang, Ujian Nasional dapat menjadi sarana yang lebih adil bagi seluruh siswa di Indonesia tanpa menambah beban psikologis yang berlebihan.

Ujian Nasional, jika dibandingkan, dapat diibaratkan seperti jembatan yang kokoh antara pendidikan dasar dan masa depan seorang siswa. Jembatan ini dirancang agar semua siswa, dari berbagai latar belakang dan daerah, memiliki kesempatan yang sama untuk melangkah ke jenjang pendidikan selanjutnya. Jika jembatan ini tidak ada, maka jalan yang harus ditempuh setiap siswa akan berbeda-beda, ada yang mulus, ada yang penuh tantangan. Begitu pula jika Ujian Nasional ditiadakan sepenuhnya, siswa dari sekolah dengan kualitas yang lebih tinggi mungkin akan memiliki keuntungan tersendiri, sementara siswa dari daerah terpencil harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pengakuan.

Suasana ruang ujian Ujian Nasional selalu menghadirkan rasa tegang sekaligus harapan. Ratusan siswa duduk berbaris rapi di bangku mereka, menunggu kertas ujian dibagikan. Wajah-wajah serius, terdengar suara detak jam yang perlahan-lahan menjadi latar sunyi di antara helaan napas mereka. Beberapa siswa menggenggam pulpen erat-erat, seolah menggenggam harapan mereka untuk masa depan. Sementara itu, pengawas ujian mengawasi dengan seksama, menjaga ketertiban dan memastikan keadilan di setiap sudut ruangan. Meskipun sering kali menakutkan, momen ini adalah saat di mana setiap siswa memiliki kesempatan untuk menunjukkan hasil kerja kerasnya. Dengan standar ujian yang sama, mereka berlomba-lomba bukan hanya untuk lulus, tetapi untuk membuktikan bahwa pendidikan yang mereka jalani memberikan mereka kesempatan yang setara untuk sukses di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun