Hari minggu kemarin, kapal yang kami gunakan untuk berlayar terpaksa kami tinggalkan. Bukan karena kami sudah sampai di tempat tujuan, tapi karena kapal itu sudah tidak bisa lagi kita operasikan. Hampir 10 bulan kami berlayar. Mengarungi hamparan laut lepas dengan sejuta ancaman, namun tekad kami kuat dan tak bisa diuraikan.
   Kapal kami terlalu sering dihantam badai. Awalnya, kami masih bisa bertahan menghadapi badai yang berlalu lalang. Namun, karena kebodohanku dalam membaca navigasi, kami terus-menerus berlayar ke arah badai berada. Rekan sepetualanganku sedari dulu kerap menasihati, tapi aku terlalu arogan dan memilih untuk mengabaikan.
   Alhasil, kapal kami karam di suatu pulau karena diterpa badai. Rekanku memilih untuk menyudahi petualangan kita. Aku sedih dan kecewa. Sedih karena petulangan kita berakhir di sini, kecewa karena aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kita. Aku sekarang hanya ingin berusaha memperbaiki kapal yang sudah rusak itu dan berharap rekanku dapat kembali dan melanjutkan petualangan yang telah kita rencanakan. Aku mengerti hal ini tidak mudah, baik bagiku, maupun bagi rekanku. Tapi, aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.
   10 bulan bukan waktu yang sebentar. Banyak pelajaran hidup yang dapat aku petik dari petualangan tersebut. Aku tidak ingin kenangan yang telah kita bangun hanyut terbawa ombak di laut lepas, aku hanya ingin berpetualang dengannya tanpa batas. Kapal kita memang sudah karam, tapi aku yakin petualangan kita layak untuk diperjuangkan.
Semarang, November 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI