Mohon tunggu...
Hazimatul Huriyah
Hazimatul Huriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030126 ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

seorang peyuka film

Selanjutnya

Tutup

Politik

ASEAN: Mempertahankan Integrasi atau Memikirkan Pembubaran?

29 Mei 2024   06:54 Diperbarui: 29 Mei 2024   07:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah menjadi salah satu organisasi regional yang paling penting dalam mengelola hubungan antar-negara di Asia Tenggara sejak didirikan pada tahun 1967. Dengan tujuan awal untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas politik, dan kemakmuran ekonomi di kawasan, ASEAN telah menjalankan peran yang signifikan dalam membentuk dinamika politik dan ekonomi Asia Tenggara.

Sejak awal berdirinya, ASEAN berhasil membangun fondasi kerja sama yang kuat di antara sepuluh negara anggotanya: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pada tahun 1999, Timor Leste kemudian menjadi anggota ke-11 ASEAN. Mekanisme ASEAN yang paling dikenal adalah konsensus dan non-intervensi, yang telah membantu mempertahankan stabilitas regional dalam menghadapi berbagai tantangan politik, ekonomi, dan keamanan.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tantangan baru muncul yang menantang relevansi dan keberlanjutan ASEAN sebagai organisasi regional. Globalisasi ekonomi, dinamika politik internal masing-masing negara anggota, serta pergeseran kekuatan geopolitik di Asia Tenggara menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ASEAN di tingkat regional dan internasional.

Di tengah kompleksitas ini, muncul pertanyaan yang signifikan: apakah ASEAN sebaiknya dipertahankan sebagai forum kerja sama regional yang ada atau apakah waktunya bagi ASEAN untuk mempertimbangkan untuk dibubarkan? Diskusi mengenai hal ini tidak hanya mencerminkan kritik terhadap kinerja ASEAN dalam menangani isu-isu penting seperti konflik Laut China Selatan, tetapi juga mencerminkan aspirasi untuk memperkuat integrasi regional atau merespons tantangan yang lebih baik secara individu. Analisis ini akan diarahkan untuk menyoroti bahwa sambil mengakui kekurangannya, mempertahankan ASEAN sebagai forum kerja sama regional masih merupakan pilihan yang lebih baik daripada menghapusnya, dengan reformasi dan peningkatan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya di masa depan.

ASEAN juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks. Konflik Laut China Selatan menunjukkan sulitnya untuk mencapai konsensus yang kuat di antara negara-negara anggota terkait dengan isu-isu sensitif seperti klaim wilayah dan sumber daya alam. Perbedaan politik internal antara negara-negara anggota, baik dalam hal sistem politik maupun kebijakan luar negeri, juga menjadi hambatan dalam merumuskan sikap ASEAN secara kolektif terhadap isu-isu penting di kawasan ini. Selain itu, proses pengambilan keputusan yang lambat, akibat dari prinsip konsensus yang dipegang teguh, sering kali memperlambat respons ASEAN terhadap peristiwa atau krisis yang mendesak.

Meskipun demikian, ASEAN tetap relevan dalam memainkan peran penting dalam arsitektur keamanan dan ekonomi di Asia Tenggara. Langkah-langkah seperti pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan kerja sama dalam penanggulangan bencana serta perubahan iklim menunjukkan komitmen ASEAN untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan ini. Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini melalui dialog, diplomasi, dan upaya kolaboratif yang lebih besar, ASEAN dapat memperkuat perannya sebagai pilar penting dalam menciptakan perdamaian, stabilitas politik, dan kemakmuran ekonomi di Asia Tenggara.

Untuk menjaga relevansi dan keberlanjutan integrasinya, ASEAN perlu terus mengembangkan mekanisme kerjasama yang lebih efektif dan inklusif. Hal ini termasuk memperkuat kohesi internal dengan mengatasi perbedaan politik dan mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia. Selain itu, ASEAN juga harus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tantangan geopolitik global, seperti meningkatkan peran dalam keamanan regional dan berperan sebagai mediator dalam konflik-konflik di Asia Tenggara.

Di sisi lain, pembubaran ASEAN juga dapat memiliki konsekuensi serius bagi stabilitas dan perkembangan ekonomi di kawasan tersebut. Dengan mempertahankan integrasi, ASEAN dapat terus menjadi kekuatan kolaboratif yang penting dalam ekonomi global dan diplomasi multilateral, mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.

Kesimpulannya, ASEAN berada di persimpangan jalan yang penting dalam sejarahnya. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, seperti meningkatkan kohesi internal dan kapasitas eksternalnya, ASEAN memiliki potensi untuk tetap relevan dan memainkan peran yang lebih kuat dalam mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kemajuan di Asia Tenggara. Namun, perjalanan ke depan tidaklah mudah, dan ASEAN perlu bekerja keras untuk mengatasi tantangan-tantangan ini agar dapat mempertahankan eksistensinya sebagai sebuah organisasi regional yang efektif dan berpengaruh.

Secara keseluruhan, sambil mengakui kekurangan dan tantangan yang dihadapi, mempertahankan ASEAN sebagai forum kerja sama regional tetap merupakan pilihan yang lebih baik daripada pembubaran. Dengan reformasi internal, peningkatan koordinasi, dan komitmen yang lebih kuat terhadap prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, serta keadilan sosial, ASEAN dapat terus berfungsi sebagai kekuatan positif dalam mendorong stabilitas dan kemakmuran di Asia Tenggara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun