Mohon tunggu...
Sibarbar Losung
Sibarbar Losung Mohon Tunggu... -

Berbuatlah kebaikan, maka kebaikan akan dilimpahkan kepadamu. Hidup ini singkat buatlah berarti...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Boru Ni Raja

6 Januari 2016   14:11 Diperbarui: 6 Januari 2016   14:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

...

Tentu saja aku bahagia dan sangat bahagia, aku memacu motor butut 200cc membelah derasnya hujan sore ini ke kota kecil tempatmu berada. Benar.. ini adalah waktu yang kutunggu tunggu sejak lama, tahun baruan di rumahmu. Bukankah kita sadara sehingga kita seharusnya kompak dan penuh canda tawa seperti orang yang marpariban lainya?? yah kita beda daripada yang lain, kita layaknya bao yang tertunda yang bahkan melihat wajahku kamu tak sudi.

Jalanan sepi dari ramainya kenderaan yang setiap harinya berkeliaran memadati jalan ini mungkin karena nanti malam adalah tahun baru atau mungkin mereka hanya memberikan kesempatan kepada saya agar melenggang bebas menguasai jalan ini bagai terbang menjemputmu membawamu ke mana kamu mau. Jalanan basah dan licin tak membuatku mengurangi kecepatan , aku merasa senang bahagia dipenuhi kenangan kenangan saat kita berjumpa. Kisah kita memang seperti dongeng yang diceritakan para orang tua pengantar tidur anak nya, sayangnya kita bukanlah tokoh serasi seperti yang dilukis pada sampul novel yang melengenda, aku hanyalah peran pelengkap yang mengantar kamu mencapai kebahagiaanmu bersama pangeran berkuda putih.

Masih ingatkah engkau? saat kita muda? yah saat kamu dan aku kuliah di kota yang sama. suatu kali kita berada dalam bus yang sama, barisan kursi yang sama. awalnya kamu begitu canggung berada di dekatku, aku juga. Padahal kita diberangkatkan bagai sepasang kekasih yang baru melangsungkan pernikahan di kampung dan akan kembali ke kota. yah bahkan sang sopir mengucap selamat untuk kita. Banyak orangtua yang selalu menjodohkan kita, orang tuaku , orangtuamu dan keluarga juga tetapi kita hanyalah pariban, pariban karena bao yang tertunda. Hari itu kamu begitu ramah kepadaku, senyummu indah dan kata katamu lembut seperti kita adalah sahabat lama. kita bercerita banyak, tentang keluarga, partuturon, silsilah, masalah kuliah dan banyak hal lagi. sesekali kita bercanda dan tertawa terbahak bahak membangunkan penumpang yang lain, dan dengan sabar aku memberikan pelajaran singkat bahasa daerah. Aku bahagia sekali dan ingin moment itu tidak pernah berlalu, aku sudah dijodohkan  denganmu dan aku sangat menyayangimu tetapi aku tahu bahwa itulah saat saat pertama dan terakhir kita duduk, becanda dan tertawa bersama. aku akan kembali memainkan peranku, bersandiwara. yah sandiwara yang menyakitkan, aku menolak keras dijodohkan bersamamu, aku bilang tak sedikitpun aku memiliki rasa kepadamu agar kamu bahagia bersama pria pilihan hatimu. tahukah kamu, sejak kecil kita dijodohkan ? sejak itulah aku menyayangimu dan tak satupun boru ni raja lainya yang bisa menggantikan kamu, dari sekolah, kuliah hingga sekarang usia yang sudah saatnya mencari pendamping hidup.

Setelah perjalanan lumayan panjang, akhirnya aku tiba di kota kecil tempat kamu tinggal. Aku masuk ke rumahmu dan kamu hanya menoleh dan  berlalu dan tak sudi menjawab sapaku. Pariban... menjelang taon baru ini apakah engkau masih demikian dalam membenciku?? Mengabaikanku?? hanya karena kita dijodohkan?? karena aku susah?? jelek ?? dan tak bisa seperti orang yang memikat hatimu??. maafkan aku karena tidak sempurna, maafkan atas kesalahan yang tak pernah aku lakukan. kamu tidak pernah tau aku begitu mengingnkan kamu bahagia, bahkan untuk membohongi diri ku sendiri dan orangtua telah aku lakukan.

Tengah malam sebelum jam dua belas, kita sekeluarga besar bergegas menuju paman yang sulung. Kita akan martaon baru dan bersuka cita menyambut 2016 dengan penuh harapan. setelah jam dua belas lewat kita memulai acara ibadah kita. di awali mulai dari menyanyikan lagu lagu pujian, kemudian satu persatu mulai mandok hata. Hingga tiba giliranmu mandok hata dan satu persatu kamu sebut kecuali namaku, betapa kejam dirimu pariban.

 

bersambung...
wwkwkwwkwkwkkwkwkkkwkwwk

sebuah dongeng

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun