Pengucapan. Kata ini sangat familiar di kalangan orang Minahasa tatkala ingin mengadakan syukuran atas panenan yang berlimpah. Secara tradisi, ucapan syukur itu ditujukan kepada Dewi Kesuburan yang memberikan berkah limpah atas kesuburan tanah pertanian.
Dalam perkembangannnya, “pengucapan” dilaksanakan ramai-ramai oleh warga kampung. Seperti kesepakatan, jadwal pengucapan dibuat agar tidak bersamaan dengan kampung lain.
Pengucapan umumnya didahului dengan ibadat syukur dan kemudian dilanjutkan pesta macam makan minum bersama hingga malam. Maka tak heran, kebersamaan dalam peseta menjadi kesempatan untuk beranjang sana dan silaturahmi keluarga sanak saudara dan handai taulan.
Lenggak-lenggok para penari perempuan maupun laki-laki berpakaian adat Minahasa, diiringi musik tambur dan tifa yang bertalu-talu dengan irama indah, mampu membuat decak para penonton. Biasa pemegang tabor dan tifa ada lima orang.
Tarian Maengket kini bukan hanya dimainkan saat menjelang panen saja. Saat ada tamu agung atau saat hari-hari besar, tarian ini dipentaskan sebagai tari hiburan. Bahkan tari maengket menjadi salah satu ikon wisata budaya di Provinsi Sulawesi Utara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H