Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tari Maengket, dari Tarian Tradisi hingga Hiburan

12 April 2017   11:29 Diperbarui: 13 April 2017   01:30 2661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lenggak-lenggok Penari Maengket (dokpri)

Pengucapan. Kata ini sangat familiar di kalangan orang Minahasa tatkala ingin mengadakan syukuran atas panenan yang berlimpah. Secara tradisi, ucapan syukur itu ditujukan kepada Dewi Kesuburan yang memberikan berkah limpah atas kesuburan tanah pertanian.

Dalam perkembangannnya, “pengucapan” dilaksanakan ramai-ramai oleh warga kampung.  Seperti kesepakatan, jadwal pengucapan dibuat agar tidak bersamaan dengan kampung lain.

Pengucapan umumnya didahului dengan ibadat syukur dan kemudian dilanjutkan pesta  macam makan minum bersama hingga malam. Maka tak heran, kebersamaan dalam peseta menjadi kesempatan untuk beranjang sana dan silaturahmi keluarga sanak saudara dan handai taulan.

Dipimpin oleh Penari Perempuan, Kemeja Putih (Dokpri)
Dipimpin oleh Penari Perempuan, Kemeja Putih (Dokpri)
Senada dengan kemeriahan adat pengucapan  itu, “Tarian Maengket” sebagai tarian tradisional rakyat Minahasa  juga dibawakan dalam rangka pengucapan syukur atas panenan berlimpah.

Lenggak-lenggok para penari perempuan maupun laki-laki berpakaian adat Minahasa, diiringi musik tambur dan tifa yang bertalu-talu dengan irama indah, mampu membuat decak para penonton. Biasa pemegang tabor dan tifa ada lima orang.

Musik Tambur, Pengiring Maengket (Dokpri)
Musik Tambur, Pengiring Maengket (Dokpri)
Jumlah penari Maengket minimal sepuluh pasang ditambah satu penari perempuan sebagai pemimpin di depan. “Semakin banyak penari semakin meriah. Kostum pakaian budaya Minahasa yang perempuan memakai kebaya putih dan laki-laki berkebaya hitam, makin indah bila banyak penari. Karena tarian ini tergolong tari massal” ujar Berti pemerhati seni budaya Minahasa.

Tarian Maengket kini bukan hanya dimainkan saat menjelang panen saja. Saat ada tamu agung atau saat hari-hari besar, tarian ini dipentaskan sebagai tari hiburan. Bahkan tari maengket menjadi salah satu ikon wisata budaya di Provinsi Sulawesi Utara.

Berpasang-pasangan (Dokpri)
Berpasang-pasangan (Dokpri)
Satu lagi yang unik dalam tarian Maengket ini adalah betapa seringnya tarian ini dilombakan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan, atau iven-iven bertaraf internasional yang diselenggarakan dalam rangka mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun