Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Semarang by Night, Wisata Malam Kota Semarang

4 Januari 2012   16:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20 17471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_153887" align="aligncenter" width="622" caption="Pemandangan Kota Semarang Di Waktu Malam dari Bukit Sari"][/caption]

Kota Lama, dengan gedung-gedung cagar budaya yang dilindungi, berada di wilayah Semarang Bawah yang tidak jauh dengan pelabuhan Tanjung Emas, pesisir pantai Utara. Banyak gedung-gedung kuno buatan arsitektur Belanda dengan gaya Eropa sekitar abad XVII-XVIII, dibangun pada tahun 1753 di lokasi Semarang Bawah mulai dari Stasiun Poncol, Stasiun Tawang, Gedangan, Gereja Blenduk, Kantor Pos, Kawasan Pasar Johar, Seputaran Tugu Muda. “The Little Netherlands” (Belanda Kecil) itulah sebutan untuk Semarang Kota Lama.

Pertama kali yang kami kunjungi adalah Taman Tabanas di Gombel. Dari taman ini, kelap-kelip kota Semarang terlihat indah dilihat di mata. Tetapi tidak indah di angle kamera karena terhalang oleh restoran dan bangunan rumah penduduk. Karena itu, kami lalu pindah menuju ke “Amazing View” di kawasan Bukit Sari yang terkenal dengan banyak antenaTV/FM/Radio Komunikasi tertancap di puncak bukit.

Berdiri di Amazing View, kota`Semarang tampak seperti karpet pemadani yang digelar indah dengan rajutan lampu-lampu kelap-kelip. Ratusan ribuan lampu-lampu yang menyala serentak secara acak dan linear, mempertontonkan keindahan Semarang di waktu malam. Jika di waktu siang horison laut kelihatan nyata memisahkan daratan dan lautan, di malam hari, garis itu hilang dan hanya ditandai dengan terang benderang lampu pelabuhan.

Semarang di waktu malam, belumlah lengkap kalau tidak jalan ke seputaran Simpang Lima, Tugu Muda dan Kota Lama. Setelah puas memandang Semarang di daerah Gombel, kami pun meluncur ke bawah di Simpang Lima. Sayang sekali kami tidak bisa parkir di sepanjang jalan A Yani yang dulu menjadi pusat keramaian masyarakat di waktu lama. Larangan parkir di sepanjang jalan itu tampak menyolok hingga menyurutkan niat kami untuk berhenti.

[caption id="attachment_153888" align="aligncenter" width="622" caption="Tugu Muda Dipercantik dengan Air Mancur"]

1325693534346359626
1325693534346359626
[/caption]

Akhirnya, kami berhenti dan parkir di samping Gedung Tua Lawang Sewu untuk mendekati Tugu Muda yang saat kami datang ramai dikunjungi oleh masyarakat. Air Mancur yang dinyalakan semakin menambah daya tarik orang untuk datang mendekati Tugu Muda di waktu malam. Sorotan lampu yang sangat terang menambah indahnya Tugu Muda, Air mancur dan taman di sekitarnya.

Kami menikmati suasana malam di Tugu Muda cukup lama. Selain foto-foto juga bersenda gurau dengan latar belakang air mancurnya. Dari taman itu, saya bisa melihat keindahan malam beberpa gedung seperti Lawang Sewu, Gedung Walikota, Gedung TNI, dan Gereja Katedral. Seni lighting yang ditata sangat apik menyinari gedung-gedung itu ternyata menambah suasana “ngangeni” terhadap Semarang. Beruntung saat itu hujan tidak mengguyur hingga kami puas menikmati suasana malam.

Dari kawasan Tugu Muda, kami melanjutkan ke kota Lama dengan fokus utama pada Gereja Blenduk yang dibangun pada tahun 1753 dan rehab kembali pada tahun 1787 oleh duet arsitek Belanda, HPA De Wide dan W Wesimas. Sentuhan tangan mereka, memunculkan kubah yang mblenduk dan menara di kanan-kirinya. Ketika saya tiba di gereja Blenduk ini, terlihat banyak fotografer berkumpul di depan gedung dan kemudian melakukan session foto dengan latar belakang gereja itu.

[caption id="attachment_153889" align="aligncenter" width="622" caption="Gereja Blenduk, Dibangun Pada Jaman Belanda"]

13256937501013883121
13256937501013883121
[/caption]

Kami kemudian bergerak menyusuri Jembatan mBerok dengan panorama Gedung Tua Kantor Pos dan kemudian mengarah ke Stasiun Tawang. Kami hanya melewatinya dengan memperlambat laju mobil. Kemudian kami bergerak ke jalan arteri Timur yang dari jalan ini kami bisa melihat gemerlap lampu Tanjung Emas, Pelabuhan Penumpang dan Peti Kemas Tanjung Emas. Di tempat ini saya mendapat pemandangan yang indah seantero kota Semarang Atas dan sebagian Bawah, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan melalui kamera yang saya bawa.

Malam itu sungguh saya puas menikmati Semarang di waktu malam. Banyak orang datang ke Semarang untuk melihat obyek-obyek wisata seperti Klenteng Sam Pook Kong, Mesjid Agung, Gereja Blenduk, Pantai Marina, Watu Gong, atau keramaian Simpang Lima. Atau, ke Semarang untuk berburu kuliner seperti Lumpia, Bandeng Presto, Wingko Babat dll yang tersentral di Jalan Pandanaran. Pada hal Semarang di waktu malam, sangat indah dinikmati.

[caption id="attachment_153891" align="aligncenter" width="622" caption="Jalan Arteri, Semarang Bawah"]

13256939211664987193
13256939211664987193
[/caption]

Mungkin anda pernah mendengar istilah “Paris by Night”, yang artinya jalan-jalan keliling kota Paris di waktu malam dengan mobil bisa juga dengan kapal melalui sungai. Mirip dengan Paris, “Semarang by Night”, dapat melengkapi perjalanan wisata anda di malam hari di kota Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun