Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Kolobi, Kuliner Khas dan Unik Manado

17 Januari 2014   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_306551" align="alignnone" width="600" caption="Sate Kolobi Siap Santap (foto: trilokon)"][/caption]

Kuliner kini menjadi pelengkap istimewa dalam perjalanan wisata. Terasa ada yang masih kurang dalam berwisata kalau tak hunting kulinet khas di sekitar tempat wisata yang dikunjungi.

Wisatawan yang berkunjung ke Manado, biasanya tak mau melewatkan jalan-jalan ke Bunaken, Bukit Doa Tomohon, Bukit Kasih, Boulevard dan membasahi lidah dengan santapan Bubur Manado. Itulah sebabnya banyak orang bilang kalau ke Manado jangan lupa dengan B5-nya.

Namun, bukan berarti pesiar ke Manado dan sekitarnya hanya B5 saja. Di Tomohon, misalnya, ada Danau berwarna Linow yang layak dikunjungi. Gradasi warna air danau hijau tosca kebiruan akibat sumber air panas dan pencahayaan matahari, memberikan sebuah lanskap yang indah mempesona.

Kuliner Manado bukan hanya bubur Manado (Tinutuan) saja. Jika anda menyusuri jalan dari Manado menuju ke Tomohon, ada akan melewati jalan menanjak berkelok-kelok yang namanya Tinoor. Di situlah, wisatawan menghentikan mobilnya di rumah-rumah makan untuk berburu aneka macam masakan ekstrim masakan Minahasa.

[caption id="attachment_306552" align="aligncenter" width="583" caption="Mujaer Bumbu Rica-rica (Foto: trilokon)"]

13899487641336758540
13899487641336758540
[/caption]

Sebut saja rumah makan yang laris disinggahi wisatawan, Heng Mien, Tinoor Jaya, Pemandangan. Masih banyak rumah makan di sepanjang ruas jalan Manado Tomohon. Tak hanya menggoyangkan lidah dengan kulinet khas Manado, wisatawan juga bisa menikmati kota Manado, Laut Bunaken dan sekitarnya dari rumah makan itu. View di situ sungguh indah karena posisinya di ketinggian.

Ada banyak pilihan masakan kulinet yang ditawarkan. Yang paling banyak orang cari adalah kelelawar atau paniki. Selain itu, ada rengak (sup keong hitam), ada rica-rica anjing (erwe), ada juga rica-rica tikus putih. Tak hanya itu, berbagai jenis masakan yang diolah dari daging babi seperti ragey, sate babi, tinorasak, rica babi, ular, kera, labi-labi, kuskus, mujaer, cakalang fufu, dsb.

Salah satu ciri khas masakan Manado adalah semua serba pedas. Saking pedasnya terasa nendang di mulut. Selain pedas, racikan bumbu rempah-rempahnya terasa sekali sehingga daging apapun (berkaki empat) terasa sadap sekali, apalagi dimakan saat nasi masih mengepul.

Konon, bumbu rempah-rempah yang dipakai untuk olahan masak ada 20 jenis bumbu bahkan kadang lebih. Tak heran, sering terdengar bumbu masakan Manado lebih mahal daripada dagingnya. Perbandingannya bisa 60-40 untuk per kilo daging. Umumnya, orang memasak dalam partai besar untuk pesta adat sehingga perbandingan itu tak terasa mahal.

Berikut ini, saya akan menceritakan kuliner Manado yang mungkin di tempat lain tak ada gunanya. Tapi di Manado justru meningkatkan ekonomi rakyat dan menambah pundi-pundi keluarga.

Kuliner yang saya maksud adalah Kolobi. Anda mungkin jarang mendengar kata "kolobi" tapi bagi masyarakat Minahasa kuliner itu sangat dicari. Awalnya saya dulu penasaran karena Kolobi terlalu asing di telinga saya. Tapi ketika Kolobi sudah saya temukan dan saya lihat, saya hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil terucap, "oooo itu to".

Olahan Kolobi yang terkenal adalah sate kolobi daripada yang dimasak rica tumis santan pedas. Oh ya yang dimaksud Kolobi itu adalah daging dari Keong Mas (Pomacea Canaliculata) yang sering menjadi musuh petani karena dianggap hama tanaman padi. Karena itu pembasmian Keong Mas terjadi di lahan persawahan agar tidak meganggu siklus pertumbuhan padi.

[caption id="attachment_306557" align="alignnone" width="600" caption="Sate Kolobi Yang Sedang Dibakar (Foto: trilokon)"]

13899488591874593851
13899488591874593851
[/caption]

Di Manado, khususnya di daerah rawa-rawa sekitar Tondano, Kolobi hidup secara alami dan berkembang pesat di tanah-tanah becek (basah berair). Tanpa budi daya, keong emas itu berkembang dengan sendirinya. Bagi petani di Minahasa, Kolobi tak membuat masalah. Sebaliknya, bisa dipanen dan dijual kepada para pemilik warung atau rumah makan di sepanjang Boulevard Tondano atau rumah-rumah makan Minahasa lainnya.

Dicocol dengan rica rowa pedas, sate kolobi disantap berbarengan dengan jagung bakar manis, wouww rasanya luar biasa enak. Saya yakin anda akan bisa menghabiskan lebih dari dua puluh tusuk sebelum kenyang.

Makan Kolobi diyakini oleh masyarakat untuk menambah vitalitas tubuh. Betapa tidak. Kandungan gizi Kolobi atau Keong Mas antara lain omega 3, 6 dan 9 serta protein sebesar 16 hingga 50 persen. Kandungan gizi itulah yang dipercayai membuat tubuh makin kuat dan bisa untuk mengobati penyakit lever. Bagi saya, menyantap sate Kolobi bukan hanya karena bisa menambah vitalitas tubuh, tapi penasaran dengan daging keong emas dan cita rasanya yang maknyos.

[caption id="attachment_306561" align="alignnone" width="600" caption="Langsung Pesan Milu atau Jagung Bakar (Foto: trilokon)"]

1389948993746974161
1389948993746974161
[/caption]

Anda penasaran dengan sate Kolobi? Silahkan datang di sentra kuliner Manado yang berada di Tinoor atau di Boulevard Tondano. Jarak Manado ke Boulevard Tondano kurang lebih satu jam. Biasanya saya sewa Xenia Daihatsu untuk antar tamu saya jalan-jalan (bapontar) untuk berburu kuliner unik ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun