Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sadapnya Mie Cakalang Berkaldu Ikan

26 Maret 2012   14:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27 1965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_170987" align="alignleft" width="640" caption="Mie Cakalang Siap Santap"][/caption]

Pecinta kuliner masakan Manado, pasti tak melewatkan untuk berburu mie cakalang. Konon mie cakalang ini sudah menjadi makanan favorit orang Manado. Maka, tak sulit untuk menemukan mie cakalang ini. Di setiap sudut keramaian kota, banyak rumah makan memajang tulisan mie cakalang sebagai andalan menunya.

Popularitas mie cakalang memang tak dapat dipungkiri di kalangan orang Manado. Saya pernah bertanya mengapa mie cakalang ini begitu digemari oleh masyarakat. Rata-rata mereka menjawab karena enak. Selain itu, kuliner ini menjadi alternatif dari kuliner lain yang rata-rata berunsur lemak tinggi.

Seperti tadi siang, saya diajak makan mie cakalang di Café Mahawu, Bukit Doa. Cuaca kota Tomohon yang sejuk dan cenderung dingin akhir-akhir ini, karena sering turun hujan, ikut andil dalam membangkitkan selera makan saya.

“Ayo dimakan, selagi masih panas.” kata Om Topan setelah meletakkan dua mangkok mie cakalang di meja putih di mana saya duduk. “Lho, kok dua Om?” tanya saya. “Nanti saya temani makannya”, kata Om Topan menimpali reaksi saya. Setelah meletakkan nampan, Om Topan yang sudah saya kenal lama, ikut menikmati mie cakalang buatannya sendiri bersama saya.

Karena disajikan dalam keadaan masih panas, maka kami makan dengan pelan-pelan dan sungguh menikmati mie cakalang apalagi suasananya habis hujan.Sambil makan kami sekali-kali membicarakan apa rahasianya sehingga mie cakalang itu begitu populer.

“Itu karena mie kuning-nya masih fresh dari beli di pasar. Selain itu, suwiran cakalang fufunya dipanasi lebih dahulu, ya digoreng sebentar saja. Jangan terlalu lama. Bumbu-bumbu lain yang penting jangan lupa daun bawangnya sama minyak bawang putih. Oh ya mie kuningnya, dimasukan terakhir kali” kata Om Topan dengan semangatnya.

Lalu saya menyambung dengan bertanya tentang cakalang. “Cakalang itu sama bukan dengan Ikan Tuna?” Lalu Om Topan menjawab, “Itu beda, Ikan Tuna ya ikan tuna atau tongkol kalau di Jawa bilang”. Penjelasan Om Topan soal Ikan Cakalang itu membuat saya penasaran.

Karena saya penasaran dengan Ikan Cakalang itu, maka saya cari di Google. Dan saya mendapatkan informasi dari Wikipedia seperti ini. “Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang dari familia Scombridae (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus. Cakalang terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm. Nama-nama lainnya di antaranya cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan ada pula yang menyebutnya tongkol. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna.”

1332771491399924051
1332771491399924051

Tak hanya itu, saya juga tertarik dengan khasiat dari ikan Cakalang ini. “Ikan cakalang adalah ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Dalam bahasa Jepang, cakalang disebut katsuo. Ikan cakalang diproses untuk membuat katsuobushi yang merupakan bahan utama dashi (kaldu ikan) untuk masakan jepang. Di Manado, dan juga Maluku, ikan cakalang diawetkan dengan cara pengasapan, disebut cakalang fufu (cakalang asap).

“Memang sadap butul mie cakalang ini. Apalagi dimakan dengan rica mantah.” komentar saya dan tampak wajah Om Topan berseri-seri. Namun di balik popularitas mie cakalang itu, ternyata yang membuat orang Manado suka sekali dengan asupan masakan ini, adalah ikang cakalangnya.

“Depe gizi Cakalang membuat kita sehat, daripada ikang daging yang berlemak bisa bikin asam urat atau kolesterol.” kata Om Topan sedikit promosi. Apa yang dikatakan Om Topan, saya setuju. Ini mengingatkan saya pada budaya pesta yang kebanyakan menunya daging-dagig yang mengandung lemak tinggi. Sedangkan makan mie cakalang, orang mendapatkan kaldu ikan yang bergizi tinggi dan menyehatkan.

Menyantap satu mangkok mie cakalang yang disajikan masih panas, ditambah dengan rica (sambal pedas), dan dalam suasana habis hujan memang sungguh nikmat. Perutpun menjadi kenyang dibuatnya. Yang lebih asyik adalah rasa ikan Cakalangnya masih terasa di lidah kendati mangkok sudah ludes hingga tak tersisa kuahnya. Kata Om Topan, satu mangkok mie cakalang dihargai Rp. 15.000,- per porsi.

1332771552795717550
1332771552795717550

Jika anda berkesempatan wisata ke Manado dan sekitarnya, jangan lupa memburu mie cakalang ini. Jika tidak, rasa kecewa akan hinggap di hati anda sehingga kenyamanan wisata anda sedikit berkurang.

Salam kuliner Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun