Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pilbup Minahasa, Berkat atau Kutuk?

4 Desember 2012   07:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1354606286785783272

Tanggal dua belas bulan dua belas tahun dua ribu dua belas (12.12.2012) ditetapkan sebagai tanggal pencoblosan Pemilukada Minahasa (Raya). Hajatan demokrasi pada hari Rabu itu (12/12) oleh masyarakat Minahasa Sulut dianggap sebagai hari penuh berkat. Selain “angka cantik”. rakyat pun diminta secara “cantik” memilih pemimpinnya yang terbaik untuk lima tahun ke depan. Tak heran main cantik itu sama dengan mencoblos sesuai dengan suara hati.

Akan menjadi berkat bagi rakyat minahasa yang berjumlah 263.527 orang (sesuai DPT), jika memperoleh pemimpin (bupati baru) yang setidak-tidaknya “menyulap” sikon Mninahasa menjadi lebih baik, makmur dan sejahtera. Nantinya, Bupati terpilih (2013-2018) diharapkan mampu mengerjakan PR (Pekerjaan Rupiah) seperti pengeloaan terpadu Danau Tondano sebagai tourism centre dan sumber peningkatan ekonomi kerakyatan.

Namun, tanda-tanda Pemilukada Minahasa akan “main cantik”, diragukan oleh banyak pihak. Kapolda Brigjen Pol. Dicky Atotoy, akan mempidanakan pasangan calon bupati yang kedapatan pratek money politic. “Money politik adalah situasi di mana pasangan calon memberikan iming-iming sesuatu, semisal uang atau sembako, agar pemilih tersebut memilih pasangan calon yang memberi. Ini tindak pidana Pemilu” jelas ketua KPU Sulut Rival Poli kepada insan pers baru-baru ini.

Terkait dengan pratek money politic, masyarakat memang memindai dengan sebutan “serangan fajar”, “serangan subuh” atau istilah-istilah khusus lainnya seperti “donat” (doi natal atau uang natal). Apalagi memasuki bulan Desember ini suasana Natal di Sulut sudah menggeliat lewat lagu-lagu Natal, hiasan-hiasan Natal yang sudah dipasang di supermarket-supermarket atau kalau anda jalan di kampung lampu hiasan natal menyemarak di sepanjang jalan.

Bagaimana tim sukses menanggapi soal berkat atau kutuk soal Pilbup ini? Rata-rata mereka mengatakan bahwa “spekol” (spekulasi) lebih kuat auranya daripada pesta demokrasi dalam arti sesungguhnya. Bayangkan saja. Bayang-bayang memperoleh “donat” menjadi isu kuat di tengah masyarakat yang sudah mulai belanja untuk kebutuhan perayaan Natal ini. Semakin besar mendapat donat semakin meringankan kebutuhan Natal dan tahun Baru.

“Tersiar kabar, salah satu pasangan menggelontorkan sumbangan sejumlah 300 juta rupiah dalam acara seminar kebangsaan di salah satu institusi yang dihuni 150 mahaiswa” cerita teman saya yang baru saja terjebak kemacetan di daerah Pineleng ketika pulang ke Tomohon dari Manado. “Rupanya mulai 25 November hingga 8 Desember 2012, jalan-jalan Tondano, Pineleng akan sering macet karena dipakai untuk kampanye ke 5 pasangan secara bergantian”.

Ke lima pasangan Cabup Minahasa berasal dari Independent (IVN-JJM), Partai Gabungan (HAG-RJM), GOLKAR-DEMOKRAT (CNRT-DJT), PDI Perjuangan (JWS-IVANSA), dan Nonsit (YOUKE –NOVIE).

Apakah fenomena JOKOWI-AHOK akan menular ke Pemilukada Minahasa? Menurut hemat saya, tidak bisa dijiplak begitu saja. Masih membutuhkan kesadaran politis populis yang merata dan tergantung pencitraan dari setiap pasangan calon. Akan menjadi sulit kalau mereka langsung seperti JOKOWI meski baju kotak-kotaknya dipakai oleh salah satu pasangan untuk “memikat” pemilih.

Meski tanggal pencoblosannya sangat “cantik” tetapi bukan berarti akan dengan meudah mendapat berkah dari rakyat. Justru sebaliknya akan mendapat kutuk ketika uang yang dipakai oleh tim pemenangan untuk “iming-iming” dan pencitraan serta media centre membengkak besar tetapi nyatanya tidak terpilih.

“Kita suka pilih for dorang yang kase donat” spanduk ini menyeruak di antara spanduk/baleho yang semarak dipajang di basis-basis pemilih seperti di Pineleng, jalan ke arah Tomohon dari Manado. Entah siapa yang pasang spanduk itu. Apakah itu cermin dari sikap masyarakat pemilih? Atau kritikan halus bagi tim pemenangan Pemilukada agar siap-siap serangan fajar? Atau sikap apatis para pemilih yang sadar akan arti dan makna demokrasi?

Pengalaman Pilkada yang sudah-sudah, pemilih semakin sadar bahwa besar kecilnya “donat” akan menentukan siapa yang akan dicoblos. Di pihak lain “donat” menjadi senjata ampuh untuk mengarahkan pemilih agar memilihnya. Apakah ini melanggar suara hatinya? Apakah ini akan dipidanakan oleh pihak berwajib? Apakah Panwas akan melaporkan sebagai pelanggaran pemilu?

Susah untuk dijawab.Tapi hendaklah mengerti bahwa ke-5 Calon Pasangan Bupati itu sedang berhadapan dengan pemilih yang bersiap sambut Natal dan Tahub Baru yang dirayakan seara komunal dengan meriahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun