Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Sunrise Gunung Klabat dari Puncak Mahawu

18 April 2015   13:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_378999" align="alignnone" width="600" caption="Gunung Klabat Saat Matahari Terbit (dokpri)"][/caption]

Wajah Billy terlihat masih mengantuk. Langit pagi masih gelap. Jarum jam menunjuk pada angka 04.15 wit. Billy dan kawan-kawan pagi ini trekking ke Gunung Mahawu untuk melihat matahari terbit. Rasa kantuk juga melanda 14 teman lainnya.

Bus biru masih diam terkunci di halaman penginapan. Sopir bus belum juga muncul meski sebelumnya sudah saya wanti-wanti agar berangkat pukul 04.30. Takut terlambat berangkat, membuat gundah di hati makin membuncah. Sebentar lagi langit akan terbuka dan terangnya merayap dari balik Gunung Mahawu.

Rombongan wisatawan ini berasal dari Kulonprogo, DIY. Sejak Senin sore (13/4) mereka tiba di Manado dan sudah mengadakan perjalanan wisata keliling Tomohon dan Minahasa. Bukit Doa Mahawu, Bukit Kasih, Bukit Temboan, Danau Tondano dan kuliner biapong serta ngopi di Kawangkoan sudah mereka sambangi.

Kamis ini rombongan melanjutkan wisatanya menuju ke puncak Gunung Mahawu (1.311 mdpl) untuk sambut matahari terbit dari ufuk Timur. Sambil menunggu bus dihidupkan, saya sebagai pemnadu wisata, mengecek kelengkapan peserta. Baju hangat, bekal makan dan minum, sepatu yang dipakai hingga kesiapan fisik. “Kami siap trekking ke puncak Gunung Mahawu” seru Billy saat ditanya kesiapan.

Mesin bus biru sudah hidup. Suara mesinnya memecahkan kesenyapan pagi. Roda bus mulai bergerak setelah para penumpang masuk ke dalam bus.

Kami meninggalkan penginapan Wisma Lokon lima menit sebelum pukul 05.00 wita. Langit dari arah Gunung Mahawu sudah merayap untuk merekah. Bus melintas pusat kota Tomohon yang masih tertidur diselimuti kabut pagi.

[caption id="attachment_379000" align="alignnone" width="600" caption="Alam menjadi mempesona karena warna dari terbitnya mentari (dokpri)"]

14293381371982138604
14293381371982138604
[/caption]

Hanya membutuhkan 20 menit dari penginapan kami sudah sampai di Agrowisata Rurukan yang sedang ditanami kubis, wortel dan labu jepang. “Kita berhenti di sini. Lihat di sebelah kanan. Sunrise mulai muncul. Itu gunung yang tinggi namanya gunung Klabat (2100 mdpl) dan sebelahnya gunung Dua Bersaudara serta yang berkilau itu Danau Tondano. Silahkan turun dari bus.” ujar saya memberitahukan para penumpang.

Hampir setengah jam kami menikmati spektakuler keindahan alam Minahasa saat mentari terbit. Semburat warna merah berlapis dengan biru putih dan masih menyisakan gelapnya langit, tampak memukau. “Betul-betul indah pesona alam Minahasa” komentar Ariawan, sang Ketua rombongan sambil pegang kamera sakunya. Memotret menjadi aktivitas yang mengasyikan meski badan disergap hembusan angin dingin pegunungan.

“Mari kita lanjutkan perjalanan supaya dapat menyaksikan bulatnya mentari terbit dari puncak Mahawu” seru saya kepada rombongan. Tak lama kemudian bus biru berjalan di atas jalan beraspal menuju tempat pakiran di kaki Gunung Mahawu.

Palang pintu masuk di muka pos Polisi Kehutanan belum terbuka. Terpaksa kami berhenti di situ dan berjalan kaki menuju tangga ke puncak. Apabila pos itu ada yang menjaga, pengunjung wajib lapor dan mengisi buku tamu serta memberi dana partisipasi. Itu berarti pemasukan dana terkumpul dari para pendaki dan pemburu matahari terbit. Padahal tidak hanya rombongan kami yang mendaki ke puncak pagi itu.

Berjalan pada tanjakan tangga ke puncak gunung Mahawu, sebenarnya hanya mebutuhkan waktu kurang dari 15 menit. Acap kali pengunjung berhenti pada pemberhentian pertama atau kedua untuk mengatur pernapasan agar tidak ngos-ngosan.

[caption id="attachment_379001" align="alignnone" width="600" caption="Bulatnya Mentari Pagi (dokpri)"]

14293382681142005719
14293382681142005719
[/caption]

Langit mulai memerah di belakang kami saat berjalan lewat tanjakan tangga itu. Sebentar lagi matahari terbit dengan bulatnya. Takut kehilangan momen beberapa mempercepat langkah untuk sampai di gardu pandang di ujung tangga. Billy dan Ari sudah memanjat gardu pandang. Kemudian yang lain pun menyusul satu persatu menaiki gardu pandang. Semua pandangan mengarah ke Timur memandang detik-detik matahari terbit di antara Gunung Klabat dan pegunungan lainnya.

Berdiri di gardu pandang, Gunung Lokon (1.580 mdpl) dan Gunung Empung yang berada di sebelah Barat tampak jelas dan indah disinari matahari pagi. Sedangkan arah Utara, samar-samar terlihat Gunung Manado Tua yang dikelilingi oleh lautan Bunaken.

[caption id="attachment_379002" align="alignnone" width="600" caption="Foto Bersama (dokpri)"]

14293383281773536467
14293383281773536467
[/caption]

Begitulah perjalanan kami memburu matahari terbit di Rurukan dan Puncak Gunung Mahawu. Keindahan alam Tomohon tak hanya Danau Linow, Gunung Lokon tetapi momen matahari terbit menjadi destinasi wisata yang sangat asyik saat berwisata ke Tomohon. Hanya dengan kemauan bangun pagi sebelum jam 04.00 pagi wita, keindahan alam matahari terbit akan menjadi kenangan terindah anda saat berwisata ke Tomohon.

[caption id="attachment_379003" align="alignnone" width="600" caption="Gunung Lokon, Kawah Tompaluan dan Gunung Empung (dokpri)"]

142933839481808574
142933839481808574
[/caption]

Setelah turun gunung, kami melanjutkan ke pasar ekstrim Tomohon yang tidak jauh dari jalur wisata Mahawu. Ekstrimnya pasar ini terkait erat dengan budaya dan tardisi masyarakat Minahasa bahwa pesta menjadi bagian dari mapalus (gotong royong) sesama warga. Tak heran jamuan makanan yang dihidangkan oleh tuan rumah berasal dari berbagai olahan daging yang dibeli di pasar Beriman Tomohon.

Kelelahan naik gunung kami bayar dengan menyantap kuliner midal yang masih panas (bubur Manado dicampur mie) saat tiba di pasar Tomohon.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun