[caption id="attachment_153663" align="aligncenter" width="640" caption="Indahnya Pantai Drini Gunung Kidul DIY"][/caption]
Sebelum jalan-jalan, saya melihat ke atas langit terlebih dahulu. Kalau langit biru berarti cuaca akan cerah. Tapi kalau berawan tebal maka ada potensi akan turun hujan. Seperti kemarin, perjalanan saya terganggu karena hujan begitu deras mengguyur sebagian besar wilayah Yogyakarta. Dalam keadaan hujan, tak ada lanskap yang indah bisa dinikmati. Paling-paling hanya menikmati kuliner.
Dari pusat kota Yogya, kami meluncur ke jalan Imogiri Barat. Mobil menuju ke arah jalan Panggang Gunung Kidul. Itu berarti telah meninggalkan daerah Bantul yang memiliki Pantai Parangtritis, dan Parangkusuma, Depok. Tanjakan demi tanjakan di perbukitan seribu Gunung Kidul kami lalui. Jalan yang meliuk-liuk, tak membuat kami pusing karena hijaunya pepohon jati di sepanjang jalan. Perbukitan kapur itu tak memberi kesan gersang bagi kami. Pepohonan hijau di sepanjang jalan membuat teduh pandangan mata kami.
Kurang lebih satu jam perjalanan dari Yogya, kami tiba di salah satu pantai di Gunung Kidul. Pantai Drini kami kunjungi pertma kali karena direkomendasi oleh fotografer karena saat sunrise atau sunset di pantai ini pemandangan sungguh eksotik dan menjadi spot fotografi yang indah.
Setelah bayar Rp 5.000,- katanya untuk parkir kendaraan, kami langsung menuju ke warung yang menyediakan kelapa muda. Teriknya matahari membuat kerongkongan terasa kering dan merangsang untuk membasahinya dengan air kelapa muda. Dua kelapa muda tanpa es kami pesan dengan membayar Rp. 12.000,- untuk dua kelapa muda. Sambil menyedu air kelapa muda, mata saya menyapu sekeliling pantai dari keujung ke ujung.
[caption id="attachment_153648" align="aligncenter" width="498" caption="Pantai Drini, Dengan Pasir Coklatnya yang Mempesona"]
Menikmati keindahan pantai Drini dari frame ke frame sama nikmatnya dengan orang-orang yang tampak sedang bermain ombak di pinggir pantai. Sama riangnya dengan sekelompok anak muda yang sedang sepak bola pantai dan sama indahnya ketika beberapa anak kecil dibantu orang tuanya berenang melawan riak ombak laut Selatan.
Pantai Drini memiliki dua teluk. Teluk pertama selain berpasir coklat juga menjadi pangkalan kapal nelayan. Sedangkan teluk kedua yang dibatasi oleh bebatuan yang menjorok ke laut, sangat ideal untuk makan-makan juga bermain-main pasir serta sepak bola pantai. Berenang di pinggir pantai pun serasa nyaman karena ombaknya tidak terlalu besar dan membahayakan. Tempat parkir untuk ke dua teluk cukup memadai sekalipun menggunakan kendaraan bus.
“Kita mau ke mana lagi Truk?” Tanya saya ketika mobil bergerak menuju ke jalan yang cukup dilalui satu mobil kecil di arah Timur. “Jalan ini nanti tembus ke pantai-pantai lainnya” ujar Petruk penuh yakin. Sementara saya penasaran mau dibawa ke mana setelah Pantai Drini. Dalam mobil, teman saya itu bercerita bahwa ia sudah beberapa kali datang ke lokasi ini sejak jalan belum diaspal sehalus ini.
[caption id="attachment_153652" align="aligncenter" width="498" caption="Teluk Pantai Drini Potensi untuk Wisata Bahari"]
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki obyek wisata pantai yang cukup banyak sepanjang garis pantai Samudera Indonesia. Tercatat di peta Wisata yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul, ada 13 Pantai, yaitu Pantai Parang Endong, Pantai Ngobaran, Pantai Ngrenehan, Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Drini, Pantai Krakal, Pantai Ngandong, Pantai Sundak, Pantai Siung, Pantai Wediombo, Pantai Sadeng. Dari pantai satu ke pantai lain sudah terkoneksi dengan jalan aspal yang bisa dilewati dengan mobil.
Ke 13 pantai ini menurut penduduk setempat padat dikunjungi ketika pergantian Tahun Baru 2012 beberapa waktu yang lalu. Di saat liburan, 13 pantai itu ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal. Sebuah potensi yang luar biasa bagi kesejahteraan rakyat melaui meningkatnya perekonomian rakyat berbasis wisata.
Saya melihat payung-payung aneka warna dipasang di pinggir pantai untuk berteduh para pelancong. Tak ketinggalan tempat duduk untuk berbaring juga berjajar di sepanjang pantai. Jika anda haus atau lapar, tersedia restoran sea food yang siap melayani anda. Untuk istirahat, disediakan bungalow-bungalow kecil yang disewakan. Mendeskripsikan ini semua, membuat benak saya berpikir seperti berada di Pulau Dewata dengan fasilitas wisatanya yang lengkap dan membuat nyaman berlama-lama untuk menikmati indahnya pemandangan.
[caption id="attachment_153658" align="aligncenter" width="498" caption="Fasilitas Yang Lengkap, Bikin Betah Wisatawan"]
Ada beberapa catatan yang barangkali baik untuk diperhatikan pemerintah setempat agar daya tarik wisata pantai-pantai di Gunung Kidul makin berparas cantik nan elok hingga menggoda siapa saja untuk berkunjung dan betah lama-lama tinggal di pantai.
Yang pertama, bagaimana mengubah mindset orang agar Gunung Kidul tidak identik dengan kekeringan air. Yang artinya, ada jaminan bahwa air yang digunakan dan dialirkan ke obyek-obyek wisata adalah air bersih bukan air tadah hujan. Sehingga secara psikologis, ada rasa nyaman bagi pengunjung untuk pergi ke toilet, untuk mandi, atau untuk pesan kopi hitam. Dari teman saya, pemerintah sudah membuat bak air yang berkapasitas besar dari sumur bawah tanah dan dialirkan ke lokasi wisata pantai.
[caption id="attachment_153668" align="aligncenter" width="498" caption="Payung-payung Pantai, Makin Membuat Ramai Dikunjungi Wisatawan"]
Yang kedua penataan ulang tempat-tempat Toilet yang kurang terpadu dan tersentral. Kesan berlomba-lomba menyediakan toilet yang berbayar, aromanya tercium saat memasuki obyek wisata pantai ini. Sehingga mengurangi daya tarik tempat wisata. Apalagi tulisan “toilet” yang besar menyolok mata hingga menimbulkan kurang teratur dan rapih.
Yang ketiga adalah kurangnya sentuhan modern dalam penataan tempat wisata pantai, seperti tersedianya trekking jalan kaki, bersepeda keliling pantai, penataan taman, lampu-lampu, pelataran berlantai yang bersih. Saya membayangkan suasana ini seperti di Pantai Ancol yang tampak bersih dan anggun.
[caption id="attachment_153655" align="aligncenter" width="498" caption="Mempercantik Hunian Wisata di Pinggir Pantai"]
Entah kapan hal ini akan terwujud saya tidak berharap bak membalikan tangan dengan begitu cepat. Yang jelas saya melihat ke depan ke 13 Pantai di pesisir Samudera Indonesia ini akan makin cantik dan mempesona seperti Pantai “baywacth” yang saya tonton di TV. Untuk merealisasikan menjadi pantai ala “Baywatch”, dperlukan manajemen pantai agar makin menyejahterakan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H