Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Membidik Sunrise di Telaga Sarangan, Jawa Timur

27 Desember 2011   11:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 2243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_152078" align="aligncenter" width="622" caption="Villa-villa di Telaga Sarangan"][/caption]

Mencari tempat istirahat, itulah yang ada dalam benak saya sekarang. Perjalanan pulang dari Malang menuju ke Yogyakarta dengan kendaraan sendiri, memang melelahkan. Bayangan istirahat di atas pulau kapuk, begitu kuatnya memicu adrenalin saya untuk memacu mobil dengan cepat, namun nyaman. Saat ini saya ingin segera meletakkan badan letih perjalanan di penginapan. Sangat obsesif memang, namun bukan tanpa alasan.

Ditemani dua orang sahabat, saya tinggalkan Batu Malang melalui Pujon sekitar pukul dua siang. Cuaca cerah saat itu, begitu gerah di badan meski AC sudah saya stel di level medium.Kegerahan tidak hanya saya alami sendiri. Dua teman saya pun merasakan hal yang sama. Batu, yang terkenal dengan dinginnya, rupanya tidak di siang terik ini. Sudah tidak sesejuk seperti dulu. Akibat pemanasan global? Atau kecapekan, karena seharian menikmati Batu Secret Zoo alias Jatim Park 2? Entahlah.

Perjalanan wisata mengisi liburan Natal tahun ini, kami sebut sebagai “spiritual journey”. Sebuah perjalanan yang kami maknai sebagai perjalanan penuh bermakna rohani ketimbang refreshing belaka dari kesibukan kerja. Inilah yang kami sebut memberi kesegaran pada ruang batin rohani kami.

Karena itu, apa saja yang kami temui dalam perjalanan, kami anggap sebagai berkah yang diberikan oleh Tuhan. Termasuk suasana padat merayap di setiap kota yang kami lewati. Hujan deraspun bukan menjadi halangan melainkan sebagai teman yang menyejukkan. Demikian juga banyak orang jualan durian dan rambutan serta manggis di sepanjang jalan, kami syukuri sebagai kebaikan Tuhan yang boleh kami cicipi sebagai bekal dalam perjalanan.

Rasa capek mulai menyerang sesaat kami memasuki kota Kediri dan kemudian ambil jalan menuju ke kota Madiun. Sesampainya di Madiun kami memperlambat kendaraan untuk mencari restoran yang menyediakan toilet. Entah karena masih buta, kami kesulitan menemukan restoran seperti yang kami maksud. Kemudian kami berhenti di rumah makan serba bakar di dekat lapangan udara Iswahyudi.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat istirahat. Saat itu jam menunjuk pada pukul 8 malam. Meski kenyang, tapi badan capek masih belum sirna sama sekali. Lalu kami mengambil keputusan secara mendadak, untuk mencari penginapan di sekitar Telaga Sarangan. Untuk menuju ke Sarangan dari Madiun, kami harus menembus kota Magetan terlebih dahulu. Karena menembus gelap gulita malam,maka satu-satunya alat bantu kami adalah penunjuk jalan yang bertuliskan “ke Sarangan”.

[caption id="attachment_152079" align="aligncenter" width="622" caption="Berburu Sunrise di Telaga Sarangan"][/caption]

Perjalanan wisata menuju ke Sarangan, akhirnya sampai dengan selamat. Banyaknya tempat penginapan di Sarangan, membuat kami sedikit bingung memilihnya. Untung teman saya memberi saran agar kami menginap saja di dekat Telaga saja. Maksudnya, supaya besok pagi kalau mau jalan-jalan di sekitar telaga tidak terlalu jauh. Atas dasar itu, kami langsung parkir di Villa Merah dan pesan kamar. Setelah nego, kami dapat satu ruang yang berisi dua kamar yang masing-masing ada twin-bed dan kamar mandi dalam. Meninap di Villa Merah ini kami harus mengeluarkan Rp. 500.000,- per malam dan tanpa breakfast.

Malam semakin larut. Kopi panas yang saya teguk, menghangatkan badan sesaat setelah membersihkan diri dengan air hangat (tidak panas). Hanya terlihat satu dua orang bercengkerama di bawah lampu jalan di sepanjang pinggir telaga. Tak ada keramaian yang berarti pada malam Kamis ini. Udara dingin di lereng Gunung Lawu, rasanya tak menggigilkan badan capek ini. Dalam keheningan itulah kami melepas lelah setelah hampir tujuh jam perjalanan dari Malang.

Pagi harinya, sekitar pukul 6 pagi, dari balik jendela kaca tempat tidur, semburat merah mentari pagi membias elegan di atas permukaan air telaga Sarangan. Sambil menenteng kamera dslr, saya buru-buru keluar kamar dengan sedikit berlari kecil, agar mendapatkan momen sunrise di Telaga Sarangan dengan baik.

[caption id="attachment_152080" align="aligncenter" width="622" caption="Sunrise diambil dari Telaga Sarangan "][/caption]

Langkah kaki saya menuju ke arah Barat Telaga. Akhirnya saya dapat posisi yang strategis untuk mendapatkan keindahan sunrise bak lembayung emas memayungi kota Magetan. Frame demi frame, saya bidikan pada landskap kota Magetan yang sedang berbalut kabut putih pagi bercampur dengan semburat warna merah mentari. Indahnya alam itu saya potret dari pinggir Barat Telaga Sarangan. Sungguh pemandangan pagi yang sangat eksotis yang tidak saya duga sebelumnya. Mengintip sunrise dari Telaga Sarangan menambah nikmatnya perjalanan wisata saya kali ini.

Saran teman saya untuk beristirahat di Sarangan, kini berbuah kebahagiaan karena momen sunrise yang saya dapatkan di Telaga Sarangan. Ketika sinar mentari pagi mulai beranjak naik, bukit-bukit yang membentengi telaga tampak gagah berwibawa. Keindahan itu makin mempesona sesaat sinarnya beradu dengan riak kecil air telaga dan bias langit biru yang bersih.

Sensasi keagungan ciptaan Tuhan di telaga Sarangan makin elok bersamaan dengan geliat penduduk mulai sibuk membuka lapaknya masing-masing sesuai dengan yang dijajakan. Seorang ibu dengan menggendong dagangannya menawarkan ke kami, telor setengah matang yang diracik dengan mrica. Katanya untuk menambah tenaga agar semakin fit. Tak hanya telur setengah matang, pecel dan nasi rames beserta kopi hangat juga ditawarkan kepada kami. Karena di penginapan tidak disediakan breakfast, maka kami pesan makanan di tempat ibu itu. Sensasi kuliner menyentuh lidah lapar kami dalam santap pagi ini.

[caption id="attachment_152081" align="aligncenter" width="622" caption="Naik Speed Boat Keliling Telaga"][/caption]

Bersamaan dengan itu, motoris speed-boat terdengar menawarkan dengan harga 40 ribu per satu putaran. Jasa naik kuda mengelilingi telaga hingga air terjun pun ikut berkompetisi menggoda para wisatawan yang mulai berdatangan. Fasilitas wisata lain seperti bebek air, aneka macam kaos bertuliskan “telaga Sarangan”, aneka macam pakaian wisata, handycraft, jasa kursi pijat elektrik, penjual buah-buah dan sayuran, mulai membuka diri bagi wisatawan yang baru datang.

Telaga Sarangan, adalah destinasi wisata yang mengandalkan keindahan telaga dan alamnya menjadi daya tarik wisata. Bagi saya, istirahat di Sarangan sangat cocok untuk melepas capek perjalanan dari Malang menuju ke Yogyakarta. Tetapi, lebih dari itu, dan setelah semalam tidur dan kemudian pagi harinya bangun, ternyata sunrise di Telaga Sarangan memberi sensasi eksotis di hati saya. Demikian juga, adanya fasilitas permainan di sekitar telaga semakin bersemangat dalam menikmati indahnya alam sekitar Telaga Sarangan di lereng Gunung Lawu.

[caption id="attachment_152082" align="aligncenter" width="622" caption="Speed Boat disewakan dengan harga Rp. 40.000,-"][/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun