Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Letusan Lokon Malam Ini, Terkait Rusaknya Lahan Adat dan “Mandi Kabal”

15 September 2012   12:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_205894" align="aligncenter" width="600" caption="Gunung Lokon, Saat Senja Jelang Malam (foto: dokpri)"][/caption]

Saat enak-enak berjejaring sosial lewat facebook sembari browsing ke kanal berita, tiba-tiba terdengar dentuman keras yang mengagetkan hingga menggetarkan kaca-kaca jendela dan pintu kamar. Lewat laptop, saya sempat melirik tanda waktu di sebelah kanan pojok bawah. Jam 6.47 PM Wita, Sabtu (15/9) letusan Gunung Lokon itu berlangsung.

Secara spontan saya lari keluar sambil menenteng kamera menembus gelapnya malam dan dinginnya pegunungan.

Saat berlari mata saya sempat memandang kawah Tompaluan Gunung Lokon dari sela-sela pohon rimbun yang saya lewati. Terlihat percikan lava pijar menggaris di sekitar kawah. Setibanya di lokasi yang tepat menghadap Gunung Lokon tanpa halangan, gumpalan awan brokoli membumbung ke awan di antara langit kelabu. Tampak samar-samar terlihat bedanyaantara gumpalan letusan hitam pekat dan awan mendung.

Penglihatan mata bisa membedakan namun kamera saya tidak mampu mengabadikan momen letusan itu.

Tak kurang dari sepuluh menit menanti kondisi apa yang terjadi pasca letusan tadi. Dari Bukit Doa Mahawu, fenomena letusan itu tak tampak jelas.

“Dari sini kelihatan banget lahar apinya naik, terus ada kilat-kilatnya.” saya kutip dari tulisan teman saya di Manado lewat BBM. Manado langit cerah tidak seperti di Tomohon yang tertutup awan dan sekali-kali terdengar gemuruh kilat.

“Masyarakat tumpah keluar setelah mendengar dentuman pertama tadi. Kaca-kaca rumah penduduk ada yang picah, akibat kerasnya letusan yang menggertarkan tadi” cerita teman saya yang berada di dekat Jalan Raya Tomohon melalui pesawat komunikasi HT.

Siang tadi, mulai jam dua siang hingga jam tiga, hujan deras telah mengguyur Tomohon dan sekitarnya. “Karena derasnya hujan, barangkali Kawah Tompaluan penuh dengan air dan kemudian tadi meletus” ujar teman saya sambil menemani ke lokasi tempat saya akan ambil foto.

Seakan menjadi kebiasaan, setelah hujan deras yang lama, Gunung Lokon akan meletus karena tersumbat oleh air dan material vulkaniknya. Jika Lokon meletus dengan dentuman keras seperti tadi malam, penyebabnya adalah karena Kawah Tompaluan habis diguyur hujan lebat. Fenomena alam ini sudah diyakini oleh masyarakat Kakaskasen, Kinilow yang berada tak kurang dari 2,5 km dari lubang kawah.

Letusan Gunung Lokon tak luput dikaitkan dengan kejadian rusaknya lahan tanah adat Minahasa yang ditengarai sebagai lokasi “mandi kabal” (klik repotasenya di sini) yang baru-baru ini menghebohkan karena korbanya siswa SMP dan SMA dengan dalih cari ilmu kekebalan. “Apakah ini ada kaitannya?”

Yang jelas cerita mitis itu sedang menyebar dan diperguncingkan oleh masyarakat pasca letusan tadi.

[caption id="attachment_205895" align="aligncenter" width="640" caption="Tarian "]

1347713383952052143
1347713383952052143
[/caption]

Dikumpulkan dari berbagai sumber lewat sarana jejaring sosial dan pembicaraan antar karyawan Bukit Doa lewat HT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun