Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuasailah Kendaraan dan Jangan Ngantuk!

5 September 2011   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengalami kecelakaan saat mengendarai kendaraan di jalan raya, bukanlah sesuatu yang asing dalam hidup saya. Sejak saya belajar naik sepeda, kemudian dengan sepeda motor atau mobil, rasanya kok tidak luput dengan yang namanya “kecelakaan”.Semua kejadian kecelakaan itu, sampai sekarang masih mudah diingat kembali di otak saya dan luka-luka yang membekas di badan saya menjadi saksi kecelakaan itu.

Karena itu, begitu muncul topik bertag “aman-di-jalan”, saya langsung membuat tulisan ini. Dengan harapan apa yang pernah saya alami, jangan sekali-kali terjadi terhadap orang lain. Tidak hanya tu, saya berharap yang saya sharingkan ini, bermanfaat bagi kita semua.

Kendaraan pertama saya adalah sepeda onthel. Sepeda model kuno inilah yang memotivasi saya untuk “berlagak” di hadapan orang tua dan orang lain bahwa saya sudah bisa naik sepeda dengan lincah. Bangga plus campur sombong membuat saya lupa kendali. Bahwa sepeda onthel yang tingginya lebih dari badan saya, ternyata bisa menjatuhkan tubuh saya hingga memar serta lecet-lecet di sekujur badan. “Semakin sering jatuh, semakin mahir dalam bersepeda”, kata kakak saya yang pertama ketika mencoba menghibur saat saya nangis karena jatuh dari sepeda onthel.

Pengalaman kecelakaan naik sepeda itu rupanya memberi pelajaran singkat kepada saya. “Sepeda itu hanyalah benda dan buatan manusia. Maka, manusia sewaktu memakainya, jangan sekali-kali dikuasai oleh nya. Manusialah yang harus menguasai nya.” Begitulah refleksi saya saat itu. Jika ini diterapkan, maka janganlah sombong atau pamer di hadapan orang ketika bersepeda. Hargailah pengguna jalan lainnya atau kalau ada yang membonceng, jangan diperlakukan seperti bawa beras atau semen.

Butir-butir refleksi awal itu begitu melekat di kepala saya bak rambu-rambu lalu lintas yang dipasang gagah di pinggir-pinggir jalan. Maka, ketika saya bisa mengendarai sepeda motor dan bersamaan dengan itu saya tumbuh dewasa, pengalaman bersepeda onthel menjadi modal dalam mengendarai sepeda bermesin motor itu.

“Jangan sekali-kali dikuasai oleh kendaraan yang dikendarai, tetapi kuasailah kendaraan sesuai dengan keinginan kita”.Prinsip mengendarai kendaraan inilah yang juga saya pakai dalam mengendari sepeda motor. Apakah prinsip ini kemudian membuat saya bebas dari kecelakaan lalu lintas? Jawabannya, tidak! Saya tetap juga mengalami kecelakaan dalam bersepeda motor.

Waktu itu, setelah menghadiri pertemuan di Kaliurang, saya berboncengan dengan teman saya kembali ke Jogja. Jalan dari Kaliurang ke Jogja adalah jalan yang menurun dan berbelok-belok. Entah bagaimana, saya berinisiatip untuk mematikan mesin dan mengendarai sepeda motor di jalan turun itu tanpa mesin motor dihidupkan. Meluncur begitu cepatnya dan hanya mengandalkan rem kaki dan rem tangan.

Ketika sampai di tingkungan tajam, sepeda motor saya belokkan ke kanan sesuai dengan jalannya yang menurun dan berbelok kanan. Tapi tiba-tiba kami terpental dan jatuh mencium aspal keras jalan Kaliurang itu. Saya terpental dan masuk ke semak-semak bambu dengan helm masih di kepala. Luka memar dan lecet-lecet di wajah dan kaki menjadi hadiah dari kecelakaan yang tak pernah terlupakan itu.

“Makanya kalau naik sepeda motor jangan ugal-ugalan. Apalagi mesinnya dimatikan. Tuh akibatnya” kata teman saya saat menjenguk saya di rumah sakit. Saya cuma diam, karena prinsip awal yang sudah saya pelajari ketika belajar naik sepeda ontel, lupa saya pakai. Sejak itu, kecelakaan yang saya alami dengan sepeda motor bukan akibat kesalahan saya tapi orang lain.

Contohnya, tiba-tiba saya jatuh sendiri dari sepeda motor, dan baru diketahui ketika ada sepeda motor mengambil kardus mie di dekat saya jatuh. Rupanya kardus mie inilah yang menyenggol saya hingga terkapar di aspal.

Prinsip awal itu saya berlakukan ketat ketika saya bisa mengemudikan mobil. Mentaati (memperhatikan) rambu-rambu lalulintas dan menguasai karakter setiap mobil adalah kewajiban dasar yang harus dimiliki oleh seorang sopir, seperti saya ini. “Ngerti dan menguasai selah-selah mobil sebelum menyetir!” itulah yang pertama dilalukan sebelum mengemudikan mobil.

Setiap mobil punya karakternya sendiri-sendiri. Menyetir jenis kendaraan diesel sama bensin, secara perilaku, berbeda. Jangan sekali-kali mematikan mesin mobil diesel saat berjalan di jalan menurun. Rem mobil tidak akan berfungsi bahkan bisa-bisa “nge-lock”. Karakter ini berbeda dengan mobil bensin, meski seharusnya tetap dalam keadaan mesin hidup demi keamanan.

Pengalaman yang lain. Saya pernah hampir saja menabrak orang menyeberang, gara-gara saya dalam kondisi terserang kantuk. Meski kemudian saya kaget dan kantuk langsung hilang akibat jantung berdebar-debar, namun pengalaman ini menciptakan prinsip baru dalam menyetir mobil. “Jika anda sudah merasa mengantuk, langsung saja mengurangi kecepatan dan mobil dibawa ke pinggir jalan dan berhentilah untuk beristirahat sejenak. Keluarlah dari mobil untuk minum atau berolahraga ringan. Jangan dipaksa tetap nyetir kalau sudah merasa diserang kantuk.” itulah norma yang saya catat.

Membuat aturan sendiri seperti itu, saat mengemudikani kendaraan sendiri, saya kira penting sekali. Akan lebih berisiko lagi kalau membawa penumpang lebih dari satu, saat kita menjadi sopir. Kalau saya yang menyetir mobil, biasanya saya berdoa sebelum berangkat dan bersikap terhadap diri sendiri untuk tidak egois dalam mengemudikan kendaraan. Kenapa tidak boleh egois? Karena kalau saya egois, bisa-bisa saya kasar dalam mengemudikan kendaraan atau semau gue sehingga para penumpang tidak merasa nyaman naik kendaraan. Nah, kalau sudah begini, sopir kena warning agar mengemudikan kendaraam senyaman mungkin demi orang lain yang menjadi penumpang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun