[caption id="attachment_192393" align="aligncenter" width="600" caption="Di Tepian Pantai Kuwaru, Srandakan Bantul"][/caption] Kopi darat Kampret (kompasianer hobi jepret) beberapa hari yang lalu (30 Juni 2012) di Yogyakarta, masih menyisakan sebungkus kenangan, terutama buat saya. Kenangan yang saya maksud adalah menemukan titik kesederhanaan yang dibalut dalam persaudaraan. Awal Persaudaraan Disepakati untuk bertemu di Café Semesta, Kotabaru pada pukul 20.30. Saya, Andee, Dwi Purwanti dan Sarwendah bersiap diri berjalan kaki dari penginapan di jalan Mangkubumi, dekat Tugu, menuju ke lokasi. Sekitar pukul 20.00, kami keluar dari penginapan. Menyisir trotoar sepanjang jalan Mangkubumi menuju ke Kotabaru, aroma wisata budaya Yogya mulai tercium di hidung saya. Angkringan dan lesehan menyesaki sepanjang trotoar dengan hidangan khasnya seperti sego kucing, kopi jos, wedhang ronde dan jajanan lainnya. Tampak berkerumun anak muda sambil menyedu remang di setiap angkringan yang dihiasi banyak sepeda motor terparkir di sekitarnya. [caption id="attachment_192394" align="aligncenter" width="600" caption="Di atas Jembatan Baru Pertigaan Malioboro Kotabaru"]
[/caption] “Hari Sabtu, di musim Liburan Sekolah, seperti sekarang ini, sepanjang jalan dari Tugu hingga Nol Kilometer melewati Malioboro, terlihat padat dan lalu lalang orang berjalan serta kemacetan kendaraan mengular sepanjang jalan itu” komentar saya sambil berjalan sembari menghela napas kehidupan wisata Yogya di malam hari. Tiba di Café Semesta yang berlabel 24 jam, kembali saya dan teman-teman disuguhi suasana anak muda khas Yogya yang santai tanpa balutan glamour yang wah. Hampir semua tempat duduk di café itu dipenuhi dengan sendau gurau khas anak muda Yogya sambil makan minum ala kadarnya. [caption id="attachment_192395" align="aligncenter" width="600" caption="Gaya
Kampretos Membidik Objek Foto"]
[/caption] Meja panjang di tambah satu meja bundar yang di atasnya tertulis “reserved” kami hampiri. Nggak berapa lama menunggu, 20
kampretos hadir di lokasi kopdar itu. Ditambah dua orang relawan Blogger Hibah Sejuta Buku (BHSB) mbak Pipit dan temannya. Setiap kali ada Kampret yang datang dan bergabung, tradisi bersalaman, dihiasi dengan senyum ramah serta memperkenalkan diri, menghangatkan kopdar malam itu. Tak jarang dengan menatap wajah sudah ketahuan namanya. Sangat familiar. Setelah perkenalan “resmi”, tibalah saatnya mendukung aksi Blogger Hibah Sejuta Buku dengan bantuan dana yang terkumpul dan diserahkan kepada wakil BHSB Mbak Pipit Damayanti. Acara sosial ini memberi warna tersendiri dalam Kopdarat Kampret yang pertama kali diadakan ini. Setelah itu, dilanjutkan bercerita sambil memesan makan dan minum hingga sampai ajakan untuk berfoto bersama di jembatan baru sekaligus mengakhiri acara di Café Semesta. Hampir semua peserta Kopdarat membawa kamera, apapun jenisnya. Kamera menjadi semacam ikon yang tak terlupakan oleh Kampretos. Justru karena kamera, kami bisa berkumpul dan dikumpulkan untuk berfoto bersama. Setelah itu, dilanjutkan “begadang” di loby penginapan sambil bertukar ilmu soal fotografi dan sharing pengalaman soal jepret. Asyik juga selain menambah imu. [caption id="attachment_192396" align="aligncenter" width="600" caption="Pantai Kuwaru Rindang Oleh Cemara Udang"]
[/caption]
Wisata di Pantai Kuwaru Pantai Selatan Yogyakarta tak hanya memiliki Parangtritis, Pantai Depok, Samas, Glagah yang sejak lama dijadikan destinasi wisata. Pantai Kuwaru di Srandakan Bantul, sejak 4 tahun lalu menjadi “pantai baru” yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Popularitas Pantai Kuwaru makin meluas dan dikenal oleh banyak orang. Tak heran ketika kampretos tiba di pantai itu, suasana keramaian di sepanjang tepian pantai menyeruak bak pasar malam. Ramainya orang terbagi di dua tempat. Yang pertama di sepanjang jalan yang kanan kirinya ditumbuhi oleh pohon Cemara Udang yang merindang jalan pantai, tampak beberapa wisatawan bermain ATV ke sana ke mari. Putaran empat rodanya serta derunya mesin ATV yang disewa Rp 25.000,- per 15 menit mengasyikkan para penggila off road sepanjang jalan Cemara udang itu. [caption id="attachment_192397" align="aligncenter" width="600" caption="Kaos Kampret Warna Merah, Memicu Semangat Berfoto"]
[/caption] Di sisi lain jeritan suara senang serentak membahana ketika ujung ombak air laut membuih putih itu tiba-tiba menerjang mereka yang sedang berada di garis tepian air berpasir hitam. Pengunjung basah kuyub disapu ombak. Bukannya takut tetapi di wajah mereka ekspresi senangnya merona bukan main. Konon pohon Cemara Udang itu hanya bisa tumbuh di pantai Kuwaru yang berpasir hitam. Kesan sejuk dan menghijau menjadi ciri khas pantai ini. Kerindangan ini juga memicu para pejual makanan dan minuman untuk menjajakan dagangannya kepada para pengunjung melengkapi fasilitas wisata pantai ini. “Ikan bakar ada Mas. Ada juga kerang hijau, udang, cumi atau peyek udang” kata seorang ibu ketika saya mendekati warungnya. “Sudah berapa lama pantai ini ramai dikunjungi Bu?” tanya saya. “Sudah empat tahun yang lalu” jawabnya sambil melayani pembeli menyodorkan kelapa muda berwarna hjau yang dipesannya. [caption id="attachment_192398" align="aligncenter" width="600" caption="Bisa Bermain ATV Di Sepanjang Koridor Cemara Udang"]
[/caption] Satu deret dengan warung itu, tersedia juga kolam renang “buatan” untuk menyediakan sarana bermain bagi anak-anak. Ada juga sirkuit mobil-mobilan di atas jalan yang batako. Dengan kata lain, penduduk di sekitar berupaya menjadikan pantai Kuwaru bukan hanya tempat bermain ombak saja tetapi bisa bermain ATV, mobil-mobilan, renang di daratan dan juga aneka jenis kulinernya. Fasilitas terpadu inilah membuat pantai Kuwaru ramai dikunjungi di siang hari. “Kalau malam sepi. Selain tidak ada penerangan listrik, banyak penjual pulang karena sudah capek berjualan dari pagi hingga sore hari” jelas Ibu penjual tadi. Di pantai ini kebersamaan Kampretos terwujud dalam aktivitasnya ber foto bersama dan saling foto. Inilah yang membikin serunya Kopdarat Kampretos.
Titik Persaudaraan Mulai Tumbuh Begitulah rekaman suasana kopdarat kampretos yang dilanjutkan hingga hari Minggu, 1 Juli 2012. Kini yang tersisa hanyalah kenangan yang berupa Kaos Kampret dengan logo desainnya yang oke banget, foto-foto bareng, candid foto, aktivitas sosial, berwisata serta rasa kebersamaan dalam kesederhanaan itu rasanya tak hentinya menggeliat sampai diadakannya kembali Kopdarat di kemudian hari. [caption id="attachment_192399" align="aligncenter" width="600" caption="Berbagi Senyum Persaudaraan Di antara Kampretos"]
[/caption] Terima kasih buat Mbak Gilang Aghil, Mbak Dwi Purwanti, Mas Bowo, Mas Arif Subagor, Mas Aji Nugroho dan Mo Yustinus Witokaryono yang menyiapkan segala sesuatunya dengan baik dan lancar. Serta teman-teman Kaprets yang datang dari Jakarta, Temanggung, Brebes, Semarang, Ponorogo, Malang, Nganjuk, Makasar, Klaten, Yogyakarta, Hongkong, dan saya dari Tomohon, Sulut. Liputan Kopdarat Kompasianer Hobi Jepret (Kampret) lainnya bisa diklik di bawah ini.
- Kopdarat Kampret, Menakutkan dan Mengaharukan
- Ketika Kampret Ngampret di Yogya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya