photo tri_lokon: Kawah Mahawu Puncak Gunung Mahawu (1.311 m dpl), Tomohon, Sulawesi Utara tak setinggi Gunung Lokon (1.580 m dpl). Yang sudah pernah menginjakkan kakinya di puncak Mahawu, saya yakin tak akan melupakan betapa indahnya pemandangan alam dari puncak itu dan ekstrimnya mengelilingi bibir kawahnya. Meski sama-sama berjenis “stratovolcano” atau gunung berapi seperti Gunung Lokon, namun Gunung Mahawu masuk dalam kategori tidak aktif dan relatif aman untuk kegiatan trekking atau wisata puncak Gunung. Kondisi aman ini memotivasi Pemkot untuk membuat anak tangga berplester semen dari area parkir menuju puncak. Tak hanya anak tangga yang dibangun oleh Pemkot untuk melengkapi fasilitas wisata alam gunung itu. Di ujung anak tangga menuju puncak, telah dibangun gardu pandang yang atap di atasnya bisa menjadi gardu pandang mengarah ke kawah Tompaluan Gunung Lokon. Pengunjung juga dimanjakan dengan pagar besi di tengah anak tangga itu untuk pegangan tangan dikala tidak kuat berjalan ke atas. photo tri_lokon: Tangga Masuk ke Puncak Gunung Mahawu Saat libur nyepi yang lalu, salah satu tempat yang saya kunjungi bersama tamu dari Jawa adalah puncak Mahawu. Rasa ingin datang ke puncak itu, termotivasi dari cerita teman-teman yang mengatakan bahwa akses jalan ke puncak sudah enak dan bagus. Menuju ke objek wisata puncak Mahawu dari Tomohon tak terlalu sulit bagi saya. Sebelumnya saya ajak tamu saya ke Pasar tradisional Beriman yang berdekatan dengan terminal bis dan mikrolet. Pasar itu juga dijadikan objek wisata karena terkenal dengan ekstrimnya yang dijual. Orang bilang di pasar itu dijual mulai dari angkatan udara (burung, kelelawar), angkatan laut (ikan-ikan), angkatan darat (daging-daging hewan darat) dan aneka macam sayuran. Dari Pasar Tomohon itu, mobil saya belokkan ke arah Agro Wisata Rurukan dan lalu menyusuri jalan aspal ke Gunung Mahawu. Tak kurang dari 15 menit, mobil sudah sampai di area parkir yang cukup luas. Saat saya tiba, sudah ada tiga mobil pribadi dan beberapa sepeda motor parkir di situ. Setelah parkir, saya dan teman saya tidak langsung naik. Di area parkir itu ada tiga rumah panggung didirikan. Salah satunya dipakai oleh Polisi Kehutanan untuk pos jaga dan pemantauan. Sedangkan rumah panggung lain konon disediakan untuk mereka yang ingin berburu sunrise dan harus datang menginap di situ. “Ada berapa anak tangga hingga ke puncak?” tanya teman saya saat dia mengetahui kalau saya sedang menghitungnya. “150 anak tangga” jawab saya sambil atur pernapasan yang terengah-engah. “Berapa menit dari bawah hingga ke puncak ini” lanjut teman saya. “Sebenarnya bisa lima belas menit. Tergantung kemampuan saat sampai di tengah tanjakan. Kalau jalan terus ya segitu. Tapi kalau pakai berhenti ya bisa lebih lima belas menit” jawab saya. Areal Parkir di Objek Wisata Puncak Mahawu (tri_lokon) Sesampainya di puncak kembali saya merasa senang selain akses jalan yang sudah baik juga dibuatkan gardu pandang yang atapnya bisa dinaiki dan dari situ bisa melihat pemandangan indah mengarah ke Gunung Lokon dan lubang kawah. Ukuran gardu pandang itu sekitar 3 kali 6 meter. Namun jika naik di dak atas bisa melihat jelas indahnya pemandangan alam Tomohon, Danau Tondano, samar-samar Pantai Manado dan kawahnya Gunung Lokon yang berasap putih. Keindahan puncak Mahawu juga menjadi daya tarik wisatawan asing. Saat saya menyusuri jalan setapak ke puncak saya berpapasan dengan turis asing yang mau pulang. Di atas gardu pandang , tak beberapa lama setelah saya berada di atas, datang sepasang turis dari Jerman bersama guide tournya. “Berapa jam ya kalau keliling jalan menyusuri bibir kawahnya?” tanya teman saya. “Yah bisa satu jam keliling menyusuri jalan setapak itu” jawab saya sambil menunjuk jalannya dan rintangan rumput yang tinggi lebih dari tingginya manusia. Karena itu, saya bilang ekstrim karena harus menyibak jalan yang ditumbuhi rumput tinggi dan ekstra hati-hati kalau berjalan keliling kawah. Dasar kawah dulu pernah ada airnya mirip danau kecil. Sekarang sudah kering tak berasap. Samar-samar saya mencium bau belerang yang tak terlalulu menusuk di hidung. Semilir angin yang berhembus dingin, membuat kami tak terlalu lama berada di atas atap gardu pandang untuk menikmati keindahan alam puncak Gunung Mahawu. Ada dua tenda terpasang di bawah gardu itu.Rupanya sedang dipakai berkemah oleh sekelompok pencinta alam. Gardu Pandang Untuk Melihat Indahnya Alam (tri_lokon) Wisata puncak Mahawu kini menjadi salat satu objek wisata yang banyak dikunjungi. Karena itu, bagi anda yang akan merencanakan berwisata ke Tomohon jangan lupa berkunjung untuk trekking ke Puncak Mahawu. Nikmatilah sensasi dan indahnya alamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H