[caption id="attachment_139889" align="aligncenter" width="600" caption="Dari Wedding Chapel, Bisa Melihat Gunung Soputan dan Lokon (foto; James W)"][/caption]
“Kalau ke Tomohon, baiknya tempat wisata mana yang harus dikunjungi?” tanya seorang teman dari Jakarta melalui percakapan chatingnya. “Banyak tempat yang bisa menjadi destinasi wisata. Masing-masing memiliki keunikannya sendiri.” balas saya dalam chatingan. Saya mengatakan banyak tempat karena Tomohon, selain dikenal sebagai kota Bunga dan Pendidikan, sangat potensial untuk pengembangan wisata alam, religi, budaya dan kuliner.
Tomohon bukan kota dataran rendah melainkan memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit karena hamparan wilayah daerahnya dikelilingi oleh Gunung dan pegunungan. Itulah sebabnya udara sejuk dan semilir pepohonan alamnya membuat setiap wisatawan merasa betah dan nyaman untuk menikmatinya. Udara bersih dan bebas dari polusi menjadi daya tarik tersendiri ketika sudah sampai di tujuan.
Rabu, 26 Oktober 2011, masyarakat Tomohon terutama yang tinggal di kaki Gunung Lokon, dikejutkan dengan suara dentuman yang menggelegar. Ribuan pasang mata secara otomatis memandang ke arah Kawah Tompaluan, kawah Gunung Lokon yang bukan di puncaknya melainkan berada di tengah di antara Lokon dan Tatawiran.
Asap yang sehari-hari berwarna putih, pasca terdengar dentuman, menjadi hitam bergulung-gulung mengarah ke langit sore setinggi 1.200 meter. Pemandangan saat itu sangat fenomenal. Di satu pihak, orang takut dengan dampak letusan. Di lain pihak banyak orang berdatangan untuk melihat dan memotret momen alam ini.
[caption id="attachment_139890" align="aligncenter" width="630" caption="Indahnya Siluet Letusan Gunung Lokon (26/10/2011)"][/caption]
Menurut kepercayaan masyarakat, Tomohon sejak dulu “dilindungi” oleh Opo Lokon dari ancaman letusan Gunung Lokon. Terbukti, hari Rabu kemarin di wilayah Tomohon terhindar dari hujan debu karena angin mengusirnya ke arah Barat Daya. Keyakinan ini mempengaruhi banyak orang dari luar daerah termasuk wisatawan untuk ingin melihat dan ingin tahu lebih dekat tentang Gunung berapi Lokon yang masih aktif ini.
“Lalu, di tempat mana saya bisa melihat dan mengambil foto “kehidupan” Gunung Lokon secara jelas?” tanya teman saya membalasnya chatingan saya tadi. “Saya sarankan datang saja ke Bukit Doa, atau ke Bukit Inspirasi. Di lokasi itu, pandangan mata tidak terhalang oleh pohon-pohon. Langsung bisa melihat kegiatan kawah Tompaluan” balas saya dalam chatingan itu.
[caption id="attachment_139893" align="aligncenter" width="640" caption="Musik Bambu, bagian dari Budaya Minahasa yang masih eksis"][/caption]
Bukit Doa Mahawu yang berada di jalan lingkar Timur, Tomohon Utara dan di lereng Gunung Mahawu sebelah Barat, menjadi destinasi wisata yang sudah menjadi salah satu agenda yang dicantumkan dalam itinerary wisata Manado. Tak jarang, setiap kali Manado menjadi tuan rumah pertemuan Nasional dan International, Bukit Doa kerap dikunjungi oleh para peserta yang mengikuti acara itu.
Ibu Mari Pangestu tercatat sudah mengunjungi semua fasilitas yang ada di Bukit Doa Mahawu ini. Sejauh saya ketahui, Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif ini sangat terkesan bukan hanya alamnya saja tetapi sinergitas alam, bangunan dan rohani. Jika anda mengunjungi Bukit Doa Mahawu ini dan kemudian masuk melalui pintu Selatan, pertama-tama anda diajak untuk melihat diorama Jalan Salib yang diletakkan di tengah jalan. Makna mengikuti dan bukan menonton kisah sengsara Yesus lebih kuat dalam paparan “via dolorosa”nya Mahawu. Jalan yang sedikit menanjak mengingatkan jalan menuju ke Bukit Golgota.
[caption id="attachment_139898" align="alignleft" width="300" caption="Visitor"][/caption]
Pada puncak bukitnya, kembali bangunan unik tapi ramah lingkungan seperti Grotto, Amphiteater, Chapel Mahawu, Rumah Inap Alamanda, Moya Porong, berdiri kokoh dengan arsitektur yang ramah lingkungan. Eksotisme perpaduan alam, bangunan dan rohani membuat banyak orang terinspirasi untuk melakukan pre-wedding atau foto-foto di lokasi itu. Bahkan, bentuk chapel yang sangat unik (katanya tidak duanya di dunia) menjadi pilihan favorit untuk pemberkatan perkawinan. Karena sering dipakai untuk perkawinan, maka chapel itu terkenal dengan nama Wedding Chapel.
Satu hal yang membuat orang tertarik mengunjungi tempat wisata religi Bukit Doa Mahawu adalah kebersihannya. “Clean and Green” itulah motto yang diterapkan pengelola. Alasannya, yang datang ke tempat wisata ini, bukan hanya dari wisatawan domestik tetapi wisatawan asing dari berbagai macam negara. Tercatat, dari negara-negara Asia sudah pernah datang. Eropa seperti Belanda, Perancis, Inggris dan USA seperti California, New York, juga sudah pernah mengunjungi. “Kami ingin menularkan budayabersih dengan tidak membuang sampah sembarangan, kepada setiap pengunjung”, kata salah satu staff yang sekaligus pemerhati GAS (Gerakan Anti Sampah) Tomohon.
Potensi wisata di Tomohon lainnya yang sering dikunjungi adalah Danau Linow, Pendakian ke Gunung Mahawu yang di tengahnya ada kawah, Pasar Tradisonal yang terkenal dengan menjual berbagai macam binatang, Pabrik Rumah Woloan, Kerajinan Bathok Kelapa di Kaaten. Selain lokasi itu, wisata kuliner juga digemari oleh wisatawan dengan mengunjungi rumah makan “minahasa food” untuk mencicipi paniki, kolombi, rengak, tinutuan, tino rasak dll.
[caption id="attachment_139895" align="aligncenter" width="604" caption="Kunjungan Wisatawan Manca Negara ke Bukit Doa Mahawu"][/caption]
Beberapa waktu yang lalu Ibu Titien Soekarya, Staff Ahli Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, mengunjungi Tomohon dalam rangka memotivasi desa Kakaskasen (desa di kaki Gunung Lokon) untuk menjadi desa wisata. Dalam pengarahannya, disampaikan bahwa desa Kakaskasen memiliki potensi wisata yang lengkap. “Selain alam yang indah, tradisi kesenian dan budayanya juga masih hidup seperti kelompok musik bambu, tari katrili, tari kabasaran. Bahkan tradisi pesta dan mapalus bisa menjadi daya tarik tersendiri hingga wisatawan bisa live in di desa ini.” tutur Ibu Titien.
Jadi, ke depan, kalau berwisata orang tidak hanya sebentar-sebentar mengunjungi tempat-tempat wisata saja tetapi menikmati budaya, kesenian, kuliner dan bahkan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dengan demikian, wisata daerah menjadi sarana untuk peningkatan Ekonomi Kerakyatan melalui pembangunan Desa Wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H