Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bakso Solo di Manado, Enak Tenan!

21 Mei 2012   12:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_182788" align="aligncenter" width="600" caption="Bakso Solo, Cafe Pantai Boulevard, Manado"][/caption]

Mengapa Manado menjadi daerah kunjungan wisata terkenal di Indonesia setelah Bali? Karena Manado terkenal dengan B Lima-nya (B-5). Bahkan, orang bilang kalau belum sampai mendapatkan B-5 itu, kunjungan anda ke Manado belumlah lengkap. Rugi lho jauh-jauh datang ke Manado, hanya dapat menikmati B-2 saja atau B-3 saja.

Istilah B-5 bukan asing lagi bagi telinga para penggiat turisme, seperti agen travel, guide tour atau pemilik penginapan yang makin merebak dibangun di Manado. B-5 itu singkatan dari tempat-tempat wisata ini, Bunaken, Bukit Doa (maksudnya Bukit Kasih dan Bukit Doa Mahawu), Bitung, Bubur Manado dan Boulevard.

Mengapa Boulevard dimasukkan dalam singkatan B-lima? Apa daya tarik dari Boulevard bagi wisatawan? “Boulevard” merupakan pusat keramaian kota Manado dengan mall-mall besar, sepeti Megamas, MTC, Mantos dan Bahu Mall. Tak hanya itu, di sepanjang pantai reklamasi, banyak didirikan café-café dan restaurant dengan view menghadap “sunset” laut. Di sore hingga malam lokasi kuliner pinggir pantai ini makin rame dikunjungi masyarakat.

[caption id="attachment_182789" align="aligncenter" width="600" caption="Menjadi Daya Tarik Wisatawan Yang Ke Manado"]

13376013651870353730
13376013651870353730
[/caption]

Suasana matahari terbenam atau sunset menjadi daya magnit alami bagi pengunjung untuk duduk santai sambil memesan makanan yang disukai. Salah satunya Café Pantai Boulevard, Bakso Solo.

Hari Minggu yang lalu, selepas nobar Liga Champions di salah satu Hotel di daerah Pantai Timur, Tuminting, Toms mengajak saya untuk makan Bakso Solo, Café Pantai Boulevard. “Saya udah tiga kali ke sini, selalu kehabisan menu yang saya sukai” kata Toms, pegawai swasta yang berasal dari Jakarta dan sudah dua tahun bekerja di salah satu perusahan pertambangan di Tomohon. “Masak sih. Saya sendiri baru tahu kalau ada Bakso Solo di sini”, ujar saya sambil ikut penasaran dengan menu spesial itu.

Kami sempat menunggu warung itu dibuka. Untung di dekat tempat bakso itu ada mall besar sehingga meski menunggu satu jam lebih kami tidak merasa bosan. “Katanya sih jam lima sore, warung bakso itu baru buka” jelas Toms setelah saya tanya jam berapa dibuka.

Sebenarnya tujuan kami tidak hanya makan bakso tetapi kami punya rencana lain, yaitu memotret sunset yang kebetulan langit saat itu terbuka tidak banyak awan. Itulah mengapa kami menunda makan siang kami, hanya untuk dua tujuan itu. Tak lama, ada satu teman kami yang ikut bergabung untuk menikmati kuliner satu ini.

[caption id="attachment_182790" align="aligncenter" width="600" caption="Menu Spesial, Mie Bakso Rusuk"]

13376014612017883214
13376014612017883214
[/caption]

“Mie Bakso Tenes, satu. Mie Bakso Rusuk dua. Pesan pangsit, tetelan, masing-masing satu porsi. Minumnya, teh, Aqua, Es Jeruk” kata Toms teman saya saat order pada cowok yang mendekati kami setelah duduk. “Ada semua kan?” tanya Toms kepada cowok tadi. Yang ditanya menggangguk ramah.

Kurang dari lima belas menit, pesanan kami sudah tiba dengan komplit. Ketika satu mangkok bakso rusuk lengkap disodorkan di depan Toms, ia sedikit terperangah. “Waduh banyak sekali. Apa habis ya?” teriak kecilnya hingga tamu yang lain menoleh ke arah kami. Memang tampak penuh, penampilan menu spesial yang kami pesan itu. Sebelum dilahap, sempat saya foto dan saya perhatikan sejenak. Tulang rusuk dan daging sapinya selain bikin kemecer juga membuat semangkok bakso itu ba-rasa penuh. Apalagi dicampur dengan 4 bakso, mie, tahu dan pangsit goreng.

Sebelum saya santap, tiga irisan jeruk yang teresdia di meja saya peraskan di atasnya. Tak hanya itu, sedikit kecap dan tak terlupakan rica pedasnya saya campur. Karena tidak begitu suka saos maka tidak saya campurkan saos botol itu. Oh ya, setetes cuka saya tambahkan. Nikmatnya makin terasa ketika lagu-lagu Manado disetel untuk mengiringi saat makan kami.

[caption id="attachment_182791" align="aligncenter" width="600" caption="Rica, Irisan Jeruk, Kecap, Pangsit, makin tambah uenakkk"]

1337601574669869694
1337601574669869694
[/caption]

Menyantap bakso rusuk di pinggir pantai, memang rasanya hanya enak dan sadap. Semakin nendang sensasinya ketika badan mulai deras ba-suar (berkeringat) sambil menikmati pedasnya dan empuknya daging rusuk sapi. Jangan heran kalau di saat menyantap, tisu di meja menjadi sasaran untuk mengusap keringat yang menetes. Lucunya, apa yang saya alami juga terjadi pada Toms dan temannya. “Bakso semangkok, tisu segulung sudah”, celetuk saya pada mereka.

Dari dorang (mereka) saya mendapat informasi bahwa istri pemilik Bakso Solo ini ternyata orang Solo. Dan yang di pantai ini, adalah cabang dari Bakso Solo di Jalan Sam Ratulangi. “30 kg daging sapi kami habiskan setiap hari untuk yang di pantai ini. Secara khusus, kami memilih daging tulang rusuknya” jawab cewek yang membersihkan meja kami setelah tuntas makan mie bakso rusuk.

Terus terang meski saya sering ke Manado, baru kali ini makan Bakso Solo di tepi pantai. “Kami baru buka empat bulan yang lalu”, lanjut cewek tadi. Pantas saja, saya baru dengar ada Bakso Solo di Manado, batin saya.

[caption id="attachment_182793" align="aligncenter" width="600" caption="Angkringan Bakso, Lengkap dengan Isinya"]

133760175558704410
133760175558704410
[/caption]

“Sehari bisa habis berapa porsi mangkok bakso?“ tanya saya sambil membayar pesanan kami tadi. “Rata-rata ya sekitar 600 mangkok, dan bisa lebih” kata cowok yang sedang meracik pesanan tamu lain. Berdasarkan informasi itu, kemudian saya coba menghitung sambil melihat nota pembayaran yang saya terima. Saya perkirakan rata-rata setiap orang merogoh uang dari kantongnya sekitar Rp. 25.000,- Jadi, untuk 600 porsi, warung kuliner Bakso Solo bisa meraup uang sebesar 15 juta per hari. Buka jam 16.30 hingga jam 23.00 malam. Saya lihat jumlah karyawannya ada 6 orang.

Akankah Bakso Solo di Manado ramai dikunjungi oleh banyak orang? Entahlah, meski baru 4 bulan berjalan, nyatanya banyak yang datang berkuliner di sini. Saya membayangkan tak hanya masyarakat setempat, tetapi wisatawan yang datang ke Manado alangkah baiknya juga mencobaB (Bakso) yang ke-6 ini. Menurut saya, ditanggung puas deh makan bakso di situ.

Selain itu, hadirnya Bakso Solo juga menambah keanekaragaman kuliner Manado dan menjadi alternatif kuliner bagi wisatawan yang datang. Saya dengar di akhir bulan Mei, Manado menjadi tuan rumah Pekan Informasi Nasional (PIN), 23-27 Mei 2012, dengan tema “Torang Samua Basaudara”.

[caption id="attachment_182794" align="aligncenter" width="600" caption="Melihat saja, Udah Rasa Kenyang.."]

13376024941919690055
13376024941919690055
[/caption]

Tulisan ini saya tulis dalam rangka WPC 5. Lebih lengkapnya tentang Weekly Photo Chalenge (WPC) silahkan klik di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun