"Lubang teleskope yang sudah diarahkan ke Matahari, kemudian ditempel pada kamera hp. Dari hp nanti akan terlihat lintasan gerhana dari Matahari yang ditutupi oleh Bulan" jelas Mario sambil membetulkan letak hp pada lubang teleskop.
Terik Matahari siang itu terasa panas di badan. Butiran peluh mulai meluncur dari dahi dan leher. Kami tetap meneruskan pengamatan dan mendokumentasikan peristiwa gerhana dan kegiatan pengamatan siang itu.
Tampak para siswa bergantian melihat fenomena astronomis itu dengan penuh semangat.
Siswa yang membawa hp mencoba foto langsung ke Matahari. Selain hasilnya kurang bagus, juga saya ingatkan, mengambil foto langsung ke Matahari bisa merusak sensor kamera. Apalagi tanpa menggunakan filter.
"Coba amati gerhana itu secara seksama. Tampak ada bintik hitam siluet di atas bulan. Itulah fenoma alam dan bentuknya seperti antena yang berdiri" ungkap Mario kepada para siswa.
Entah apa yang dipikirkan oleh para siswa setelah melihat bintik hitam itu. Mungkinkah itu bagian dari "black hole" Matahari? Semua diam, karena selain jauh dan kecil, juga siswa masih harus banyak belajar tentang materi astronomi. Semoga ini memotivasi mereka untuk tetap semangat belajar mengeksplore benda-benda langit ketika bumi telah habis dieksplore oleh manusia.
Pengamatan gerhana itu dimulai sejak jam 11.15 wita. Dan berakhir sekitar jam 13.00 wita. Selama pengamatan itu, bukan tanpa kendala. Awan berkali-kali menutupi wajah cantik gerhana. Terik sang Mentari tak jarang membuat kepala terasa panas.
Namun demikian, kami semua puas dengan kegiatan pengamatan astronomis itu. Tak heran, beberapa siswa minta agar foto-foto gerhana tadi di share di Grup WA Astronomi.