Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensasi "Foto Terbalik" di Bali

12 Januari 2017   09:53 Diperbarui: 12 Januari 2017   10:48 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Febry mungkin iba melihat saya celingukan siapa yang akan mengambil foto saya di ruangan bathroom. Kemudian Febry meminta kamera dan hape saya untuk membantu memotret saya. Bahkan, lelaki asal Banyuwangi ini piawai dalam mengarahkan gaya agar mendapatkan hasil foto yang bagus.

Saya sempat ragu atas pertolongan Febry. Lelaki muda ini tak seperti petugas Upside Down World  Bali lainnya yang berseragam. Namun ketika ada seorang petugas berseragam menanyakan tentang kapan jadwal tugas off kepada Febry, saya langsung percaya pada dia.

Upside Down World Bali adalah tempat foto unik yang tak kalah menariknya dengan Trick Art Museum di kawasan Seminyak, atau museum tiga dimensi  3D DMZ Bali yang berlokasi di Jalan Nakula Legian.

Siang itu (8/1) kembali Guido mengabulkan permintaan saya mengantar ke lokasi foto terbalik itu. Sangat mudah menemukan lokasi ini karena berada di pinggir Jalan By Pass Ngurah Rai 762, Pemogan Denpasar.

Mulai terbalik (dokpri)
Mulai terbalik (dokpri)

Tetiba di objek wisata ini, Guido agak kesulitan mencari tempat parkir. Beruntung tukang parkir mengarahkan di sisi kanan bus Pariwisata. Sempitnya lahan parkir, tak ayal banyak mobil meluber ke trotoar jalan raya.

“Dua tiket” pesan saya kepada petugas di Lobi Upside Down World. “Maaf Pak. Tunggu sejam lagi, karena masih banyak pengunjung yang belum keluar” jawabnya ringan. Sejenak berpikir, tanggung kalau pulang dan kesempatan hanya sekali ini. Saya lalu membayar tiket Rp. 100.000,- per orang dengan resiko menunggu sejam lagi.

Di depan loket tersedia tempat duduk. Ternyata yang menunggu giliran masuk lebih dari 20 orang dan kebanyakan mereka rombongan keluarga. Pertama saya menunggu di teras luar, tapi karena gerah saya masuk ke dalam karena sejuk oleh AC. Heran saya, tempat foto terbalik ini diminati juga oleh wisatawan asing. Ini pertanda daya pikat lokasi ini memang oke.

Dipasang terbalik (dokpri)
Dipasang terbalik (dokpri)

Uniknya hiasan di ruangan lobi di depan loket dipasang barang-barang yang penempatannya terbalik. Katanya, ini menjadi ciri khas dari Uspside Down World dan sekaligus mempersiapkan hati dan pikiran para pengunjung agar tidak pusing melihat ruangan-ruangan di dalam yang disetting terbalik. 

Begitu nama saya dipanggil, saya dan Guido langsung masuk melalui palang pintu masuk (Tripod Turn Stile) yang otomatis terbuka kalau kita memasukkan kartu tiket masuk. Tanpa kartu tiket masuk, orang tidak bisa masuk ke dalam. Alat ini berguna untuk menghitung berapa orang yang telah masuk ke ruangan.

Saya diterima oleh seorang pemandu yang ramah. Pemandu berseragam ini memberikan petunjuk bagaimana berpose di ruang yang telah didesain serba terbalik. Bahkan mengajari kami dari sudut pengambilan foto mana (angle) yang baik diambil. Memang untu bergaya di foto terbalik ini, pengunjung butuh penyesuaian dan ekspresi terbaiknya. 

Rekayasa foto terbalik (dokpri)
Rekayasa foto terbalik (dokpri)

Upside Down World menyajikan ruangan-ruangan seperti Living room yang dilengkapi dengan tungku api, Master bed roomKids room, Ruangan 3D, Dapur, LaundryBathroom dan toilet. Ruangan konsep Bali beserta kebun. Setiap ruangan ada seorang pemandu.

Berwisata foto terbalik ini boleh dibilang gampang-gampang susah. Kalau mengikuti arahan gaya pemandu, pengambilan fotonya mudah dan cepat. Pihak Upside Down pasti sudah merancang setiap ruangan ada pemandu yang melayani rombongan. Nah, berapa kali berfoto dan berapa lama rombongan berfoto dalam satu ruangan, ini yang membuat antrian menjadi lama. 

Rata-rata pengambilan foto per ruangan empat kali jepretan. Tapi kadang ada rombongan yang tidak puas lalu minta difoto lebih dari itu. 

Aksinya begini, sesungguhnya fotonya dibalik (dokpri)
Aksinya begini, sesungguhnya fotonya dibalik (dokpri)

Saat berada di ruangan Dapur, terjadi antrian lumayan lama karena pemandu sedang melayani turis asing dengan berbagai macam gaya. Sebelumnya, pemandu tersebut melayani satu keluarga yang anak kecilnya rewel tidak suka difoto tapi lebih suka berlari kesana-kemari.   

He he he sabar ya. Karena kesabaran itulah akhirnya Febry membantu dan melayani kami hingga ruangan terakhir. Terima kasih untuk pelayanan yang ramah. Sebelum keluar ruangan, ada booth untuk pengunjung yang ingin membeli souvenir khas foto terbalik. 

Yang ini belum dibalik fotonya (dokpri)
Yang ini belum dibalik fotonya (dokpri)

Ini wisata saya yang bukan ke pantai, atau gunung di Bali. Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan pulang dengan menggunakan pesawat yang terbang langsung dari Denpasar ke Manado.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun