Terjebak kelaparan saat perjalanan traveling di daerah Bantul, menepilah dan cobalah mencicipi Sate Klathak. Sepanjang jalan Imogiri Timur, berderet warung-warung Sate Klathak. Tinggal pilih mana yang disukai.
Jumat siang (8/7/2016) perut tengah sudah minta diisi karena lapar. Sebelum ke Hutan Pinus Mangunan Dlingo, pilihan kuliner kali ini adalah “nglathak”. Ya, sate klathak yang diburu. Berdasarkan informasi, Sate Klathak Pak Pong di Jalan Stadion Sultan Agung, menjadi pilihan kuliner siang ini. Jam buka warung sate ini mulai jam 10.00 hingga jam 23.00.
Lagi-lagi mobil parkir sedikit jauh dari warung, gegara sudah banyak mobil pakir. Di musim liburan lebaran, selain padatnya lalu lintas yang mengarah objek wisata, warung-warung kuliner ternama banyak diserbu wisatawan.
Suasana ramai semakin terasa ketika memasuki warung untuk mencari tempat duduk. Bermodal sabar antri, akhirnya mendapat juga tempat, kendati meja belum dibersihkan. Namun tak lama pelayan membersihkan dan sekaligus meninggalkan secarik kertas untuk menulis pesanan kami.
Sembari menunggu kami bercerita. Tiba-tiba terdengar kabar Pak Ganjar, Gubenur Jateng ikutan “nglathak” di warung Pak Pong. Benar juga. Tampak ada beberapa warga minta selfi dengan Pak Ganjar. Semua dilayani pak Gubenur dengan senyum khasnya.
“Duluan mana pesanan kita atau pak Ganjar” kata keponakan saya seolah-olah mengajak taruhan kepada Pakde dan Omnya. “Kalau belum pesan, ya kita duluan. Meski beliau orang nomer satu di Jateng, tata krama antri dipegang teguh oleh Pak Ganjar sebagai kearifan budaya Jawa” jawab saya sambil merunut kata dan tindakan Pak Ganjar yang kerap blusukan selama menjadi Gubenur Jateng.
Bagi saya makan sate kambing sangat jarang. Di Manado tak mudah menemukan kuliner sate klathak seperti ini. Bahkan kemungkinan besar tidak ada yang menjual sate klathak. Wajar kalau siang itu saya begitu lahapnya menyantap sate itu. Mumpung di Jawa he he he.